Jakarta (16/04) – Gangguan menelan atau disfagia merupakan gangguan yang disebabkan pada proses menelan. Pasien stroke yang mengalami gangguan menelan biasanya menunjukkan gejala tersedak saat makan atau minum, keluar nasi dari hidung, dan/atau memerlukan waktu yang lama untuk makan. Bila gangguan menelan ini tidak diatasi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti dehidrasi, malnutrisi, aspirasi, infeksi paru dan komplikasi lainnya.
Berlokasi di Ruang Auditorium Lantai 13 Gedung B, Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta menyelenggarakan Edukasi “Pemberian Makan Pada Pasien Stroke yang Mengalami Gangguan Menelan” dalam kegiatan Senam bersama Club Stroke RSPON. Dalam edukasi ini menghadirkan narasumberdari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta yaitu Eva Maretta, S.Kep., Ners.
Dalam penyampaian materinya yang membahas tentang “Pemberian Makan Pada Pasien Stroke yang Mengalami Gangguan Menelan” dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pemberian makan kepada pasien stroke, kita harus memastikan kondisi pasien terlebih dahulu, menggunakan makanan dengan tekstur yang aman seperti lembek atau hancur, dan melakukan pemantauan selama makan guna memastikan pasien tidak tersedak selama makan berlangsung. Penggunaan NGT atau selang makan juga bisa dimanfaatkan apabila pasien belum mampu menelan, penggunaan NGT ini cukup efektif karena dapat membantu proses masuknya makanan ke saluran pencernaan dan meminimalisir makanan masuk ke saluran nafas dan menyebabkan infeksi paru.
Dengan adanya edukasi ini dapat meningkatkan kesadaran keluarga akan pentingnya pengawasan saat memberikan pasien makan, mencegah pasien mengalami komplikasi klinis seperti tersedak saat makan dan mendukung proses pemulihan pasien stroke.