Padang (29/09) - Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan, dan Penelitian RSUP Dr. M. Djamil, dr. Maliana, M.Kes, memaparkan kolaborasi strategis antara RSUP Dr. M. Djamil dengan Rumah Sakit Universitas Andalas (RS Unand) dalam Rapat Kerja Program Penyusunan Kerja 2026 RS Unand. Pemaparan ini menyoroti peran sentral kedua rumah sakit dalam upaya pemenuhan kebutuhan dokter spesialis di Indonesia, sejalan dengan kebijakan Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Dalam paparannya, dr. Maliana menegaskan RSUP Dr. M. Djamil tidak hanya berfungsi sebagai penyedia layanan medis tingkat lanjut, tetapi juga memegang peran krusial sebagai rumah sakit pendidikan. Kolaborasi erat telah terjalin dengan berbagai sentra pendidikan, khususnya Fakultas Kedokteran Unand, untuk mencetak tenaga medis berkualitas.
"Selain memberikan pelayanan medis, RSUP Dr. M. Djamil juga berperan sebagai rumah sakit pendidikan, berkolaborasi dengan berbagai sentral pendidikan, salah satunya Fakultas Kedokteran Unand," ujar dr. Maliana.
Turut hadir Dekan Fakultas Kedokteran Unand, Dr. dr. Sukri Rahman, Sp.THT-BKL, Subsp. Onk (K), FACS, FFSTEd, Ketua Dewan Pengawas RS Unand Prof. Dr. Tafdil Husni, SE, MBA, Direktur Utama RS Unand Dr. dr. Muhammad Riendra, Sp. BTKV, Subsp. VE (K), FIATCVS dan jajaran direksi, manajemen serta civitas hospitalia RS Unand.
Sebagai rumah sakit pendidikan utama, sebutnya, RSUP Dr. M. Djamil memfasilitasi pendidikan klinis untuk beragam program studi meliputi Program Studi Dokter Umum, 16 Program Studi Dokter Spesialis, 4 Program Dokter Subspesialis dan 11 Program Fellowship. “Kolaborasi antara RSUP Dr. M. Djamil dan RS Unand diperkuat dengan penetapan RS Unand sebagai rumah sakit satelit. Sinergi ini dirancang untuk mencapai tujuan utama, yaitu mempercepat dan meningkatkan kualitas pendidikan tenaga kesehatan, terutama dalam program spesialis,” sebutnya.
Kolaborasi strategis ini mencakup beberapa aspek kunci, yaitu Program Percepatan PPDS dan PPDSS. Program ini menjadi jawaban langsung terhadap kebijakan Kemenkes dan Kemendiktisaintek untuk mengatasi kekurangan dokter spesialis di seluruh tanah air. "Dengan memanfaatkan kapasitas kedua rumah sakit, proses pendidikan klinis diharapkan dapat berjalan lebih efisien dan efektif," ungkapnya.
Selain pendidikan, sebutnya, kolaborasi ini juga memprioritaskan riset kolaboratif. Salah satu contoh inovasi yang dikembangkan adalah kit diagnostik Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA). Penelitian bersama ini menunjukkan komitmen kedua institusi dalam menghasilkan temuan yang relevan dan aplikatif untuk peningkatan layanan kesehatan
"Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan menjadi pilar penting lainnya. Kolaborasi ini mencakup program capacity building atau peningkatan kapasitas bagi tenaga kesehatan dari kedua rumah sakit, memastikan mereka selalu up-to-date dengan perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi terbaru," ucap dr. Maliana.
Terakhir, kolaborasi ini juga bertujuan untuk penguatan tata kelola (governance) rumah sakit pendidikan. Governance yang baik sangat penting untuk menjamin mutu pendidikan klinis, transparansi, dan akuntabilitas, sehingga menghasilkan lulusan dokter spesialis yang kompeten dan berintegritas.
"Kolaborasi ini diharapkan menjadi model bagi sinergi antara rumah sakit pendidikan utama dan rumah sakit satelit di Indonesia, demi mewujudkan pemerataan dan peningkatan kualitas layanan kesehatan nasional," harapnya.(*)