Demam Berdarah Dengue / DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai Leukopenia (kondisi ketika jumlah sel darah putih di dalam tubuh lebih rendah dari kadar yang seharusnya), ruam (perubahan pada kulit berupa bercak kemerahan, bintil atau luka lepuh akibat iritasi atau peradangan), Limfadenopati (suatu kondisi pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih dari satu sentimeter), Trombositopenia (kondisi saat jumlah keping darah rendah atau di bawah normal) dan Ditesis Hemoragik (kecenderungan untuk mudah terjadi perdarahan yang dapat disebabkan oleh gangguan pembuluh darah). Pada DBD terjadi perembesan plasma (cairan berwarna kekuningan yang bertugas membawa sel darah) yang ditandai dengan Hemokosentrasi (suatu kondisi dimana terjadi peningkatan konsentrasi sel darah merah dalam darah, yang terjadi akibat penurunan volume plasma darah) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom (kumpulan dari beberapa tanda dan gejala kinis yang sering berhubungan dan muncul bersamaan, serta diasosiasikan dengan penyakit atau gangguan kesehatan tertentu.) renjatan Dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok.
Penyebab
Penyebab Demam Berdarah Dengue yakni Infeksi virus Dengue, yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti menjadi vektor utama dalam penularan DBD. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di genangan air bersih, bak mandi, pot bunga dan ban bekas.
Gejala
1. Berikut gejala umum dari DBD yakni :
a. Demam tinggi
b. Sakit kepala parah
c. Nyeri di belakang mata
d. Nyeri otot dan sendi
e. Mual dan muntah
f. Ruam di kulit
g. Pembengkakan kelenjar
h. Hilang nafsu makan
2. Gejala perdarahan
Berikut gejala perdarahan DBD yakni :
a. Gusi berdarah
b. Mimisan
c. Perdarahan di bawah kulit
d. Darah dalam muntahan atau tinja
e. Pendarahan organ internal / organ dalam
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya demam berdarah antara lain :
1. Pernah mengalami infeksi virus Dengue sebelumnya.
2. Tinggal atau bepergian ke daerah tropis.
3. Bayi, anak-anak, lanjut usia dan orang-orang dengan kekebalan tubuh yang rendah.
Klasifikasi
Klasifikasi dari DBD di bagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan dalam Uji Tourniquet (tes skrining awal untuk infeksi Dengue) positif, Trombositopenia (kondisi jumlah keping darah rendah di bawah normal), Hemokonsentrasi (suatu kondisi dimana terjadi peningkatan konsentrasi sel darah merah dalam darah, yang terjadi akibat penurunan volume plasma darah).
2. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan di tempat lain.
3. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi (peredaran), ditandai oleh nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau Hipotensi (tekanan darah rendah) disertai dengan Sianosis (kondisi medis di mana kulit dan selaput lendir seperti tampak kebiruan atau kebiruan-ungu) di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
4. Derajat IV yaitu syok (kondisi berbahaya ketika tekanan darah menurun secara drastis) berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.
Komplikasi
Komplikasi DBD yang serius dapat muncul pada anak yang mengalami demam berdarah Dengue antara lain perdarahan Massif (perdarahan yang banyak) dan Dengue Shock Syndrome / DSS (komplikasi dari infeksi Demam Berdarah Dengue yang sudah parah).
Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis DBD yaitu :
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Tes Dengue NS1
3. Tes anti- Dengue IgG/ IgM
4. Rontgen Thorax
Penanganan
Penanganan terapi anak yang mengalami DBD berupa terapi suportif (bentuk terapi psikologi yang menekankan dukungan emosional dan pemberian kekuatan kepada pasien) dan terapi Simptomatik (terapi untuk meredakan gejala penyakit). Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma (kondisi medis di mana cairan plasma darah merembes keluar dari pembuluh darah ke dalam jaringan sekitarnya).
1. Penanganan yang dapat dilakukan di rumah yaitu :
a. Tirah baring atau bed rest.
b. Diet lunak (makan makanan dengan tekstur halus).
c. Banyak minum
2. Bila sudah tidak bisa tertangani di rumah segera di bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
3. Penanganan di rumah sakit antara lain :
a. Pasien dimonitor tanda vital tiap 3 jam, jika kondisi memburuk observasi (pengawasan) ketat tiap jam.
b. Periksa Hemoglobin (komponen sel darah merah yang berperan untuk mengikat oksigen dalam darah) jumlah Trombosit (keping darah peran dalam proses pembekuan darah) dan Hematokrit (Sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh tiap hari.
c. Obat anti Piretik (obat untuk meredakan atau mengurangi demam) bila perlu.
Pencegahan
Untuk mencegah DBD dapat dilakukan hal-hal berikut :
1. Rutin melakukan 3M yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
2. Memasang kelambu
3. Hindari menumpuk dan menggantung pakaian.
4. Menggunakan lotion (pelembab) anti nyamuk.
5. Menggunakan pakaian lengan panjang saat keluar rumah.
6. Fogging / tindakan pengasapan dengan menggunakan insektisida / racun serangga untuk membunuh nyamuk dewasa, terutama nyamuk Aedes aegypti.
7. Vaksin DBD
Vaksin ini dapat diberikan kepada anak usia diatas 9 tahun dan dewasa, meski tidak dapat mencegah gigitan nyamuk, vaksin ini dapat mencegah gejala DBD berat.
8. Mengkonsumsi vitamin C
Memperkuat daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan tinggi vitamin C atau mengkonsumsi suplemen vitamin C.
Referensi :
Mahardika Karya Willy Gede I. 2023. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Pencegahan DBD pada Anak Usia Sekolah di Desa Tegallinggah. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Institut Teknologi dan Kesehatan Bali. Jurnal Riset Kesehatan Nasional Volume 7 Nomor 1.
Farasari Rizqi, Muhammad Azinar. 2018. Model Buku Saku dan Rapor Pemantauan Jentik dalam Meningkatkan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Journal of Health Education Volume 3 Nomor 2.