Rabu, 24 September 2025 17:25 WIB

Tim Akademisi dari Singapura Lakukan Kunjungan Lapangan ke RS Marzoeki Mahdi

Responsive image
PR R - RS Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor
109

Bogor (17/09) – Tim dari SingHealth Duke-NUS Global Health Institute (SDGHI), Singapura, melakukan kunjungan lapangan ke Pusat Kesehatan Jiwa Nasional (PKJN) RS Marzoeki Mahdi. Kunjungan ini bertujuan untuk melihat langsung bagaimana rumah sakit jiwa pertama di Indonesia ini mengembangkan layanan kesehatan jiwa berbasis komunitas.

Dalam rangka penguatan pelayanan kesehatan jiwa, khususnya di layanan primer dan komunitas, SDGHI bekerja sama dengan Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan RI dan Global Health Strategies. Kegiatan ini merupakan bagian dari lokakarya digital terkait inovasi layanan kesehatan jiwa digital dan intervensi berbasis komunitas berbiaya rendah di Indonesia.

Rombongan SDGHI dipimpin oleh Dr. Anne-Claire Stona, Lead for Global Mental Health. Mereka menyoroti dua inovasi utama RS Marzoeki Mahdi, yakni program Si Opa (Strategi Optimalisasi Advokasi) dan layanan hotline 24 jam D’Patens 24. Kedua layanan tersebut menjadi contoh nyata bagaimana rumah sakit memperluas akses kesehatan jiwa ke masyarakat.

Direktur Utama PKJN RS Marzoeki Mahdi, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ, menjelaskan bahwa konsep social prescribing telah diimplementasikan melalui berbagai program rumah sakit.

Social prescribing itu seperti layanan hotline, outreach seperti Si Opa, hingga kegiatan terapi musik, memasak, kesenian dan kerajinan, dll. Semua itu merupakan bagian dari layanan rehabilitasi psikososial yang saat ini tidak ditanggung BPJS, namun sangat penting untuk mendukung kesehatan jiwa masyarakat,” ujarnya.

Menurut Dr. Nova, apa yang dipelajari tim SDGHI sejalan dengan program mereka terkait digital mental health dan low cost community-based mental health services, yang keduanya telah berjalan di RS Marzoeki Mahdi.

Apresiasi disampaikan Dr. Anne-Claire Stona. Ia menilai pendekatan yang dilakukan RS Marzoeki Mahdi sebagai langkah penting dalam reformasi kesehatan jiwa di Indonesia.

“Yang paling menarik adalah bagaimana rumah sakit mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa, baik melalui hotline maupun kegiatan advokasi langsung di lapangan,” katanya.

Hal senada disampaikan Professor Lee Kheng Hock, anggota tim SDGHI. Ia menilai layanan kesehatan jiwa di RS Marzoeki Mahdi mampu menjangkau masyarakat luas.

“Alih-alih hanya melayani pasien rawat inap, kalian justru mendatangi masyarakat dan meningkatkan kualitas layanan di sekitar rumah sakit. Fokus pada program outreach dan konsultasi 24 jam ini sangat mengesankan,” ujarnya.

Kunjungan ini ditutup dengan sesi diskusi dan tur lapangan, di mana tim SDGHI melihat langsung implementasi program-program berbasis masyarakat. Kedua pihak berharap kerja sama dapat terus terjalin untuk memperkuat layanan kesehatan jiwa yang inklusif, terjangkau, dan berkelanjutan. (Humas/R)

 

 

 

Duke-NUS Global Health Institute Team Visit RS Marzoeki Mahdi

Bogor, September 18, 2025 – A delegation from the SingHealth Duke-NUS Global Health Institute (SDGHI), Singapore, visited the National Mental Health Center (PKJN) at RS dr. H. Marzoeki Mahdi on Wednesday (September 17, 2025). The visit aimed to gain insights into how Indonesia’s leading mental health hospital develops and delivers community-based mental health services.

Led by Dr. Anne-Claire Stona, Lead for Global Mental Health, the SDGHI team observed two flagship innovations at RS Marzoeki Mahdi: the Si Opa (Strategi Optimalisasi Advokasi) program and the D’Patens 24, a 24-hour mental health hotline. Both initiatives are designed to expand access to mental health care beyond hospital walls.

Dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ, President Director of PKJN RS Marzoeki Mahdi, highlighted that the concept of social prescribing has long been applied in the hospital’s programs.

“Social prescribing includes services like hotlines, outreach programs such as Si Opa, and activities like music or cooking therapy. These are not covered by BPJS insurance but are essential to supporting mental health in the community,” she explained.

She added that SDGHI’s interest aligns with RS Marzoeki Mahdi’s ongoing efforts in digital mental health and low-cost community-based mental health services.

Dr. Anne-Claire Stona praised the hospital’s transformative approach to mental health care in Indonesia.

“What impressed me most is how RS Marzoeki Mahdi lowers the barriers for communities to access mental health services—whether through hotlines or direct outreach and advocacy,” she said.

Professor Lee Kheng Hock, another member of the SDGHI team, also expressed admiration for the hospital’s proactive community engagement.

“Instead of only serving inpatient cases, you reach out directly to the community and enhance mental health services around the hospital. The focus on outreach and 24-hour consultation is truly remarkable,” he stated.

The visit concluded with a discussion session and a field tour, where the SDGHI team witnessed firsthand how the community-based programs were implemented. Both institutions expressed optimism about future collaborations to strengthen inclusive, accessible, and sustainable mental health care.