Jakarta (25/09) – Kementerian Kesehatan telah lama mengembangkan sistem informasi rujukan secara Terintegrasi, namun pemanfaatannya di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan untuk meningkatkan mutu, efektifitas dan efisiensi layanan. Salah satu permasalahan yang terjadi adalah respon tim bagi penerima rujukan saat ada rujukan masuk.
“Saat ini telah dikembangkan MOBILE SISRUTE V.2 yang menjadi solusi dari masalah Feedback atau Respon Time Penerima Rujukan (RS),” ungkap Direktur Tata Kelola Pelayanan Kesehatan dr. Sunarto, M.Kes dalam acara Workshop Penguatan Implementasi Sistem Informasi Rujukan secara Terintegrasi di Jakarta.
Sunarto menambahkan, penyelenggaraan rujukan kedepan akan didasarkan pada kompetensi fasilitas pelayanan kesehatan penerima rujukan, bukan lagi berdasarkan klasifikasi RS. Sistem Informasi Rujukan secara Terintegrasi atau SISRUTE dikembangkan dengan tujuan sebagai sarana komunikasi dan informasi dalam melakukan rujukan pelayanan kesehatan perorangan. Klasifikasi RS yang saat ini masih berlaku berdasarkan kelas RS berdasarkan kapasitas tempat tidur tanpa melihat kemampuan atau kompetensi RS.
“Sehingga kedepan ini akan berubah dimana klasifikasi RS berbasis kompetensi dimana pelayanan berdasarkan pelayanan Spesialis dan Subspesialis dengan juga mempertimbangkan SARPRAS yang tersedia, sehingga Ketersedian SDM dan Sarparas dapat terpenuhi” jelasnya.
Dampak perubahan sistem rujukan online berbasis kompetensi akan mendekatkan akses pelayanan Kesehatan, rujukan selain melihat kompetensi dan daya tampung tetapi juga melihat aksesibilitas (jarak dan waktu tempuh) RS yang terdekat sesuai dengan kebutuhan klinis pasien. Perubahan juga akan menghilangkan Jenjang Pelayanan Kesehatan, dimana pasien dirujuk ke Fasyankes menurut kompetensi RS yang sesuai kebutuhan klinis pasien tanpa melihat klasifikasi/ jenjang RS.
“Selain itu, diharapkan pasien yang dirujuk dapat terdistribusi secara merata sesuai dengan kebutuhan klinis pasien, tidak tertumpuk di RS C dan D namun dapat langsung di rujuk ke RS B dan A sesuai kompetensi RS, tanpa melihat klasifikasi RS,” lengkapnya.
Hadir sebagai pembicara dalam acara ini, Dr. TB. Chaerul Dwi Sapta, SH., MAP Direktur SUPD III Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri. Chaerul menyampaikan bahwa implementasi SIRUTE berbasis kompetensi Fasyankes masih menghadapi berbagai tantangan. Mengatasi tantangan-tantangan tersebut diperlukan pendekatan yang komprehensif melalui peningkatan kapasitas, koordinasi lintas sektor, serta dukungan regulasi dan anggaran yang memadai. Menurutnya, dibutuhkan kebijakan dan dukungan pemerintah daerah dalam implementasi SIRUTE berbasis kompetensi fasyankes agar dapat berjalan lebih efektif dan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat di daerah.
Hadir pula dalam acara ini, Guru Besar Fakultas Kedokteran – Universitas Padjadajran Prof. Dr. dr. Hikmat Permana, SpPD, K-EMD yang membahas pengembagan sistem informasi rujukan terintegrasi berbasis kompetensi fasyankes. Menurutnya, rujukan bukan berarti mengalihkan tanggung jawab. Tapi berbagi tanggung jawab dalam pelayanan kesehatan pasien. Maka, pelayanan kesehatan berkelanjutan di Rumah sakit dengan kompetensi tertentu diharapkan dapat mengatasi masalah kesehatan secara paripurna.
Kegiatan dilaksanakan secara Hybrid (luring dan daring) dengan Jumlah peserta, sebanyak lebih dari 200 peserta. Terselenggaranya kegiatan penguatan implementasi sistem informasi rujukan dikarenakan masih belum optimalnya pemanfaatan media sistem informasi untuk rujukan terutama di Puskesmas, dan masih banyaknya penggunaan rujukan dengan media yang kurang tepat karena dapat terjadi pemanfaatan data tidak semestinya. Dari data dashboard pemanfaatan Sisrute untuk RS sebesar 90?ri 3,154 RS, dan untuk Puskesmas pemanfaatan sebesar 54?ri 10.100 Puskesmas. Tujuan dari Pertemuan Penguatan ini adalah agar Rumah Sakit, Puskesmas dan fasyankes lainnya dapat aktif menggunakan Sistem informasi rujukan secara terintegrasi dalam melakukan rujukan pasien baik rujukan IGD/Rawat Inap, rujukan rawat jalan ataupun rujukan maternal dan neonatal. Diharapkan didapatkan pemahaman secara menyeluruh dan dapat meningkatkan penggunaan dan pengembangan Sistem Informasi Rujukan secara Terintegrasi di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.