Jakarta (03/10) - Unit Promosi Kesehatan (UPK) RS Fatmawati bekerjasama dengan Pusat Layanan Diabetes Terpadu (PLDT) di RS Fatmawati menyelenggarakan edukasi online dengan tema “Hipoglikemia”. Kegiatan ini berlangsung pada hari Kamis, 03 Oktober 2024, pukul 10.00 hingga 11.00 WIB, dan menghadirkan dr. M. Ikhsan Mokoagow, M.Med,Sci, Sp.PD, KEMD sebagai narasumber. Edukasi online ini bertujuan agar individu dapat mengenali tanda dan gejala hipoglikemia, mengetahui cara mencegahnya, serta melakukan penanganan yang tepat saat hipoglikemia terjadi.
Edukasi online ini dihadiri kurang lebih 50 peserta yang tergabung melalui aplikasi Zoom Meeting. Kegiatan tersebut dipandu oleh moderator dari tim PLDT yang diawali dengan pengenalan dan pembahasan terkait hipoglikemia.
Saat pemaparan materi, dokter Ikhsan menyampaikan gejala-gejala Hipoglikemia yang harus diketahui antara lain:
Setelah penyampaian materi, peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan beberapa pertanyaan. Berikut beberapa pertanyaan yang diajukan pada sesi edukasi online tersebut:
Q : Mengapa hipoglikemia bisa terjadi? Apakah ada kesenjangan penyerapan gula dalam darah dengan yang ada di tubuh?
A : Ada tiga faktor utama penyebab hipoglikemia pada penderita diabetes. Pertama, dosis insulin atau obat yang tidak tepat, baik terlalu tinggi atau tidak disesuaikan dengan asupan makanan. Kedua, asupan makanan yang tidak cukup atau terlambat, sehingga tidak ada cukup gula yang diserap ke dalam darah. Ketiga, aktivitas fisik yang berlebihan tanpa penyesuaian dosis obat atau asupan makanan.
Q : Apa dampak fatal jika hipoglikemia terlambat ditangani pada penderita diabetes?
A : Dampak fatal dari hipoglikemia yang tidak segera ditangani termasuk kehilangan kesadaran (pingsan), kejang, koma, bahkan bisa berakibat fatal jika tidak segera mendapatkan penanganan medis.
Q : Apakah gula pasir yang diberikan sebagai pertolongan pertama pada pasien hipoglikemia harus dilarutkan dalam air atau bisa diberikan langsung ke mulut pasien?
A : Gula bisa diberikan langsung ke mulut pasien atau dilarutkan dalam air, tergantung kondisi pasien.