Kamis, 06 Maret 2025 11:33 WIB

Eco-Enzyme

Responsive image
9
Sri Juni Anggraeni, SKM, MM - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Eco-enzyme merupakan cairan zat organic kompleks serbaguna yang dihasilkan dari proses fermentasi limbah sayuran atau buah dengan penambahan gula merah (molase) dan air. Eco-enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Gagasan proyek ini adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya dibuang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik.

Berikut merupakan cara pembuatan eco-enzyme:

  1. ???Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
  • Gula = molase, gula merah, gula aren, gula kelapa bukan gula pasir.
  • Sisa buah atau sayuran = semua sisa buah atau sayuran kecuali sudah dimasak, busuk/berulat/berjamur dan berminyak.
  • c.       Air = air kran, air hujan, air buangan AC
  • d.      Wadah penampung memiliki tutup bermulut lebar berbahan plastik
  1. Membersihkan wadah dari sisa sabun atau bahan kimia.
  2. Memasukkan air bersih maksimum 60 persen dari volume wadah.
  3. Memasukkan molase atau gula sesuai takaran yaitu 10 persen dari berat air.
  4. Memasukkan potongan buah dan sayuran sisa sebesar 30 persen dari berat air lalu aduk rata.
  5. Memastikan bahan teraduk rata, remas, dan tenggelam.
  6. Menutup rapat, tunggu selama 90 hari, menempatkan wadah di lokasi tidak terkena sinar matahari langsung dan memiliki sirkulasi udara yang baik.
  7. Memberi label tanggal pembuatan dan tanggal panen.

Setelah 90 hari, eco-enzyme dapat dipanen. Hasil fermentasi dapat dikatakan baik apabila larutan yang dihasilkan beraroma seperti alkohol setelah 1 bulan dan setelah 2 bulan akan beraroma asam segar. Jika ditemukan lapisan jamur dan lapisan jeli merupakan hal yang wajar. Lapisan jamur tersebut tidak selalu muncul dan bukanlah menjadi patokan kualitas dan keberhasilan dari eco-enzyme. Cairan eco-enzyme dapat digunakan dengan cara disaring dan disimpan pada wadah yang lebih kecil dan tertutup. Larutan tersebut tidak memiliki kadaluarsa untuk digunakan. Standar eco-enzyme yang baik yaitu jika memenuhi persyaratan pH 4,0 dengan aroma asam segar khas fermentasi.

Larutan eco-enzyme dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari seperti karbol dan pembersih alami, sabun cair alami, penjernih udara, pembersih alat-alat rumah tangga, hand sanitizer. Untuk manfaat medis eco-enzyme mampu melawan parasit dan kuman penyebab infeksi seperti penyembuhan luka, infeksi kulit, dan lain-lain.

Keistimewaan eco-enzyme adalah tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada proses pembuatan kompos, bahkan tidak memerlukan bak komposter dengan spesifikasi tertentu. Botol-botol bekas air mineral maupun bekas produk lain yang sudah tidak digunakan dapat dimanfaatkan kembali sebagai tangki fermentasi eco-enzyme. Hal ini juga mendukung konsep reuse dalam menyelamatkan lingkungan.

 

Referensi:

Kartika, H., & C.S. Bakti. 2022. Edukasi Pembuatan Eco-Enzyme dalam Pemanfaatan Limbah Organik. Journal of Community Service and Engagement (JOCOSAE). 02(06) : 53-57.

Wuni, C., A. Husaini., & P. Wulandari. 2021. Pelatihan Pembuatan Eco-Enzyme dari Limbah Organik Rumah Tangga sebagai Alternatif Cairan Pembersih Alami. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 1(4) : 589-594.

Sumber gambar:

https://asset.kompas.com/crops/WBlEG8p4zLFRkUn3ORMhVbfySTg=/100x108:900x642/1200x800/data/photo/2022/01/24/61ee261de29f2.jpg

https://zerowaste.id/wp-content/uploads/2022/12/what-is-ecoenz-1024x576.png