Gout merupakan penyakit kronik progresif akibat endapan kristal monosodium urat (MSU) di sendi, ginjal dan jaringan ikat lainnya serta hiperurisemia sebagai akibat gangguan metabolisme purin yang biasanya berhubungan dengan penyakit metabolik lainnya seperti diabetes melitus, dislipidemia, stroke dan penyakit kardiovaskuler.1 Tingginya prevalensi komorbiditas kardiometabolik diantara pasien Gout, disebabkan pathogenesis resistensi insulin yang sama. Gout diawali dengan hiperurisemia atau kadar asam urat tinggi di dalam darah, yaitu dengan kadar asam urat serum > 7 mg/dl. 2 Kadar asam urat yang tinggi dapat membentuk kristal tajam yang mengendap di persendian sehingga menyebabkan pembengkakan dan nyeri, terutama pada sendi-sendi kecil seperti jempol kaki. Kadar yang tinggi ini dapat dikendalikan dengan menerapkan pola makan sehat. Pola makan yang tepat berperan penting dalam mengelola dan mencegah kekambuhan penyakit. Berdasarkan bukti terbaru, diet yang sehat dapat mengatasi Gout beserta komorbiditas kardio metaboliknya. Oleh sebab itu disarankan menjalani diet yang tepat untuk mengendalikan kadar asam urat di dalam tubuh. Berikut rekomendasi diet yang baik untuk penderita asam urat menurut IRA (Ikatan Reumatologi Indonesia 2024) :
1. Menghindari Minuman Beralkohol
Konsumsi alkohol terbukti meningkatkan produksi asam urat dan menyebabkan penurunan ekskresi urat melaui urin. Konsumsi minuman beralkohol meningkatkan risiko gout, yang risikonya meningkat seiring dengan peningkatan jumlah akohol yang dikonsumsi. Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat melemahkan fungsi hati, mengganggu interaksi multi organ lainnya dan menyebabkan peradangan.
2. Membatasi Konsumsi Minuman Tinggi Fruktosa (Minuman Berpemanis)
Minuman tinggi fruktosa dan minuman ringan berpemanis gula terbukti meningkatkan kadar asam urat serum. Oleh sebab itu, minuman manis seperti soda dan jus buah kemasan perlu dibatasi. Sebuah penelitian meta-nalisis telah menunjukkan efek fruktosa dalam meningkatkan risiko terhadap gout dan hiperurisemia. Sedangkan buah segar (utuh) dan minuman bebas fruktosa tidak ditemukan bukti meningkatkan risiko kadar asam urat serum. 3
3. Membatasi Makanan Tinggi Purin
Makanan tinggi purin seperti daging merah, jeroan dan produk olahan daging dapat meningkatkan kadar asam urat serum dan risiko gout, sehingga konsumsinya sebaiknya dibatasi. Demikian pula dengan seafood terutama udang, lobster, kepiting dan kerang. Sedangkan untuk sayuran yang tinggi purin (seperti asparagus, bayam, brokoli dan yang lainnya), berdasarkan beberapa penelitian tidak meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout. Suatu meta-analisis menemukan bahwa konsumsi sayuran kaya purin tidak berhubungan dengan peningkatan risiko hiperurisemia dan bahkan memiliki efek protektif terhadap gout. Suatu penelitian juga menunjukkan konsumsi purin dari hewani meningkatakn risiko serangan gout berulang, sedangkan konsumsi purin dari tumbuhan tidak menunjukkan efek yang sama. Oleh karena itu, konsumsi sayuran secara umum, termasuk yang kaya purin tetap boleh dikonsumsi tanpa pembatasan. 3
4. Konsumsi Makanan Rendah Lemak
Konsumsi lemak yang tinggi dapat menyebabkan penumpukan trigliserida, sehingga menyebabkan peningkatan masa lemak dan obesitas. Penelitian menunjukkan bahwa kelebihan berat badan atau obesitas berhubungan dengan hiperurisemia.
Disarankan menghindari makanan tinggi lemak jenuh atau lemak trans yang dapat ditemukan pada makanan cepat saji, pangan olahan, frozen food, dan kue kering (cookies). Meningkatkan proporsi sayuran dan buah-buahan, kacang-kacangan, minyak tak jenuh yang sehat seperti minyak zaitun, serta protein yang sehat seperti unggas, ikan, telur dan produk susu yang rendah lemak.4
5. Menjaga Berat Badan Ideal dan Latihan Fisik yang teratur
Beberapa penelitian telah menunjukkan manfaat penurunan berat badan pada mereka yang overweight atau obesitas terhadap gout dan kardiometaboliknya. Hasil studi menunjukkan setiap peningkatan indeks masa tubuh (IMT) terjadi peningkatan risiko artritis gout pada setiap pasien. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler apabila kadar asam urat serum ? 5 mg/dl. Sebuah meta-analisis menunjukkan adanya hubungan antara kadar asam urat serum dengan sindroma metabolik. Pasien dengan sindroma metabolik memiliki kadar asam urat serum yang lebih tinggi daripada pasien tanpa sindroma metabolik.
Olah raga yang dianjurkan adalah jenis olahraga aerobik intensitas rendah atau sedang karena dapat mengurangi respons inflamasi terhadap kristal monosodium urat (MSU), sedangkan olahraga intensitas tinggi tidak bermanfaat. Suatu penelitian juga menunjukkan orang dewasa dengan gout yang aktif secara fisik memiliki frekuensi serangan berulang yang lebih rendah daripada mereka yang tidak aktif secara fisik.4 Status hidrasi juga perlu diperhatikan karena keadaan dehidrasi dapat menyebabkan hiperurisemia.
Referensi:
Li Rongrong, Yu Kang, Li Chunwei. Dietary factors and risk of gout and hyperuricemia: a meta-analysis and systematic review. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition 2018; 27 (6): 1344-1356.
Daisy et al. Dietary Interventions for Gout and Effect on Cardiovascular Risk Factors: A Systematic Review. Nutrients 2019; 11(12): 2955.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Hiperurisemia & Artritis Gout. 2024.
Yokose Chio, McCormick Natalie, Choi Hyon K. Dietary and Lifestyle-Centered Approach in Gout Care and Prevention. Curr Rheumatol Rep. 2022; 23 (7): 51.
Sumber gambar:
https://asset-2.tstatic.net/health/foto/bank/images/asam-urat-4.jpg
https://statik.tempo.co/data/2021/11/12/id_1065863/1065863_720.jpg
https://doktersehat.com/wp-content/uploads/2020/08/makanan-tinggi-purin-doktersehat.jpg
https://cdn.rri.co.id/berita/Manado/o/1724845203340-IMG_8173/hj19qhvmusluqeq.jpeg