Selasa, 28 Mei 2024 11:17 WIB

Mengenal Lupus, Penyakit Seribu Wajah

Responsive image
585
Dr. dr. Alvina Widhani, SpPD, KAI - RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Pasien Nn. L usia 21 tahun,  baru terdiagnosis lupus sejak satu bulan terakhir. Awalnya dia mengalami demam berulang yang disertai trombosit yang rendah sejak enam bulan yang lalu. Beberapa kali dirawat di rumah sakit didiagnosis sebagai demam berdarah. Namun karena sudah berulang tiga kali, dokter kemudian memeriksa lebih lanjut dan ternyata didapatkan hasil pemeriksaan sesuai dengan lupus. Keluhan lain yang dialami Nn. L yaitu kulit kemerahan kalau terkena matahari.

Lupus atau lupus eritematosus sistemik/LES (systemic lupus erythematosus/SLE) merupakan salah satu contoh penyakit autoimun. Penyakit autoimun merupakan suatu kondisi dimana sistem kekebalan tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga tidak mengenali sel tubuh sendiri dan kemudian menyerang sel tubuh dan menyebabkan kerusakan. Lupus sebenarnya berasal dari bahasa latin yang berarti serigala. Digunakan istilah ini karena pada lupus terdapat kelainan kulit atau ruam di wajah yang menyerupai gigitan serigala. Ruam ini juga dikenal dengan istilah butterfly rash karena menyerupai kupu-kupu. Eritematosus berarti merah yang terkait dengan ruam pada wajah yang berwarna merah. Sementara kata sistemik karena lupus dapat mengenai berbagai organ, seperti kulit, sendi, sel darah, ginjal, otak, saraf tepi, paru dan jantung.

Lupus juga dikenal dengan istilah penyakit seribu wajah karena gejala atau tandanya dapat menyerupai penyakit lain. Seperti yang dialami oleh Nn. L, demam dan trombosit rendah selain pada lupus, juga bisa ditemukan pada infeksi virus. Demam lama juga bisa didapatkan pada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Gejala atau organ yang terkena antara satu orang dengan lupus (odapus) dengan odapus lain dapat berbeda. Sebagai contoh, ada yang hanya menunjukkan gejala pada kulit dan sendi, namun ada juga odapus yang sejak awal mengalami kebocoran ginjal hingga gagal ginjal. Pengenalan dini gejala lupus penting karena dengan diagnosis yang tepat dan cepat, respons pengobatan akan lebih baik. Ada beberapa gejala yang dapat menjadi kecurigaan adanya lupus yaitu: nyeri atau bengkak sendi lebih dari tiga bulan, sariawan lebih dari dua minggu, ruam kemerahan di wajah seperti kupu-kupu, kulit kemerahan bila terkena sinar matahari, demam lama tanpa sebab yang jelas, kebocoran protein dari urin, kejang, serta rasa sangat lelah dan lemas walaupun cukup beristirahat. Namun, perlu diperhatikan bahwa gejala-gejala tersebut juga dapat disebabkan oleh penyakit lain, tidak hanya lupus. Sariawan berulang misalnya juga dapat disebabkan defisiensi nutrisi atau infeksi virus. Rasa lelah dan lemas bisa juga disebabkan oleh anemia karena kekurangan zat besi.  Untuk mengetahui apakah gejala-gejala tersebut disebabkan oleh lupus atau karena penyebab lain, dapat berkonsultasi ke dokter untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Bagaimana seseorang dapat terkena lupus? Lupus bukan penyakit menular. Seseorang dapat terkena lupus karena memiliki faktor genetik yang membuat sistem kekebalan tubuhnya tidak berfungsi baik sehingga kemudian muncul penyakit autoimun bila terpapar dengan faktor lingkungan tertentu. Faktor lingkungan yang dapat menjadi pemicu lupus, antara lain paparan sinar ultraviolet, infeksi virus, paparan zat kimia, atau rokok. Faktor hormon juga berperan sehingga lupus ditemukan lebih banyak pada perempuan usia muda, rasionya sembilan banding satu dengan laki-laki. 

Apakah lupus dapat sembuh? Lupus mirip dengan penyakit kronik lainnya seperti diabetes atau hipertensi. Dengan pengobatan teratur, aktivitas penyakitnya dapat dikontrol atau remisi dan kualitas hidup membaik, meskipun tidak sembuh total. Penyakit ini bersifat dinamis, kadang membaik, kadang bisa kambuh apabila ada faktor pemicunya. Pemantauan yang baik selama pengobatan penting karena selain kondisi medis yang dapat berubah, obat yang dikonsumsi memiliki berbagai efek samping yang dapat dikendalikan. Oleh karena itu, penting bagi para odapus untuk berobat teratur ke dokter. Obat-obatan yang diberikan untuk odapus, terutama obat imunosupresan yaitu obat yang bersifat menekan respons kekebalan tubuh yang bereaksi berlebihan, salah satu contohnya yaitu kortikosteroid. Selain imunosupresan, odapus juga bisa mendapat obat lain sesuai dengan kondisi penyerta yang ada, seperti obat hipertensi, obat diabetes, atau obat pengencer darah. Tata laksana lupus tidak semata-mata obat, perubahan pola hidup juga perlu diperhatikan. Makanan seimbang dan sehat, aktivitas fisik yang disesuaikan dengan kemampuan, istirahat yang cukup, dan manajemen stres yang baik juga dapat berperan dalam manajemen lupus sehingga  membantu meningkatkan kualitas hidup para odapus.

Menjalani pengobatan lupus bagi seorang odapus bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan dukungan dari tenaga medis, keluarga, teman, dan sesama odapus agar bisa berhasil dengan baik.   Dengan diagnosis dini, diharapkan respons pengobatan lupus akan lebih baik. Aktivitas penyakit yang terkendali dapat memperbaiki kualitas hidup dan membantu para odapus agar bisa kembali beraktivitas dan produktif.

 

Referensi:

<!--[if !supportLists]-->Wallace DJ, Hahn BH, editors. Dubois’ lupus erythematosus and related syndromes. 9th ed. Elsevier; 2019.

<!--[if !supportLists]-->https://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/saluri-periksa-lupus-sendiri

Foto:https://www.freepik.com/free-photo/hands-patient-suffering-from-psoriasis_23991890.htm#fromView=search&page=1&position=1&uuid=40a0fec7-c9e7-4d9f-ad6b-8b2fcc5bd55a