Jumat, 16 Mei 2025 10:47 WIB

Talkshow Edukasi Memperingati Hari Kesadaran Moyamoya Sedunia

Responsive image
Mega Fitri Yuniarsih - RS Pusat Otak Nasional Prof. Dr.dr.Mahar Mardjono Jakarta
35

Jakarta (15/05) – Moyamoya merupakan kelainan pembuluh darah di otak yang menyebabkan penyempitan dan penyumbatan arteri utama yang memasok darah ke otak dan berisiko memicu stroke. Bertepatan dengan Hari Kesadaran Moyamoya sedunia pada tanggal 6 Mei, Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta mengadakan talkshow edukasi yang diselenggarakan dengan mendatangkan narasumber ahli dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta yaitu dr. Muhammad Kusdiansah, Sp.BS yang membahas tentang “Penyakit Moyamoya dan Risiko Stroke: Apa yang harus diketahui?” dan Handayani Andri, AMd.OT yang membahas tentang “Mengoptimalkan Kemandirian pada Pasien Moyamoya”. Acara ini dipandu oleh moderator Mursyid, AMd.Ft selama kurang lebih satu jam.

Pada pembahasan seputar Moyamoya, mungkin banyak orang yang belum tahu atau tidak familiar dengan penyakit yang satu ini. Dari namanya sendiri terdengar cukup unik, kata Moyamoya berasal dari Bahasa Jepang yang memiliki arti “Kepulan Asap”, disebut demikian karena adanya kondisi pembuluh darah otak menyempit dan menyebabkan gangguan aliran darah ke otak, karena gangguan aliran darah inilah terbentuk pembuluh darah kecil-kecil atau disebut sebagai Collateral Vessel dan pembuluh darah kecil-kecil ini ketika dilakukan pemeriksaan DSA, gambarannya menyerupai kepulan asap. Masalah yang dapat ditimbulkan oleh penyakit Moyamoya adalah di kemudian hari, Moyamoya bisa menyebabkan serangan stroke. Ada dua jenis stroke yang bisa terjadi pada Moyamoya, apabila Moyamoya menyerang kalangan usia muda, maka stroke yang terjadi adalah stroke sumbatan dan pada Moyamoya yang menyerang usia dewasa, stroke yang terjadi adalah stroke pendarahan.

Terapi okupasi pada pasien Moyamoya dapat membantu pasien untuk meningkatkan atau mendapatkan kembali kemampuan mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Terapi okupasi ini penting bagi pasien terutama bagi mereka yang mengalami keterbatasan fisik atau mental yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, makan, dan berpartisipasi dalam pekerjaan atau hobi. Setiap pasien yang datang akan dilakukan assessment terlebih dahulu yaitu penilaian terhadap identifikasi masalah dan mengembangkan rencana intervensi yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

Diharapkan lewat edukasi tentang penyakit Moyamoya dan Resiko Stroke, serta penerapan Terapi Okupasi guna mengoptimalkan kemandirian pasien ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengetahui apa itu penyakit Moyamoya yang merupakan sebuah penyakit langka namun memiliki resiko terkena stroke bahkan di usia muda. Serta, tujuan penerapan terapi okupasi pada pasien diharapkan dapat membuat pasien kembali aktif dan mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan semangat.