Padang (154/5) - RSUP Dr. M. Djamil sebagai institusi pelayanan kesehatan rujukan nasional di wilayah Sumatera bagian Tengah, memiliki peran penting sebagai pusat inovasi dan pusat riset klinis maupun komunitas. Namun, disadari bahwa potensi tidak akan berkembang tanpa ekosistem riset yang kondusif dan dukungan pendanaan yang kompetitif.
"Dalam konteks inilah, kehadiran Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadi sangat vital. BRIN tidak hanya berperan sebagai lembaga pemberi pendanaan, tetapi juga sebagai pengarah kebijakan riset nasional yang mendorong sinergi antara peneliti, lembaga layanan, dan dunia industri. Dukungan BRIN terhadap kegiatan riset kesehatan sangat berharga dalam mendorong akselerasi inovasi berbasis bukti dan memperkuat kolaborasi lintas sektor," kata Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Dr. dr. Dovy Djanas, SpOG, KFM, MARS, FISQua saat memberikan sambutan pada Bimbingan Teknis Strategi Penyusunan Proposal Pendanaan Riset dan Inovasi Bersama BRIN secara virtual, Rabu (14/5).
Pada Bimbingan Teknis yang digagas Tim Kerja Penelitian ini menghadirkan narasumber. Yakni Ketua Tim Layanan Fasilitasi Pendanaan Riset dan Inovasi II (Skema RIIM Kompetisi) Nungki Indrianti, S.E., M.A., dan Tim Layanan Fasilitasi Pendanaan Riset dan Inovasi III (Skema RIIM Program Pengujian Inovasi Kesehatan) Amir Hamzy.
Melalui berbagai skema pendanaan kompetitif dan fasilitasi teknis, sebutnya, BRIN telah membuka jalan bagi institusi seperti RSUP Dr. M. Djamil untuk menghasilkan riset yang bukan hanya unggul secara ilmiah. Akan tetapi juga relevan dan berdampak bagi sistem kesehatan nasional.
"Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan suatu proposal bukan hanya terletak pada ide yang inovatif. Tetapi juga pada kemampuan kita menyusunnya secara sistematis, menyelaraskannya dengan arah kebijakan nasional, dan memastikan bahwa luaran dari riset tersebut benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat serta dunia pelayanan kesehatan," ucap Dovy.
Ia menekankan Bimtek ini bukan sekadar rutinitas pelatihan. Ini adalah investasi jangka panjang untuk menguatkan budaya riset yang berbasis mutu dan berdampak nyata pada pelayanan kesehatan. Dalam dunia kesehatan yang terus berubah, kita tidak bisa hanya mengandalkan pengalaman masa lalu.
"Kita perlu membekali diri dengan strategi terbaru, pemahaman kebijakan pendanaan yang tepat sasaran, dan kemampuan menyusun proposal yang solid secara metodologi, teknis, dan administratif," tuturnya.
Melalui kegiatan ini, Dirut berharap peserta tidak hanya mendapatkan pemahaman teknis semata, namun juga mampu melihat bagaimana penelitian menjadi bagian integral dari transformasi layanan rumah sakit dan kontribusi strategis dalam pembangunan kesehatan nasional. "Mari kita tanamkan dalam diri bahwa setiap proposal yang kita ajukan adalah pijakan awal menuju perubahan yang lebih besar. Jadilah peneliti yang tangguh, cermat dalam menulis, dan kritis dalam berpikir," ajaknya. (*)