Padang (01/10) - RSUP Dr. M. Djamil kembali menegaskan perannya sebagai rumah sakit pendidikan utama dengan menyambut kedatangan salah satu peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Bedah Toraks, Kardiak, Vaskular (BTKV) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Peserta didik yang berkesempatan mengikuti stase pendidikan kali ini adalah dr. Grace Rahmawati Widyasih. Kedatangan dr. Grace diterima langsung oleh Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil, Dr. dr. Dovy Djanas, Sp.OG, KFM, MARS, FISQua, didampingi Direktur Medik dan Keperawatan Dr. dr. Bestari Jaka Budiman, Sp.THT-KL (K) dan Direktur SDM, Pendidikan dan Penelitian dr. Maliana, M.Kes di Ruang Direksi.
dr. Grace Rahmawati Widyasih akan menjalani pendidikan dan pelatihan klinis di Bagian Bedah Toraks, Kardiak, Vaskular RSUP Dr. M. Djamil selama periode 1 hingga 31 Oktober 2025. Stase ini merupakan bagian dari kurikulum pendidikan BTKV FKUI, memberikan kesempatan berharga bagi peserta didik untuk mendalami kasus dan mendapatkan pengalaman praktis di salah satu rumah sakit rujukan terkemuka di Sumatera.
Dalam sambutannya, Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil, Dr. dr. Dovy Djanas, Sp.OG, KFM, MARS, FISQua, menekankan kehadiran peserta PPDS dari FKUI merupakan indikator kuat atas pengakuan mutu dan kualitas pelayanan serta pendidikan yang diselenggarakan di RSUP Dr. M. Djamil.
"Kolaborasi antar institusi pendidikan dan rumah sakit layanan rujukan merupakan kunci untuk mencetak dokter spesialis yang kompeten dan berdaya saing global," ucapnya.
Dovy Djanas berharap, selama satu bulan penuh, dr. Grace dapat memanfaatkan fasilitas dan bimbingan dari para dokter spesialis senior di Bagian BTKV RSUP Dr. M. Djamil semaksimal mungkin. "Kami berkomitmen untuk menyediakan lingkungan belajar yang kondusif, aman, dan kaya akan pengalaman klinis. Stase ini tidak hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang pengembangan karakter profesionalisme. Melalui stase ini, dr. Grace Rahmawati Widyasih diharapkan dapat memperluas wawasan dan keterampilan teknisnya, terutama dalam menghadapi variasi kasus yang mungkin berbeda dengan yang ditemui di Jakarta," tukasnya. (*)