Cibubur (28/08) – Direktorat Pelayanan Klinis Ditjen Keslan Kemenkes bersama UNICEF menyelenggarakan Workshop Penguatan Teknis dalam PONEK dan SC Emergensi Kategori 1 di RS. Bertempat di Cibubur, kegiatan berlangsung selama 3 hari yakni 27-29 Agustus 2025. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) merupakan salah satu program yang dijalankan Kemenkes untuk menekan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.
Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masuk ke dalam peringkat tiga besar tertinggi di ASEAN. Angka ini merupakan dua indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan di suatu negara. Data Maternal Perinatal Death Notification (MPDN), sistem pencatatan kematian ibu Kementerian Kesehatan, angka kematian ibu pada tahun 2022 mencapai 4.005 dan di tahun 2023 meningkat menjadi 4.129. Sementara itu, untuk kematian bayi pada 2022 sebanyak 20.882 dan pada tahun 2023 tercatat 29.945. Kematian bayi banyak disebabkan oleh bayi berat lahir rendah (BBLR) atau prematuritas dan asfiksia.
Penurunan angka kematian ibu dan bayi menjadi salah satu program prioritas yang dijalankan Kementerian Kesehatan. Sejumlah program dilakukan Kemenkes, salah satunya adalah PONEK dan penanganan seksio sesarea emergensi kategori I dengan waktu respon < 30 menit di Rumah Sakit. Rumah Sakit PONEK merupakan rumah sakit yang memiliki fasilitas dan tenaga medis yang memadai untuk menangani kasus-kasus obstetri dan neonatus yang berat dan darurat.
Direktur Pelayanan Klinis dr. Obrin Parulian, M.Kes saat membuka kegiatan tersebut menyampaikan harapannya agar RS dapat menyelenggarakan pelayanan yang cepat, tepat, dan profesional tanpa penundaan yang bisa berakibat fatal terhadap kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.
“PONEK bukan sekadar program namun merupakan komitmen kemanusiaan dan sistem pelayanan yang dirancang agar setiap ibu dan bayi dalam kondisi gawat darurat mendapatkan penanganan cepat, tepat, dan profesional, tanpa penundaan yang bisa berakibat fatal. Saya berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi transfer informasi, tetapi juga menjadi ruang refleksi dan semangat baru bagi kita semua. Bahwa setiap tindakan cepat dan tepat di ruang bersalin atau IGD bisa menjadi pembeda antara kehidupan dan kematian.” Jelasnya.