Padang (18/9) - RSUP Dr. M. Djamil sebagai rumah sakit pendidikan utama Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, memandang para lulusan dokter spesialis dan subspesialis sebagai buah dari sinergi pendidikan, pelayanan, dan penelitian. Disadari, keberhasilan lulusan ini tidak lahir dalam ruang hampa, melainkan dari proses panjang yang melibatkan para pendidik, pembimbing klinik, tenaga kesehatan, hingga pasien yang telah menjadi guru kehidupan.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Dr. dr. Dovy Djanas, Sp.OG, KFM, MARS, FISQua saat Yudisium Program Pendidikan Dokter Spesialis dan Subspesialis Fakultas Kedokteran Unand di Aula Student Center Prof. dr. M. Syaaf Fakultas Kedokteran Kampus Jati, Kamis (18/9). Diketahui sebanyak 30 lulusan pendidikan dokter spesialis dan 1 lulusan subspesialis di yudisium.
"Di manapun para lulusan bertugas nantinya baik di pusat-pusat layanan kesehatan modern, rumah sakit pendidikan maupun di daerah terpencil para lulusan tetap membawa semangat pengabdian yang sama. Jadilah dokter spesialis dan subspesialis yang tidak hanya menyembuhkan dengan ilmu, tetapi juga menguatkan dengan keteladanan, serta membangun harapan dengan empati," pinta Dovy.
Turut hadir Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah serta istri, Dekan Fakultas Kedokteran Unand, Dr. dr. Sukri Rahman, Sp.THT-BKL, Subsp. Onk (K), FACS, FFSTEd, Ketua Program Studi Spesialis dan Subspesialis, Sekretaris Unand Dr. Aidinil Zetra, MA, Kepala Dinas Kesehatan Sumbar dr. Aklima, MPH, Rektor Universitas Baiturrahmah Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, MS, direktur rumah sakit jejaring dan orang tua yudisium.
Di era transformasi kesehatan saat ini, tutur Dovy, tantangan yang dihadapi semakin kompleks: munculnya penyakit-penyakit baru, perkembangan teknologi kedokteran yang begitu cepat, serta tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkeadilan. Semua itu menuntut para lulusan untuk tidak berhenti belajar, untuk menjadi pembelajar seumur hidup (lifelong learner), sekaligus inovator yang mampu membawa perubahan. "Ingatlah, bahwa gelar yang di sandang ini bukanlah titik akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan pengabdian yang lebih luas," ungkapnya.
Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah mengatakan Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam distribusi dokter spesialis yang belum merata. Sebagian besar dokter spesialis masih terkonsentrasi di kota-kota besar, sementara daerah-daerah terpencil dan pedalaman sangat kekurangan. Kondisi ini diperparah dengan tingginya biaya pendidikan untuk menjadi dokter spesialis, yang membuat banyak calon dokter mengurungkan niatnya.
"Namun, kita tidak boleh menyerah. Berbagai upaya harus terus kita lakukan. Salah satu langkah inovatif yang sedang kita jajaki adalah sistem pendidikan berbasis rumah sakit atau hospital based. Skema ini memungkinkan pendidikan spesialis dilakukan langsung di rumah sakit yang telah memenuhi standar, sehingga tidak hanya mempercepat proses pendidikan, tetapi juga dapat menekan biaya. Dengan begitu, kita berharap akan lebih banyak lagi dokter yang tertarik mengambil spesialisasi dan bersedia ditempatkan di daerah," tutur Mahyeldi.
Kepada para dokter spesialis dan subspesialis yang baru, Mahyeldi mengucapkan selamat atas pencapaian luar biasa ini. Ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan pengabdian yang sesungguhnya. "Jadilah pelopor dalam pemerataan layanan kesehatan. Ingatlah, bahwa panggilan dokter adalah panggilan mulia untuk mengabdi. Jangan ragu untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan rekan-rekan sejawat lainnya," ajaknya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Unand, Dr. dr. Sukri Rahman, Sp.THT-BKL, Subsp. Onk (K), FACS, FFSTEd mengatakan gelar dokter spesialis dan subspesialis, sebuah pengakuan atas keahlian dan kompetensi yang telah para lulusan kuasai. Namun, gelar ini lebih dari sekadar sebutan. Ia adalah amanah, sebuah tanggung jawab besar yang menuntut para lulusan untuk terus powerful dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
"Fakultas Kedokteran Universitas Andalas telah membekali Anda dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai luhur. Kini, saatnya para lulusan kembali ke masyarakat dan mengaplikasikan semua yang telah diperoleh. Jadilah agen perubahan yang membawa kemajuan dalam dunia kesehatan, pelopor inovasi dalam bidang keilmuan, dan yang terpenting, penolong sejati bagi mereka yang membutuhkan," tukasnya.(*)