Gosok gigi merupakan aktifitas membersihkan gigi dan rongga mulut dari sisa-sisa makanan. Sisa makanan yang bertahan di rongga mulut akan menjadi agen tempat tumbuh bakteri yang menimbulkan bau mulut, plak dan kerusakan gigi. Pembiasaan anak gosok gigi sebaiknya dibangun dari usia dini. Tetapi pada kondisi tertentu, anak menolak melakukannya. Lalu apa yang harus dilakukan ?
Hal pertama yaitu kita cari tau sumber masalah nya,barangkali putra ibu mengalami gangguan sensorik atau gangguan “merasa”. Kemungkinan rongga mulut sangat hipersensitif. Pada umumnya, jika seorang anak menolak gosok gigi, aktifitas makan dan berbicaranya juga terganggu. Ada beberapa hal yang menyebabkan hipersensitif mulut diantaranya : riwayat prematur, riwayat lahir tidak lansung menangis atau menangis tapi pelan, dan ASI tidak lancar. Adapun ciri-ciri anak mengalami hipersensitif di area mulut yaitu: menghindari sentuhan pada area wajah dan mulut, menolak menyusu, tidak suka aktifitas makan, sering minum di sela-sela aktifitas makan, sering menggigit benda yang bukan makanan, atau memasukkan jari ke mulut, menolak cuci muka, pilih pilih makanan, mengunyah makanan hanya sebentar lalu segera menelannya
Cara mengatasi hipersensitif area mulut:
Tahap-tahap latihan stimulasi sensori area mulut:
Mulai dari sisi luar dulu baru pelan-pelan masuk ke dalam rongga mulut, sebaiknya memakai jari telunjuk yang terbungkus dengan sarung tangan supaya jari ibu bisa mengenali, area mana yang sensitif. Pada area yang sensitif biasanya di tandai dengan penolakan anak yang disertai dengan menegangnya bagian otot yang di sentuh atau bahkan respon anak menggigit jari yang masuk. Alihkan perhatian anak dengan suara nyanyian atau hitungan. Hormati jika anak masih menolak. Jangan terlalu masuk kedalam dulu, sampai anak pelan-pelan mau beradaptasi. Lakukan 3-5 kali/hari. Jika hal tersebut dilakukan secara konsisten maka dalam beberapa hari kedepan akan tampak perubahan secara perlahan.
Dalam melatih stimulasi sensori di area mulut orang tua harus sabar, telaten dan rajin melakukan agar mendapatkan hasil yang maksimal tanpa menimbulkan efek trauma secara psikologis pada anak karena merasa dipaksa. Jika stimulasi pada area mulut ini belum menunjukkan perubahan sama sekali, anak belum menunjukkan toleransi perubahan artinya orang tua harus mengawali stimulasi dari area tubuh anak yang lain seperti lengan, perut, bahu, kepala dan wajah dengan pijatan ringan dan menenangkan.
Referensi :
Parida Hanum dkk. 2024. The Influence of Oral Stimulation on the Improvement of Sucking Reflex and Weight Gain in Low Birth Weight Infants (LBW) at Bunda Patimah Primary Clinic. Indonesian Health Journal. https://doi.org/10.58344/ihj.v3i1
Ana Mafia et all. 2022. Association of Children's Toothbrushing and Fine Motor Skills: A Cross-Sectional Study. Reseach Gate Journal. http://dx.doi.org/10.1590/1807-3107bor-2022.vol36.0103
Ann-Katrin Johansson et all.2020. Diet and Behavioral Habits Related to Oral Health in Eating Disorder Patients: A Matched Case-control Study. Journal of Eating Disorder. https://jeatdisord.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40337-020-0281-z#citeas