Selasa, 07 Oktober 2025 01:05 WIB

Instalasi Promkes RSUP Dr M Djamil Rutin Edukasi Pasien TBC Bukan Penyakit Keturunan

Responsive image
Humas - RSUP dr. Djamil Padang
6

Padang (03/10) - Instalasi Promosi Kesehatan dan Pemasaran RSUP Dr. M. Djamil kembali menegaskan komitmennya dalam mengedukasi masyarakat tentang isu-isu kesehatan. Dalam rangkaian kegiatan penyuluhan kelompok yang diadakan secara rutin, perhatian kali ini difokuskan pada penyakit Tuberkulosis (TBC).

Kegiatan penyuluhan kelompok yang bertempat di Poliklinik Paru. Penyuluhan ini menghadirkan dr. Irvan Medison, Sp.P (K) FISR FAPSR, seorang dokter spesialis paru konsultan, yang memberikan materi tentang bahaya TBC, khususnya di kalangan remaja.

Dalam pemaparannya, dr. Irvan Medison, Sp.P (K) FISR FAPSR, dengan tegas meluruskan mitos yang masih melekat di masyarakat. Ia menjelaskan TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis.

"Penting untuk dipahami, TBC bukan penyakit keturunan atau akibat guna-guna. Ini adalah infeksi yang menyerang paru-paru, namun bakteri TBC juga dapat menyerang organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, tulang, selaput otak, hingga kulit," tegasnya seraya mengatakan bakteri TBC bersifat sangat menular. Satu pasien TBC aktif diperkirakan dapat menularkan penyakit kepada 10 hingga 15 orang di sekelilingnya setiap tahun jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

Dokter spesialis paru tersebut memaparkan serangkaian gejala yang harus diwaspadai, di mana gejala utama TBC adalah batuk yang terus-menerus. Gejala lainnya meliputi demam atau meriang berkepanjangan, sesak napas dan nyeri dada, berat badan menurun drastis tanpa sebab jelas, kadang dahak bercampur darah, nnafsu makan menurun, berkeringat di malam hari tanpa melakukan kegiatan atau olahraga.

"Beberapa kelompok masyarakat memiliki risiko lebih tinggi untuk sakit TBC, di antaranya adalah anak-anak, orang dengan HIV/AIDS, orang usia lanjut, penderita Diabetes Melitus (DM), perokok, serta orang yang kontak erat atau kontak serumah dengan pasien TBC," ungkap dr. Irvan.

dr. Irvan menekankan TBC dapat disembuhkan dan penularannya dapat dicegah melalui langkah-langkah berikut. Bagi pasien TBC aktif, kunci utama pencegahan adalah minum Obat Anti TBC (OAT) secara teratur sesuai anjuran dokter selama 6 hingga 8 bulan.

Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Menutup mulut saat batuk dan bersin menggunakan tisu atau sapu tangan, tidak membuang dahak sembarangan, melainkan membuangnya ke kloset (WC).

Memastikan ventilasi udara yang baik di rumah, menjemur alas tidur agar tidak lembap. Kemudian membuka jendela agar rumah mendapatkan cukup sinar matahari dan udara segar dan melakukan olahraga teratur. "Makan makanan bergizi seimbang, mendapatkan imunisasi BCG pada anak serta tidak merokok," paparnya.

Penyuluhan ini ditutup dengan seruan untuk bertindak nyata dalam upaya eliminasi TBC di Indonesia. RSUP Dr. M. Djamil  mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan visi kesehatan ini. "Saatnya Indonesia Bebas TBC, mulai dari saya," tutup dr. Irvan Medison, mengakhiri penyuluhan.(*)