Senin, 04 November 2024 12:46 WIB

Jangan tunggu sampai stroke! Cegah dengan Intervensi pembuluh darah carotid di Comprehensive Carotid Center RS PON

Responsive image
loa/roy - RS Pusat Otak Nasional Prof. Dr.dr.Mahar Mardjono Jakarta
74

Jakarta (29/10) - Sebagian besar kasus stroke, sekitar 90%, dapat dihindari dengan mengendalikan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, merokok, pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, diabetes, dan adanya gangguan irama jantung atau fibrilasi atrium. Deteksi dini dan penanganan pencegahan juga dapat melalui model arteri karotis, inovasi medis RS PON bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Model ini merupakan model pertama di tanah air yang mampu mensimulasikan arteri karotis dengan kondisi yang mendekati kondisi pada tubuh manusia. Model inovatif ini dirancang untuk membantu para ahli dalam mempersiapkan tindakan operasi pada arteri karotis secara lebih efektif dan presisi,” jelas Muhammad Shiddiq Sayyid Hashuro, Pakar Teknik Biomedia dan Neuroscience dari Institut Teknologi Bandung dalam press release launching layanan Comprehensive Carotid Center RS PON, di Jakarta.

Direktur Utama RS PON - Adin Nulkhasanah mengatakan, Layanan Comprehensive Carotid Center merupakan kunci dalam upaya pencegahan stroke dan diharapkan mampu menurunkan angka kecacatan dan kematian yang disebabkan oleh stroke. “Dengan fokus pada deteksi dini dan penanganan masalah pada arteri karotis, layanan ini menjadi langkah penting dalam memitigasi risiko terjadinya stroke pada pasien di Indonesia,” kata Adin di Ruang Auditorium RS PON, Jakarta.

Peluncuran layanan terbaru tersebut digelar bersamaan dengan workshop dan seminar gratis yang dihadiri dokter dari berbagai rumah sakit jejaring nasional dan para pakar stroke terkemuka. Model arteri karotis juga diuji dalam workshop yang diikuti oleh lebih dari 50 ahli dari seluruh Indonesia. Workshop ini membantu para profesional medis meningkatkan keterampilan dalam penanganan kasus arteri karotis dan berbagi pengetahuan dengan pakar lainnya. “RS PON berkomitmen untuk memberikan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat Indonesia dan berperan dalam pengembangan inovasi medis yang bermanfaat untuk dunia kesehatan global," tambah Adin.

Dalam sambutannya, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, Kementerian Kesehatan - Yuli Astuti Saripawan, mengatakan stroke merupakan penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi dan juga dalam hal pembiayaan. Berdasarkan laporan BPJS Kesehatan, penyakit stroke merupakan penyakit dengan pembiayaan yang mahal. Menurutnya upaya penanganan stroke sejak dini harus terus dilakukan. Salah satunya adalah mengedukasi masyarakat terkait gejala awal penyakit stroke.

“Edukasi ini penting agar masyarakat terutama keluarga mampu memahami gejala penyakit stroke yang perlu diwaspadai,” kata Yuli.

Pemahaman masyarakat akan gejala penyakit stroke juga menjadi kunci keberhasilan penanganan penyakit stroke. Dengan memahami gejala awal penyakit stroke, maka penanganan terhadap pasien juga akan lebih cepat dilakukan dan ini dapat meminimalisir keparahan penyakit stroke.

 “Pencegahan dilakukan dengan skrining faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia atau kolesterol tinggi. Jika perlu penanganan lebih lanjut maka pasien dapat dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap. Semua penanganan ini sejak skrining, diagnosis, hingga terapi ditanggung oleh BPJS,” lengkapnya.

 

Intervensi pembuluh darah carotid

Salah satu penyebab stroke adalah penyempitan pembuluh darah carotid. Ketika terjadi penyempitan yang menghubungan jantung dan otak, maka darah tidak dapat mengalir ke otak dan terjadi stroke. Menurut Nandini Phalita Laksmi dari Comprehensive Carotid Center RS PON, sekitar 80% persen kasus stroke adalah kasus stroke sumbatan. Penyempitan di pembuluh darah karotid menurutnya karena adanya plak. Plak terjadi karena ada kelainan atau kerusakan di dinding pembuluh darah yang biasanya disebabkan hipertensi, membuat banyak partikel yang menempel, menumpuk, dan menghalangi aliran darah.

Menurut Nandini, pasien datang ke rumah sakit umumnya sudah dalam kondisi stroke. Pasien kemudian akan langsung menjalani prosedur diagnostik, berupa USG untuk melihat apakah terdapat sumbatan di karotid dan seberapa besar sumbatannya.

“Jika terbukti memang ada sumbatan, maka dilakukan trombolisis atau pemberian obat untuk melancarkan aliran darah kembali. Untuk mencegah stroke berulang, maka dilakukan intervensi di pembuluh darah karotid, baik itu dengan membersihkan sumbatan dari plak atau memasang stent,” jelas Nandini kepada wartawan.

Pada kesempatan yang sama, Adiel Amaris Syah, dokter spesialis bedah dan subspesialis bedah vaksular, mengatakan bahwa prosedur membersihkan plak baik disertai dengan pemasangan stent maupun tidak, dilakukan melalui pembedahan. Biasanya pembedahan dilakukan jika penyempitannya mencapai lebih dari 50%.

“Prosedur ini membutuhkan tim terpadu. Terdiri dari dokter spesialis saraf, bedah saraf, radiologi, anestesi, dan tim pendukung lainnya. Oleh karena itu keberadaan Comprehensive Carotid Center di RS PON diharapkan bisa memberikan penanganan terbaik mulai dari diagnosis, pencegahan, perawatan, hingga rehabilitasi,” tutupnya.