Padang (03/09) - Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan menggelar Simulasi Nasional Kesiapsiagaan Menghadapi Megathrust Sumatera Barat. Simulasi yang berlangsung di Lapangan Imam Bonjol, Kota Padang ini bertujuan untuk menguji dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam menghadapi skenario bencana gempa bumi dan tsunami.
Simulasi skala nasional ini dirancang untuk mensimulasikan penanganan korban massal secara komprehensif, mulai dari evakuasi korban, manajemen korban luka dan meninggal, sistem rujukan, hingga koordinasi antar-rumah sakit. Kegiatan ini juga melibatkan simulasi manajemen Disaster Medical Teams (DMTs), Health Emergency Operation Center (HEOC), dan komunikasi publik.
Hal utama yang ditekankan dalam simulasi ini adalah pentingnya sistem komando dan koordinasi yang terpusat. Dengan banyaknya stakeholder yang terlibat, diperlukan adanya satu komando tunggal, yaitu Incident Commander yang ditunjuk oleh kepala daerah. Hal ini krusial agar penanggulangan bencana dapat berjalan sinergis, kolaboratif, dan optimal.
RSUP Dr. M. Djamil, sebagai rumah sakit vertikal Kementerian Kesehatan, turut mengambil peran penting dalam simulasi ini. Mereka menyiapkan fasilitas darurat lengkap, mulai dari ruang triase, instalasi gawat darurat, ruang rawat inap, bagian penunjang hingga ruang operasi. Seluruh tim medis, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya dikerahkan untuk memberikan layanan darurat di lapangan, mencerminkan kesiapan rumah sakit dalam menghadapi situasi nyata.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, menyoroti peran vital sektor kesehatan sebagai garda terdepan dalam penanganan dan pemulihan pascabencana. Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu diperkuat, termasuk ketersediaan tenaga cadangan kesehatan. “Relawan kesehatan terlatih dapat digerakkan sewaktu-waktu. Jadi, kita melatih beberapa relawan jika ada sesuatu, kita bisa segera dimobilisasi,” ujar Kunta.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya keberadaan Emergency Medical Teams dengan standar internasional, Health Emergency Operation Center (HEOC) sebagai pusat komando koordinasi saat krisis, dan Public Safety Center (PSC) 119 yang menjadi layanan gawat darurat medis terhubung secara nasional.
“Pada saat krisis, harus ada koordinasi di sana supaya kita bisa bergerak sesuai dengan kondisi. Dan supaya tidak bergerak sendiri-sendiri,” tambahnya.
Kunta menegaskan simulasi ini bukan sekadar latihan teknis, melainkan bagian dari proses pembelajaran kolektif lintas sektor. “Kita harus berkoordinasi dan bersinergi lintas sektor untuk memastikan komponen sistem kesehatan mau merespons secara cepat, tepat, dan terkoordinasi,” harapnya.
Senada dengan Kunta, Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseimy, dalam sambutannya menekankan klaster kesehatan memegang peranan vital dalam penanganan darurat bencana. Kesiapan rumah sakit, puskesmas, tenaga kesehatan, logistik, obat-obatan, sistem rujukan, dan koordinasi antar-instansi harus berjalan cepat, tepat, dan efisien.
“Melalui simulasi klaster kesehatan ini, kita dapat mengukur kesiapan tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan. Menguatkan sistem koordinasi dan komando antar-rumah sakit, dinas kesehatan, puskesmas, PMI, relawan medis, dan instansi lainnya,” tutur Vasko.
Simulasi ini juga menjadi ajang untuk menguji ketersediaan logistik medis, obat-obatan, dan mekanisme distribusinya saat darurat. Ia mengatakan simulasi ini melatih sistem rujukan korban dari fasilitas kesehatan tingkat pertama hingga rumah sakit rujukan utama. “Dan membangun jejaring lintas sektor karena tidak dapat berdiri sendiri. Akan tetapi harus terintegrasi dengan klaster lain seperti logistik, pendidikan, perlindungan serta sarana prasarana,” pungkas Vasko.
Pembukaan simulasi ini dihadiri Kepala Pusat Krisis Agus Jamaludin, SKM, M.Kes dan jajaran, Direktur Utama RSUP Dr. M.Djamil Dr.dr. Dovy Djanas, Sp.OG, KFM, MARS, FISQua, Direktur Layanan Operasional drg. Ade Palupi Muchtar, MARS, Forkopimda Kota Padang dan Sumbar, Kepala OPD Sumbar, dan undangan menandai komitmen bersama dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman megathrust di wilayah tersebut.(*)