Makassar (12/08) - ARN (3 tahun) anak dari pasangan warga asal Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo, menjalani operasi pemasangan alat bantu dengar berupa Implan Koklea yang merupakan bantuan dari Presiden Jokowi dan Kemenkes RI. Operasi yang berlangsung sekitar 4 jam ini dilakukan di kamar bedah sentral RS Wahidin Sudirohusodo Makassar. Operasi ini bertujuan untuk memperbaiki fungsi pendengaran dengan mengambil alih fungsi koklea yang dapat mengubah gelombang suara yang berupa energi mekanik menjadi impuls listrik.
Menurut ketua tim operasi, Prof. Dr. dr. Eka Savitri, SpTHT-BKL(K), anak ARN mengalami gangguan pendengaran yang merupakan penyakit bawaan sejak lahir, selain ARN, kakaknya juga mengalami hal yang sama hingga saat ini, diusia 5 tahun lebih, kakaknya belum dapat berbicara sebagaimana normalnya untuk anak seusianya.
“Anak-anak mampu berbicara dan berkomunikasi karena ia mampu mendengar dan belajar dari apa yang ia dengar di lingkungan sehari-harinya, sehingga jika terjadi gangguan pendengaran sejak lahir tentu akan membuat kemampuan berbicara anak akan lambat, tidak sempurna atau bahkan mejadi bisu tuli sesuai derajat gangguan pendengaran yang dialami” tambah Prof.Eka.
Seorang anak dapat terindikasi mengalami gangguan pendengaran apabila sebagian telinganya tidak berfungsi dengan baik. Seringkali, alat bantu dengar dapat mengompensasi hilangnya pendengaran dengan membuat suara lebih keras dan lebih mudah di dengar. Namun, jika kondisi hilangnya pendengaran terlalu parah, mengeraskan suara mungkin tidak akan cukup. Implan koklea adalah perawatan standar untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran berat hingga sangat berat.
Perangkat luar biasa ini membuat suara lebih jelas dan lebih mudah dipahami dengan memintas (bypass) bagian koklea yang rusak dan mengirimkan suara langsung ke saraf pendengaran anak Dr. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.T.H.T.B.K.L.Subsp.N.O.(K) mewakili Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (PP PERHATI-KL) menyampaikan bahwa sejak tahun 2002 implan koklea sudah bisa dilakukan di Indonesia, sejak tahun 2010-2024 PP PERHATI-KL sudah mengembangkan pusat-pusat di seluruh Indonesia untuk menjadi pengampu penyedia layanan implan koklea karena dulunya masyarakat Indonesia yang akan melakukan operasi implan koklea ini harus pergi ke luar negeri seperti Singapura dan Malaysia. “Di Kawasan Timur Indonesia kami menilai RS Wahidin Sudirohusodo mampu melakukan operasi ini mulai dari persiapan sampai proses habilitasi. Harapan kami, pemerintahan dimasa yang akan datang, melalui JKN bisa juga mengcover penyediaan alat implan ini, karena biaya operasi untuk pemasangan implan tersebut sudah di cover oleh JKN tapi ketersediaan alatnya yang belum” ujarnya.
Persiapan operasi dilakukan sejak beberapa bulan sebelumnya, dimulai dari pemeriksaan pendengaran, pemeriksaan CT Scan dan MRI, pemasangan alat bantu dengar (ABD), pemeriksaan fisik dan laboratorium lengkap. “Setelah kami menerima pasien rujukan ini dari RS Gorontalo, kami langsung membentuk tim guna menyukseskan dan mengupayakan yang terbaik bagi pasien tersebut. Alat CT Scan dan MRI di RS Wahidin Sudirohusodo merupakan perangkat mutakhir dan sudah dipakai dalam mengevaluasi dan mendiagnosis beragam kasus rujukan. Rumah Sakit kami juga dilengkapi dengan 11 kamar Bedah Sentral, 4 kamar Bedah Emergensi dan 3 kamar Bedah Jantung yang siap kapan saja untuk menangani kasus-kasus yang membutuhkan tindakan operasi” ungkap Direktur utama Prof. Dr. dr. Syafri Kamsul Arif Sp.An, KIC, KAKV. “Dalam waktu dekat instalasi Mother and Child kami juga akan segera beroperasi, sebagai pengampu regional kami berharap bisa menjadi one stop service center untuk pelayanan kasus-kasus kesehatan ibu dan anak khususnya di Kawasan Timur Indonesia” tambahnya.
Setelah operasi, rencananya ananda ARN akan menjalani proses habilitasi pendengaran yang akan dilakukan bersama Terapis Wicara dan orang tua anak, karena operasi implan tidak serta merta membuat anak mampu berbicara/berkomunikasi, butuh latihan dan dukungan penuh dari orang-orang sekitar dan lingkungan tumbuh kembangnya.
Bagaimanapun kita semua berharap bantuan Presiden dan Kemenkes ini bisa bermanfaat bagi ananda ARN dalam meraih masa depan yang lebih cemerlang. Semoga seluruh rakyat Indonesia bisa merdeka untuk mendengar, terbebas dari salah satu hendaya tak kasat mata (invisible disability) yaitu gangguan pendengaran/ketulian.