Padang (27/05) - Instalasi Promosi Kesehatan dan Pemasaran RSUP Dr. M. Djamil bekerja sama dengan KSM Dermatologi, Venereologi, dan Estetika Fakultas Kedokteran Unand/RSUP Dr. M. Djamil mengadakan serangkaian kegiatan edukatif di Poliklinik Kulit dan Kelamin. Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya kanker kulit dan pentingnya deteksi dini ini merupakan bagian dari peringatan "Skin Cancer Awareness Month" atau Bulan Kesadaran Kanker Kulit yang diperingati setiap bulan Mei.
"Dari sekian banyak kanker, ada yang satu yang jika dilihat kita tidak menyadari itu kanker yaitu kanker kulit. Kanker kulit itu seperti tahi lalat saja. Kita tidak terlalu peduli bahwa saya sebenarnya sedang menderita kanker," kata Ketua KSM Dermatologi, Venereologi, dan Estetika Prof. Dr. dr. Satya Widya Yenny, Sp.D.V.E, Subsp. D.K.E, M.Ag, FINSDV, FAADV.
Ia menyebutkan tema Skin Cancer Awareness Month tahun ini adalah Disatukan oleh Keunikan atau United by Unique. Ini menekankan bahwa setiap pengalaman kanker adalah unik. Unik di sini artinya setiap orang mengalami kisah dan perjalanan menderita kanker berbeda-beda.
"Di sini kita diminta menghargai keunikan. Bahwa setiap orang itu menghadapi kanker berbeda-beda. Kenapa? Karena fisik baik berat dan tinggi badan, emosi maupun kehidupan sosial berbeda-beda. Maka dikatakanlah unik. Sekarang kita menyatukan dalam keunikan," sebut Prof. Widya.
Tema kedua, sebutnya, Bersatu dalam Perjuangan. Tema ini mendorong persatuan dalam kanker. Baik para dokter dan para dosen melakukan penelitian, pengembangan dan pengobatan. "Selain kemoterapi, saat ini para peneliti sedang berusaha mengembangkan obat apalagi yang bisa untuk melawan kanker ini dan bisa diterima oleh tubuh pasien. Sehingga kualitas hidupnya meningkat," harapnya.
Ketiga, sebutnya, pentingnya dukungan. Di sini penderita kanker tidak hanya membutuhkan dukungan keluarga. Tapi juga dukungan masyarakat sekitar. Termasuk sesama penderita kanker itu sangat penting. Karena ketika dia bercerita dengan penderita kanker yang lain, dia merasa tidak sendirian," tuturnya.
Ia mengatakan setiap pengalaman kanker itu adalah kisah unik. Dan kisah-kisah ini perlu dihargai. "Dengan memahami kisah-kisah penderita kanker diharapkan saling mendukung," ucap Prof. Widya.
Pada peringatan ini juga dilangsungkan penyuluhan kesehatan tentang kanker kulit yang disajikan oleh dr. Indah Indria Sari, Sp.D.V.E. "Kanker kulit adalah penyakit kulit akibat pertumbuhan sel yang tidak normal. Di Indonesia, penyakit ini merupakan jenis terbanyak ketiga setelah kanker rahim dan kanker payudara," sebutnya.
Ia mengungkapkan setiap tahun, kanker kulit tercatat menyumbang sekitar 5,9 persen hingga 7,8 persen dari seluruh kasus kanker. "Adapun faktor penyebabnya adalah paparan sinar matahari berlebihan, paparan radiasi, paparan bahan kimia seperti arsenik. Kemudian, riwayat kanker pada keluarga," ungkap dr. Indah Indria Sari.
Ia menyebutkan kanker kulit memiliki beberapa jenis utama yaitu karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa dan melanoma maligna. Karsinoma sel basal diawali dengan tahi lalat yang cepat membesar dan mudah berdarah pada daerah yang sering terpapar matahari.
"Karsinoma sel skuamosa dapat berupa benjolan keras bersisik atau luka tak kunjung sembuh dapat didahului dengan trauma. Dan melanoma maligna mirip dengan tahi lalat karena berasal dari sel pigmen," sebutnya.
Melanoma maligna ini, tutur dr. Indah Indria Sari, dapat dideteksi dengan ABCDE. A; asimetri (bentuk yang tidak sama antara kiri dan kanan), B; border (batas) yang tidak beraturan. "C; colour (warna) yang tidak homogen, D; diameter lebih dari 0,5 cm. Dan E; evolusi artinya pembesarannya cepat," paparnya.
Ia pun memaparkan pemeriksaan kulit sendiri dengan cara SAKURI. Yakni ruangan dengan penerangan yang cukup, satu buah cermin setinggi tubuh. "Kemudian satu buah cermin kecil dan lihatlah dengan teliti setiap tubuh," ajaknya. (*)