Jumat, 22 Agustus 2025 15:42 WIB

Dirut RSUP Dr M Djamil Ini Bukan Akhir Tapi Pintu Gerbang Tanggung Jawab Klinis

Responsive image
Humas - RSUP dr. Djamil Padang
179

Padang (15/08) - Kuliah terintegrasi Program Pendidikan Dokter Spesialis dan Subspesialis periode Juli 2025 resmi ditutup. Ini seiring dengan penandatanganan dan pengucapan pakta integritas oleh peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dan Program Pendidikan Dokter Subapesialis (PPDSS) baru.

Direktur Utama RSUP Dr M Djamil Dr. dr. Dovy Djanas, Sp.OG, KFM, MARS, FISQua bersama Dekan Fakultas Kedokteran Unand Dr. dr. Sukri Rahman, Sp.THT-BKL, Subsp. Onk (K), FACS, FFSTEd turut menyaksikan penandatanganan dan pembacaan pakta integritas itu.

Saat pembacaan pakta integritas tersebut, para peserta PPDS dan PPDSS baru menyatakan bersedia mematuhi Kode Etik Mahasiswa Universitas Andalas sesuai dengan Peraturan Rektor Unand No. 18 A tahun 2020, segala peraturan yang berlaku di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil, termasuk tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma etik dan hukum yang berlaku di masyarakat, namun tidak terbatas pada hal-hal yaitu mencuri, pemerasan, melakukan kekerasan, perselingkuhan, kejahatan kesusilaan ataupun tindakan yang menentang Pancasila maupun UUD 1945.

Selalu mengedepankan keselamatan pasien (patient safety) dan mutu pelayanan dalam setiap tindakan yang dilakukan. Berperan secara proaktif dalam upaya pencegahan perundungan dan tidak melibatkan diri dalam perbuatan tercela. Dan menciptakan suasana yang kondusif, aman, dan nyaman serta bebas dari perundungan bagi peserta didik.

Mereka bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Lingkungan Universitas Andalas dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang berupa sanksi ringan berupa teguran lisan dan tertulis; sanksi sedang berupa skorsing paling sedikit 3 (tiga) bulan; sanksi berat berupa mengembalikan peserta didik kepada penyelenggara pendidikan dan/atau dikeluarkan sebagai peserta didik.

"Hari ini memang disebut “penutupan” kuliah terintegrasi, tetapi sejatinya ini bukanlah akhir. Justru ini adalah pintu gerbang menuju fase yang lebih menantang—fase di mana peserta akan lebih banyak berinteraksi dengan pasien, memikul tanggung jawab klinis, dan mengambil keputusan yang berdampak langsung terhadap kehidupan seseorang,” kata Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Dr. dr. Dovy Djanas, Sp.OG, KFM, MARS, FISQua.

Turut dihadiri Dekan Fakultas Kedokteran Unand Dr. dr. Sukri Rahman, Sp.THT-BKL, Subsp. Onk (K), FACS, FFSTEd, Direktur Utama RS Unand Dr. dr. Muhammad Riendra, Sp. BTKV, Subsp. VE (K), FIATCVS, Ketua Komkordik RSUP Dr. M. Djamil Dr. dr. Daan Khambri, Sp.B (K) Onk, M.Kes, manajer Fakultas Kedokteran Unand dan 88 peserta PPDS dan 6 peserta PPDSS.

Di titik ini, Dirut mengingatkan menjadi dokter spesialis bukan hanya soal menguasai keterampilan teknis atau menghafal teori. Lebih dari itu, profesi ini adalah panggilan jiwa. Keahlian medis harus berjalan seiring dengan integritas, empati, dan ketulusan hati. Pasien bukan sekadar “kasus” atau “objek pembelajaran”, tetapi manusia dengan cerita, rasa takut, dan harapan.

“Kami percaya, selama menjalani kuliah terintegrasi ini, peserta telah belajar bahwa kolaborasi adalah kunci. Tidak ada satu pun bidang spesialis yang dapat bekerja sendirian. Dunia medis adalah ekosistem yang saling bergantung, di mana komunikasi yang baik, rasa saling menghargai, dan kerja tim yang solid menjadi fondasi pelayanan kesehatan yang berkualitas,” ungkap Dovy.

Ia menegaskan sebagai rumah sakit pendidikan utama Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, RSUP Dr. M. Djamil memandang keberhasilan kegiatan ini sebagai bentuk nyata sinergi antara dunia akademik dan pelayanan kesehatan. “Pendidikan dokter spesialis adalah proses yang kompleks, memerlukan dedikasi tinggi dari para pengajar, dukungan penuh dari institusi, serta komitmen belajar yang kuat dari para peserta,” tegasnya.

Oleh karena itu, Dirut berharap para peserta yang telah menempuh kuliah terintegrasi ini dapat terus menjaga semangat belajar sepanjang hayat. “Jadikan setiap pengalaman klinis, setiap interaksi dengan pasien, dan setiap keberhasilan maupun kegagalan, sebagai bahan refleksi dan sumber pembelajaran yang berharga,’ harap Dirut.

Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Unand Dr. dr. Sukri Rahman, Sp.THT-BKL, Subsp. Onk (K) mengingatkan peserta PPDS dan PPDSS untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial. "Kita tidak bisa lagi sembarangan mengunggah atau berkomentar di media sosial. Ekspektasi masyarakat terhadap profesi dokter sangat tinggi. Satu kesalahan kecil di media sosial bisa berdampak besar pada kredibilitas dan kepercayaan publik terhadap profesi dokter secara keseluruhan," ucapnya.

Ia mengatakan masyarakat memandang dokter sebagai panutan, sosok yang berpengetahuan luas, dan memiliki moralitas tinggi. "Oleh karena itu, para dokter harus selalu menjaga sikap dan perilaku, baik di lingkungan kerja maupun di ruang pribadi. Media sosial, yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali," tukasnya. (*)