Kamis, 21 Maret 2024 10:55 WIB

Mengenal Apa itu Baretts Esophagus?

Responsive image
464
Promosi Kesehatan Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Barrett’s Esophagus (BE) adalah penyakit di mana terjadi perubahan sel epitel kerongkongan yang normal yaitu skuamosa berlapis berubah menjadi sel silindris, atau dalam istilah kedokteran disebut sebagai metaplasia intestinal. Hal tersebut terjadi akibat dari paparan asam lambung yang berlangsung lama. Nama Barrett diambil dari seorang ahli bedah Inggris yaitu Norman Barrett yang pada tahun 1950 melaporkan penyakit tersebut. Perlu diketahui bahwa kerongkongan yang terpapar oleh asam lambung dapat ditemukan pada penyakit GERD akibat longgarnya katup LES. Oleh karena itu mudah dipahami bahwa Baretts Esophagus dapat terjadi pada pasien GERD terutama yang sudah berlangsung lama (umumnya lebih dari 5 tahun). Tidak semua pasien GERD akan mengalami BE. Berdasarkan literatur kedokteran, pada GERD terdapat risiko 10-15% untuk mengalami BE. Faktor risiko terjadinya BE yaitu gejala GERD yang lama (lebih dari 5 tahun), usia lebih dari 50 tahun, jenis kelamin pria, merokok, obesitas, dan ras Kaukasia. Kerongkongan atau esofagus adalah saluran yang menghubungkan mulut dengan lambung. Di bagian bawah kerongkongan, terdapat LES (Lower Esophageal Sphincter), yaitu sfingter atau otot khusus yang bisa membuka dan menutup untuk mencegah refluks atau naiknya asam lambung, makanan, dan minuman ke kerongkongan. Jika sfingter lemah, misalnya karena GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), asam lambung bisa naik secara terus menerus ke kerongkongan dan akhirnya merusak lapisan bagian tersebut sehingga terjadilah Barrett’s esophagus.

Penyebab Barrett’s Esophagus

Penyebab Barrett’s esophagus belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini sering kali dikaitkan dengan penyakit asam lambung atau GERD yang telah berlangsung lama. GERD adalah kondisi saat otot kerongkongan bagian bawah melemah sehingga asam lambung naik kembali ke kerongkongan secara terus-menerus.

Meski demikian, tidak semua penderita GERD pasti mengalami Barrett’s esophagus, dan tidak semua Barrett’s esophagus terjadi akibat GERD.

Faktor Risiko Barrett’s esophagus

Selain lebih berisiko terjadi pada penderita GERD kronis, risiko terjadinya Barrett’s esophagus juga dapat meningkat pada orang dengan kondisi berikut :

1.   Berusia di atas 50 tahun.

2.   Berjenis kelamin laki-laki.

3.   Memiliki berat badan berlebih atau obesitas.

4.   Memiliki kebiasaan merokok atau pernah merokok aktif.

5.   Menderita gastritis akibat infeksi bakteri Helicobacter pylori (pylori).

6.   Memiliki keluarga yang menderita Barrett’s esophagus atau kanker esofagus.

Gejala Barrett’s Esophagus                               

Barrett’s esophagus tidak menimbulkan gejala khusus. Namun, karena kondisi ini terkait dengan GERD, kenaikan asam lambung bisa memicu munculnya beberapa gejala berikut :

1.   Sensasi terbakar di dada (heartburn).

2.   Rasa asam di belakang mulut.

3.   Bau mulut (halitosis).

4.   Nyeri ketika menelan.

5.   Rasa seperti ada makanan mengganjal di kerongkongan.

6.   Sakit tenggorokan

7.   Mual dan muntah.

8.   Berat badan menurun.

Kapan Harus ke Dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami GERD yang terus menerus dan tidak kunjung membaik, apalagi bila sudah terjadi selama 5 tahun atau lebih. Hal ini agar kondisi lebih terpantau dan diketahui apakah GERD berpotensi menyebabkan Barrett’s esophagus.

