 
                Jakarta (29/10) – Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan (Ditjen Keslan) Kementerian Kesehatan menggelar kegiatan penyampaian hasil Survei Pulse Check 2025 sebagai tindak lanjut evaluasi budaya kerja dan upaya memperkuat implementasi nilai-nilai organisasi dalam mendukung transformasi kesehatan nasional.
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan, dr. Azhar Jaya, SKM, SH, MARS, bersama para Direktur, Ketua PMO, Ketua Tim Kerja dan ASN Kantor Pusat. Sementara itu, pimpinan dan jajaran dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Keslan mengikuti secara daring.
Dalam sambutannya, dr. Azhar Jaya menegaskan bahwa selain menjalankan enam pilar transformasi kesehatan, Kementerian Kesehatan juga melakukan transformasi internal di lingkungan kementerian. Untuk memastikan efektivitasnya, dilakukan survei Pulse Check yang mengukur tingkat kesehatan organisasi (Organizational Health Index/OHI), kesiapan pegawai dalam menjalankan transformasi, serta efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi.
“Untuk memastikan apakah transformasi internal ini sudah berjalan dengan baik, maka dilakukan survey pulse check yang melihat sejauh mana tingkat kesehatan organisasi (OHI-Organizational Health Index), bagaimana kesiapan seluruh pegawai untuk melaksanakan 6 pilar transformasi dan seberapa efektif penerapan tugas dan fungsi yang dilaksanakan”, jelas dr. Azhar.
Survei Pulse Check mengukur tiga dimensi utama yaitu internalisasi nilai BerAKHLAK, efektivitas budaya kerja Kemenkes, dan tingkat engagement pegawai berdasarkan metode Gallup Q12.
Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi ASN, Dwi Meilani, SKM, MKM menyampaikan bahwa skor budaya kerja Ditjen Keslan naik dari 3,26 di tahun 2024 menjadi 3,41 di tahun 2025, meski masih sedikit di bawah rata-rata Kemenkes sebesar 3,42.
“Secara umum, Ditjen Keslan memiliki kekuatan dalam komitmen terhadap transformasi layanan, semangat kolaborasi, dan peningkatan orientasi pelayanan. Namun, tantangan masih ada pada eksekusi yang belum konsisten, budaya inovasi yang belum merata, serta keterlibatan pegawai yang belum stabil,” jelas Dwi.
Melalui hasil survei ini, Ditjen Keslan diharapkan dapat terus memperkuat budaya kerja yang adaptif dan berorientasi pada pelayanan, sekaligus menjawab tantangan internal secara strategis demi mendukung keberhasilan transformasi kesehatan nasional.