Jumat, 24 Oktober 2025 10:00 WIB

Sekretaris Ditjen Kesehatan Lanjutan Buka INAHEF 2025

Responsive image
rfs - Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan
101

Jakarta (23/10) — Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan, dr. Sunarto, M.Kes, secara resmi membuka International Healthcare Engineering Fair (INAHEF) 2025 di Gedung SMESCO Indonesia, Jakarta. Kegiatan ini mengusung tema “Smart Hospital dan Penerapan AI dalam Pelayanan Kesehatan” dan terselenggara melalui kolaborasi Kementerian Kesehatan, Badan Standardisasi Nasional (BSN), dan Perkumpulan Teknik Pelayanan-Kesehatan Indonesia (PTPI). 

Sebagai forum strategis kawasan, INAHEF 2025 ditujukan untuk meningkatkan pemahaman peserta tentang transformasi layanan berbasis teknologi dan standar Smart Hospital; menampilkan inovasi alat kesehatan serta teknologi rumah sakit cerdas guna memperluas promosi produk Indonesia; memberikan pelatihan praktis implementasi standar; menjadi wadah penyelarasan arah kebijakan nasional-regional; memberi pendampingan langsung kepada rumah sakit; dan mengapresiasi kontribusi inovasi para pemangku kepentingan. Ruang lingkup kegiatan meliputi seminar, pameran, workshop, kongres nasional, konsultasi teknis, penghargaan inovasi, dan sertifikasi.

Kegiatan yang turut dihadiri oleh pimpinan rumah sakit dan fasilitas kesehatan se-Asia Tenggara, perusahaan teknologi dan alat kesehatan, lembaga sertifikasi, universitas, asosiasi profesi, serta delegasi dari negara-negara ASEAN. Partisipasi multi-pihak ini diharapkan memperkuat kolaborasi lintas sektor dan mendorong standardisasi Smart Hospital yang selaras di tingkat nasional dan regional.

Dalam arahannya, dr. Sunarto menekankan bahwa inovasi teknologi harus berjalan seiring nilai kemanusiaan, sehingga transformasi digital yang meliputi implementasi Satu Sehat, pengembangan Smart Hospital, serta pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dan robotik benar-benar menghadirkan layanan yang adil, efisien, dan berkeadilan bagi masyarakat.

Sebagai fondasi tata kelola inovasi, Kementerian Kesehatan telah membentuk Kelompok Kerja AI Bidang Kesehatan untuk merumuskan kebijakan, etika, dan tata kelola penerapan AI, serta Komite Nasional Teknologi Robotik Bidang Kesehatan untuk mendorong pemanfaatan robotik bedah, rehabilitasi, dan pelayanan secara aman dan berkelanjutan.

Sejumlah capaian konkret turut disampaikan, antara lain pemanfaatan Sistem Sinaflex Robotic Telesurgery di RS Hasan Sadikin yang memungkinkan operasi jarak jauh; program SSI Mantra di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita yang telah mencatat lebih dari 14 operasi sukses; pengembangan Toumai, EDGE, dan Velys Robotics di RSCM untuk bedah minimal invasif dan ortopedi; serta pemanfaatan Cyberdyne di RSPON untuk mendukung rehabilitasi pasien. Rangkaian capaian ini menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga pengelola ekosistem inovasi kesehatan. 

Pada saat yang sama, Indonesia memperkuat pijakan kedokteran presisi melalui Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) dengan kapasitas sekuensing hingga 12.500 genom per tahun dan 90% data berkualitas tinggi, yang menjadi dasar kebijakan farmakogenomik dan layanan berbasis data.

Kebutuhan akan adopsi teknologi yang matang dan aman—seperti AI, robotik, dan telemedicine—juga menjadi alasan kuat di balik penyelenggaraan INAHEF 2025. Penerapan teknologi tersebut terbukti mengefisienkan biaya dan mengurangi ketergantungan pada SDM, sementara Indonesia telah lebih awal melangkah melalui rekam medis elektronik nasional (Satu Sehat) serta penyusunan standar Smart Hospital. Forum ini diharapkan memperkuat pemahaman rumah sakit atas standar dan teknologi baru untuk meningkatkan kualitas pelayanan sekaligus efisiensi SDM dan anggaran.  

Menutup arahannya, Setditjen Kesehatan Lanjutan mengapresiasi sinergi BSN dan PTPI serta mengajak seluruh rumah sakit dan industri alat kesehatan untuk memanfaatkan INAHEF sebagai ajang berbagi praktik baik, mempercepat implementasi Smart Hospital, dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Ia menekankan pentingnya memastikan hasil forum berlanjut pada kerja sama nyata untuk peningkatan mutu layanan kesehatan di Indonesia dan Asia Tenggara.