Jakarta (12/9) – Setiap tanggal 17 September, dunia merayakan Hari Keselamatan Pasien sebagai momen untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya keselamatan pasien dalam sistem pelayanan kesehatan global. Menyadari betapa krusialnya diagnosis yang akurat dan tepat waktu untuk keselamatan pasien, "Improving Diagnosis for Patient Safety" menjadi tema besar Hari Keselamatan Pasien Sedunia tahun 2024. Dengan slogan "Get it right, make it safe!", mengajak semua pihak mengurangi kesalahan diagnostik di pelayanan kesehatan.
“Keselamatan pasien adalah hukum tertinggi. Prinsip tersebut wajib diterapkan dalam melayani pasien di seluruh tatanan pelayanan kesehatan,” pesan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin melalui sebagai keynote speech dalam seminar satu hari memperingati Hari Keselamatan Pasien Sedunia (World Patient Safety Day). Kegiatan ini diselenggarakan di Ang Boen Ing Auditoriom, RS Mayapada Jakarta Selatan. Menkes juga mengingatkan semua pihak untuk berkomitmen dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, mengurangi resiko kesalahan medis, dan memastikan keselamatan pasien.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Azhar Jaya dalam sambutannya juga menyampaikan pentingnya mengutamakan keselamatan diagnostik dalam kebijakan keselamatan pasien dan praktik klinis di semua tingkat layanan kesehatan. Hal tersebut selaras dengan Rencana Aksi Keselamatan Pasien Global 2021–2030.
Program Patient Navigator Sebagai Upaya Meningkatkan Keterlibatan Pasien dan Keluarga
Ikhwan Rinaldi, Guru besar Universitas Indonesia dalam presentasinya menjelaskan pentingnya tumor board dan patient navigator dalam upaya keselamatan pasien di bidang onkologi.
“Selama ini banyak sekali kasus yang terjadi di masyarakat, contohnya pasien ketika didiagnosis menderita kanker stadium awal, tapi lebih memililih mengikuti pengobatan tradisional. Namun pasien datang kembali dengan keluhan yang lebih parah dan mengalami perburukkan,” ungkapnya dihadapan ratusan peserta seminar.
Salah satu tantangan dalam keselamatan pasien adalah adanya miskomunikasi antara sesama tenaga medis dan pasien/keluarganya. Menurutnya, perlu komunikasi yang efektif antara tenaga medis dan pasien dan keluarganya.
Selain itu perlu juga adanya tumor board, yaitu sebuah tim multidisipliner yang terdiri dari tenaga medis dengan keahliannya masing-masing yang bertemu secara rutin di rumah sakit untuk membahas kasus kanker dan memutuskan rencana perawatan terbaik untuk pasien tersebut
“Dengan melaksanakan tumor board, pengobatan kanker lebih cepat dan efektif. Proses ini juga melibatkan pasien dalam pembuatan keputusan dan terbukti melalui penelitian dapat meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan medis dan meningkatkan kelangsungan hidup,” jelasnya.
Sementara itu patient navigator juga dapat dilakukan melalui intervensi pelayanan berbasis komunitas yang dirancang untuk meningkatkan akses diagnosis dan pengobatan kanker serta penyakit kronis lainnya secara tepat waktu dengan menghilangkan hambatan dalam mendapatkan perawatan.
“Patient navigator adalah tenaga kesehatan seperti perawat, dokter, asisten dokter yang memiliki pengetahuan klinis, membantu mengatasi gejala, dukungan emosional, dan memberikan insight atau pelatihan pada orang awam” lengkapnya. Tidak hanya itu, pelibatan orang awam yang terlatih seperti contohnya survivor kanker dapat membantu mengurangi ketimpangan pelayanan dan mengatasi hambatan untuk mengakses pelayanan.
Hadir pula sebagai narasumber dalam acara ini, Hervita Diatri (RSCM), Bambang Tutuko (RS Mayapada), Anis Karuniawati (Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Kemenkes), Lies Dina Liastuti (RSCM), Dini Handayani, Aryanti, dan Donny Sulifan, dengan berbagai topik seperti non-technical skills competence to enhance diagnostic safety in healthcare hingga pemanfaatan AI untuk keselamatan pasien.
Direktur Mutu Pelayanan Kesehatan, Yanti Herman menyampaikan, kegiatan seminar sehari ini dilaksanakan secara hybrid dengan jumlah peserta sebanyak 200 orang. Peserta berasal dari perwakilan RS Pemerintah dan swasta, perwakilan puskesmas, klinik dan laboratorium di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya (termasuk jaringan RS Mayapada), Asosiasi dan organisasi profesi, Komite Nasional Mutu, Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten, Kota serta Internal Kementerian Kesehatan.
“Dengan kegiatan ini diharapkan peserta mendapatkan pehaman terkait pentingnya keselamatan pasien dengan cara memastikan riwayat pasien, melakukan pemeriksaan klinis menyeluruh, meningkatkan akses terhadap tes diagnostic, menerapkan metode untuk mengukur dan belajar dari kesalahan diagnostik, juga mengadopsi solusi berbasis teknologi,” tutupnya.