Rabu, 28 Mei 2025 15:08 WIB

Jenis Radang Usus dan Upaya Pencegahannya

Responsive image
25
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Mikrobiota usus berperan sebagai penghalang masuknya patogen, sistem pencernaan, metabolisme, menjaga sistem imunitas, dan pengobatan gangguan sistem saraf pusat. Ketidakseimbangan komposisi mikrobiota usus berdampak pada kesehatan tubuh manusia secara keseluruhan dikarenakan keterlibatannya dalam berbagai interaksi. Ketidakseimbangan komposisi mikrobiota usus disebut dysbiosis yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan salah satunya adalah radang usus. Radang usus, yang dalam istilah medis disebut Inflammatory Bowel Disease (IBD), adalah peradangan di saluran pencernaan yang ditandai dengan iritasi hingga luka. Radang usus dapat menyebabkan diare berkepanjangan, nyeri perut, BAB berdarah, berat badan turun, hingga anemia. Radang usus bukanlah penyakit tunggal, melainkan istilah umum yang mencakup dua jenis utama gangguan pencernaan kronis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Crohn. Kedua kondisi ini memiliki karakteristik yang berbeda namun sama-sama menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan. Pada kolitis ulseratif, peradangan terjadi pada lapisan terdalam usus besar (kolon) dan rektum. Sementara itu, penyakit Crohn dapat mempengaruhi seluruh bagian saluran pencernaan, mulai dari mulut hingga anus, meskipun paling sering menyerang usus kecil dan bagian awal usus besar. Penyakit radang usus adalah kondisi ketika usus atau saluran pencernaan mengalami peradangan kronis. Istilah ini mengacu kepada dua jenis penyakit yang sama-sama menyebabkan peradangan pada usus, yaitu penyakit kolitis ulseratif dan penyakit Crohn. Radang usus bisa menyerang siapa saja. Namun, Crohn’s disease lebih sering dialami oleh kelompok usia 20-30 tahun, sedangkan kolitis ulseratif lebih sering terjadi pada kelompok usia 15-40 tahun. Radang usus, terutama kolitis ulseratif, juga sering terjadi pada orang usia 50-70 tahun.

Penyebab Radang Usus

Penyebab dari penyakit radang usus sendiri masih belum diketahui. Beberapa faktor, seperti diet atau pola makan tertentu dan stres, dipercaya bisa menjadi beberapa faktor yang memperparah gejala dari penyakit ini.

Meski begitu, hal tersebut bukanlah penyebab munculnya penyakit ini. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah karena adanya malfungsi atau kelainan dari sistem kekebalan tubuh. Hal itu terjadi ketika sistem imun seseorang yang seharusnya melawan bakteri dan virus, justru malah menyerang lapisan dinding usus pengidap dan mengganggu kerja usus.

Faktor Risiko Radang Usus

Beberapa faktor risiko yang dipercaya meningkatkan risiko seseorang mengidap penyakit ini, meliputi :

  • Usia

Kebanyakan orang yang didiagnosis mengidap radang usus berusia 30 tahun.

  • Ras dan etnis tertentu.

Orang kulit putih berisiko lebih tinggi mengalami radang usus, tetapi penyakit tersebut bisa dialami oleh ras apa pun.

  • Riwayat penyakit serupa dalam keluarga.

Seseorang berisiko lebih tinggi bila memiliki kerabat dekat, seperti orang tua atau saudara kandung, yang mengidap penyakit radang usus.

  • Merokok

Ini adalah faktor risiko untuk penyakit Crohn.

  • Konsumsi obat tertentu. 

Contohnya obat anti-inflamasi golongan non-steroid berlebihan, seperti ibuprofen, naproxen sodium, natrium diklofenak, dan lain-lain.

Gejala Radang Usus

Gejala radang usus bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat, tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan radang yang terjadi pada saluran pencernaan. Gejala ini cenderung kambuh-kambuhan. Jadi, penderita radang usus bisa saja mengalami periode tanpa gejala sama sekali.