Selain itu, Anda perlu mengenali beberapa tanda dan gejala bahaya berikut dan segera ke dokter jika mengalaminya :

1.   Nyeri dada

2.   Muntah mengandung darah atau terlihat kecokelatan seperti bubuk kopi.

3.   Tinja berwarna gelap, berlendir, atau berdarah.

4.   Berat badan turun drastis.

5.   Sulit menelan

Pemeriksaan Barrett’s Esophagus

Dokter akan melakukan wawancara kepada pasien yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan endoskopi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan selang endoskop melalui tenggorokan hingga ke kerongkongan untuk mendeteksi perubahan pada lapisan kerongkongan.

Jika dalam endoskopi ditemukan perubahan pada lapisan kerongkongan, dokter akan melakukan biopsi atau pengambilan sampel jaringan. Dengan biopsi, dokter dapat melihat ada tidaknya displasia pada kerongkongan. Displasia sendiri adalah jaringan dengan sel abnormal yang dapat berkembang menjadi sel kanker (sel prakanker).

Melalui biopsi, dokter juga dapat menentukan tingkat keparahan kondisi berdasarkan banyaknya displasia, yaitu :

1.    Tidak ada displasia, jika tidak ditemukan pertumbuhan sel prakanker.

2.    Displasia ringan, jika ditemukan sedikit pertumbuhan sel prakanker.

3.  Displasia berat, jika ditemukan banyaknya pertumbuhan sel prakanker, sekaligus merupakan tahap terakhir sel berkembang menjadi kanker.

Penanganan Barrett’s Esophagus

Pengobatan Barrett’s esophagus tergantung pada seberapa banyak pertumbuhan sel prakanker di kerongkongan, yaitu :

1.   Tidak ada displasia

Pada pasien Barrett’s esophagus tanpa pertumbuhan sel abnormal, dokter akan memantau perubahan lapisan kerongkongan dengan menggunakan endoskopi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap 1 tahun sekali. Jika tidak ada perubahan, endoskopi bisa dilakukan setiap 3-5 tahun sekali.

Selain memantau kondisi, dokter juga akan menganjurkan pasien untuk memperbaiki gaya hidup, serta memberikan obat-obatan tertentu untuk menurunkan produksi asam lambung, seperti antagonis H2 dan obat penghambat pompa proton.

2.   Displasia ringan

Pada pasien Barrett’s esophagus yang mengalami displasia ringan, dokter akan menganjurkan endoskopi yang bisa diulang 6 bulan kemudian. Pemantauan tambahan juga akan dilakukan tiap 6-12 bulan. Selain itu, dokter juga dapat melakukan beberapa tindakan berikut :

a.   Reseksi endoskopi, untuk mengangkat sel abnormal dengan menggunakan endoskopi.

b.   Ablasi radiofrekuensi, untuk mengangkat jaringan abnormal kerongkongan dengan menggunakan gelombang radio.

c.    Krioterapi, untuk merusak sel-sel abnormal dengan cara dibekukan.

3.   Displasia berat

Pada pasien Barrett’s esophagus yang mengalami displasia berat, dokter akan melakukan tindakan seperti pada displasia ringan. Namun, mengingat displasia berat mungkin berkembang menjadi kanker kerongkongan, dokter akan melakukan operasi pengangkatan lapisan kerongkongan yang rusak.

 

Referensi :

Agustina Petronella Sri Herawati. 2018. Diagnosis dan Penatalaksanaan Eshophagus Barrets. Jurnal Ilmu Penyakit THT Universitas Airlangga Surabaya.

Beydoun, A., et al. 2023. Cancer Risk in Barrett's Esophagus : A Clinical Review. International Journal of Molecular Sciences, 24(7), pp. 6018.

Stawinski, P., et al. 2023. Barrett's Esophagus : An Updated Review. Diagnostics (Basel, Switzerland), 13(2), pp. 321.

National Institutes of Health. 2022. Barrett Esophagus . MedlinePlus.

Cleveland Clinic. 2020. Disease & Conditions. Barrett's Esophagus.

Mayo Clinic. 2023. Diseases & Conditions. Barrett's Esophagus.

WebMD. 2021. Barrett's Esophagus: Symptoms, Causes, and Treatments.