Padang (13/11) - RSUP Dr. M. Djamil memperkuat komitmennya dalam pengembangan riset kesehatan berbasis genomik. Ini seiring dengan diadaknnya pertemuan bersama Tim Penelitian dan Pengembangan (Litbang) RS Jantung Pembuluh Darah Harapan Kita /Tim Hub Kardiovaskular Biomedical Genomik Science (BGSi) Kementerian Kesehatan.
Pertemuan yang berlangsung di Ruang Rapat Direksi RSUP Dr. M. Djamil tersebut berfokus pada re-sosialisasi teknis penelitian genomik untuk kasus Infark Miokard Akut (IMA) Prematur. Kolaborasi ini merupakan bagian integral dari implementasi Hub Kardiovaskular BGSi yang bertujuan untuk mengintegrasikan data genomik ke dalam layanan kesehatan di Indonesia.
Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Penelitian RSUP Dr. M. Djamil, dr. Maliana, M.Kes, mengungkapkan pentingnya penelitian ini bagi peningkatan kualitas layanan dan pengembangan ilmu pengetahuan di rumah sakit.
“Pertemuan ini menegaskan kembali peran strategis RSUP Dr. M. Djamil sebagai salah satu pusat layanan kesehatan rujukan dan pendidikan yang aktif dalam kegiatan riset berskala nasional. Penelitian Genomik Prematur IMA ini tidak hanya untuk memahami faktor genetik yang mendasari penyakit jantung pada usia muda, tetapi juga untuk merintis penanganan yang lebih presisi dan personal di masa depan,” ujar dr. Maliana didampingi Direktur Layanan Operasional, drg. Ade Palupi Muchtar, MARS dan manajemen.
Ia menekankan keterlibatan aktif RSUP Dr. M. Djamil dalam riset genomik ini menempatkan rumah sakot ini sebagai salah satu kontributor kunci dalam pilar Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan, khususnya pilar transformasi teknologi kesehatan. "Melalui Hub Kardiovaskular, data genomik dari populasi Sumatera, khususnya di wilayah pelayanan RSUP Dr. M. Djamil, akan memperkaya big data genomik nasional," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Instalasi Litbang RS Jantung Pembuluh Darah Harapan Kita sekaligus Koordinator Hub Kardiovaskular BGSi, dr. Bambang Widyantoro, Ph.D, Sp.JP (K), menjelaskan secara detail tentang target dan metodologi yang akan digunakan dalam penelitian genomik ini.
“Kami fokus pada Infark Miokard Akut (IMA) Prematur, yaitu kasus serangan jantung pada pasien di bawah usia 45 tahun untuk pria dan di bawah 55 tahun untuk wanita. Kasus IMA prematur sering kali memiliki korelasi kuat dengan faktor genetik, dan melalui BGSi, kita berupaya memetakan varian genetik spesifik pada populasi Indonesia,” jelas dr. Bambang.
Ia menambahkan re-sosialisasi teknis ini untuk memastikan standardisasi protokol penelitian di semua rumah sakit yang terlibat dalam jaringan Hub Kardiovaskular BGSi, termasuk RSUP Dr. M. Djamil. Standardisasi ini mencakup proses persetujuan pasien (informed consent), pengambilan dan pengiriman sampel darah untuk sekuensing genom, serta pengumpulan data klinis yang komprehensif.
Penelitian ini, sebutnya, diharapkan dapat menghasilkan temuan yang signifikan, yang nantinya akan diintegrasikan kembali ke dalam sistem SATUSEHAT untuk deteksi dini risiko penyakit jantung bawaan genetik. "Pengembangan pengobatan yang lebih efektif dan personal (kedokteran presisi). Dan penyusunan panduan pencegahan yang lebih spesifik untuk masyarakat Indonesia," tukasnya. (*)