Gejala yang sering terjadi adalah :

  1. Nyeri perut atau kram perut.
  2. Perut kembung dan keras.
  3. Diare yang terus-menerus.
  4. Selera makan berkurang.
  5. Berat badan turun.
  6. BAB berdarah dengan warna merah terang (hematochezia).

BAB berdarah akibat radang usus juga dapat menyebabkan anemia atau kurang darah. Kondisi ini dapat menimbulkan keluhan mudah lelah dan pucat pada penderita radang usus.

Jenis-jenis Radang Usus

Radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) terdiri dari 2 (dua) jenis utama, yaitu :

1. Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif merupakan jenis radang usus yang menyerang lapisan terdalam usus besar (kolon) dan rektum. Beberapa karakteristik utama kolitis ulseratif antara lain :

  • Peradangan terbatas pada kolon dan rectum.
  • Peradangan terjadi secara kontinu, tanpa area sehat di antara bagian yang terkena.
  • Hanya mempengaruhi lapisan terdalam dinding usus.
  • Sering menyebabkan luka (ulser) pada dinding usus.
  • Gejala utama berupa diare berdarah dan nyeri perut.

2. Penyakit Crohn

Penyakit Crohn dapat mempengaruhi seluruh bagian saluran pencernaan, dari mulut hingga anus. Beberapa karakteristik utama penyakit Crohn meliputi :

  • Dapat menyerang bagian manapun dari saluran pencernaan, tetapi paling sering terjadi di usus kecil dan bagian awal usus besar.
  • Peradangan dapat terjadi secara tidak merata, dengan area sehat di antara bagian yang terkena (skip lesions).
  • Dapat mempengaruhi seluruh lapisan dinding usus.
  • Sering menyebabkan penebalan dinding usus dan pembentukan fistula.
  • Gejala bervariasi tergantung lokasi yang terkena, namun umumnya meliputi nyeri perut, diare, dan penurunan berat badan.

Selain dua jenis utama tersebut, terdapat juga beberapa subtipe dan variasi lain dari radang usus, seperti kolitis indeterminate (ketika sulit membedakan antara kolitis ulseratif dan penyakit Crohn) dan kolitis mikroskopis (peradangan yang hanya terlihat di bawah mikroskop).

Pencegahan Radang Usus

Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah radang usus. Namun, ada beberapa upaya untuk meredakan dan mencegah kambuhnya gejala, yaitu :

  1. Membatasi konsumsi makanan yang bisa memperparah radang usus, seperti makanan berlemak, pedas, berserat tinggi, atau terbuat dari susu.
  2. Mengonsumsi makanan yang lunak atau lembut.
  3. Membatasi konsumsi minunman beralkohol dan berkafein, karena dapat menyebabkan diare.
  4. Memperbanyak minum air putih.
  5. Mengonsumsi makanan dalam porsi lebih kecil tetapi sering, yaitu setiap 2-4 jam sekali.
  6. Berhenti merokok
  7. Berolahraga secara rutin.
  8. Beristirahat yang cukup.
  9. Mengelola stres dengan baik, misalnya dengan melakukan relaksasi atau latihan pernapasan.

 

Referensi :

Nabila Putri Laudi, dkk. 2024. Hubungan Antara Ketidakseimbangan Komposisi Mikrobiota Usus Terhadap Gangguan Kesehatan. Telaah Literatur Jurnal Kesehatan Universitas Bengkulu.

Herdiana Nurul Utami. 2022. Crohn Disease : Patofisiologi, Diagnosis, dan Penatalaksanaan. Jurnal Kedokteran Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat.

Fletcher, J., et al. 2019. The Role of Vitamin D in Inflammatory Bowel Disease : Mechanism to Management. Nutrients, 11(5), pp. 1019.

Barrett, K., Saxena, S., & Pollok, R. 2018. Using Corticosteroids Appropriately in Inflammatory Bowel Disease : a Guide for Primary Care. The British Journal of General Practice : The Journal of The Royal College of General Practitioners.

Johns Hopkins Medicine. 2023. Conditions and Diseases. Inflammatory Bowel Disease (IBD).

Cleveland Clinic. 2021. Disease & Conditions. Inflammatory Bowel Disease (Overview).