Senin, 22 Agustus 2022 10:47 WIB

Pengaruh Adiksi Internet terhadap Kecemasan Sosial pada Remaja

Responsive image
3625
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhan, teknologi memberikan dampak dan manfaat sangat besar dan dirasakan oleh hampir semua orang. Salah satu hasil perkembangan teknologi yang besar dalam jaringan komunikasi dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan penggunanya adalah internet. Pengguna media internet terus bertambah secara menyeluruh di dunia, termasuk Negara Indonesia. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Kominfo dari beberapa waktu yang lalu masyarakat di Indonesia menempati urutan keenam pengguna internet terbesar di dunia, bahkan lebih banyak dari pengguna internet di negara maju seperti Jerman dan Perancis. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan pengguna internet.

Penggunaan internet sudah menjadi suatu hal yang tidak mungkin tidak dilakukan oleh seseorang. Oleh karena itu, tidak heran jika saat ini sangat mudah ditemui pengguna internet di lingkungan sekitar, terutama pada generasi milenial yang lahir pada awal tahun 1980-an hingga awal 2000-an. Sementara dalam sebuah penelitian disampaikan bahwa untuk pengguna internet kebanyakan anak muda usia milenial berada pada usia 20 hingga 24 tahun. Internet berada pada usia 20 hingga 24 tahun dengan penetrasi 88.5%.

Selain itu, berdasarkan survei diketahui bahwa pengguna internet yang memiliki intensitas tinggi yaitu individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Hal ini menunjukan bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan individu semakin tinggi juga intensitas kegiatan mereka dalam mengakses internet. Hal tersebut didukung dengan diketahuinya mahasiswa sebagai profesi yang paling banyak menggunakan internet dibandingkan dengan profesi lain.

Saat ini fasilitas yang ditawarkan oleh internet dapat dengan mudah diakses. Di dalam dunia akademik sendiri, internet bertujuan untuk mendukung kegiatan akademik mahasiswa dalam proses pembelajaran, akan tetapi dalam penyelenggaraannya banyak terjadi penyalahgunaan internet yang kemudian mengarahkan pada adiksi internet.

Dalam sebuah penelitian disampaikan, adiksi internet merupakan sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. Selain itu diungkapkan salah satu tanda seseorang yang mengalami adiksi internet yaitu keinginan untuk menggunakan dan mengakses internet dalam jumlah waktu yang semakin meningkat, sehingga individu tersebut tidak dapat mengontrol penggunaannya. Di dalam hal ini, mahasiswa cenderung lebih mudah mengalami masalah adiksi internet. Mahasiswa juga sering bekerja dan menghabiskan banyak waktu luangnya dengan menggunakan internet.

Kita ketahui tentunya pada usia ini, mahasiswa sedang mengalami pencarian identitas prestasinya. Hal ini ditandai dengan proses pembentukan identitas diri, serta berusaha untuk hidup secara mandiri dengan melepaskan diri dari pengaruh dan dominasi peran orang tua. Mahasiswa memiliki kecenderungan untuk mencari makna hidup serta menjalin hubungan interpersonal yang lebih dekat juga terikat secara afektif. Karena itu, untuk menyelesaikan masalah tersebut, mahasiswa menggunakan internet secara lebih intensif, lebih penting dibanding dengan apa yang dilakukan oleh orang lain pada umumnya.

Hal ini sesuai fakta yang ditemukan di lapangan bahwa apabila dalam sehari mahasiswa tidak mendapat notifikasi di ponselnya, maka akan muncul perasaan resah yang diakibatkan oleh reaksi dari ketergantungan media sosial. Kecemasan sosial bisa ditandai dengan ketakutan atau kecemasan terhadap situasi sosial yang memungkinkan seseorang untuk merasa diawasi atau diperhatikan. Kecemasan sosial merupakan keadaan ketidak nyamanan dan stres bahwa pengalaman individu dengan ekspektasi bahwa dia akan bertindak tidak tepat, membuat bodoh dirinya sendiri, meninggalkan kesan negatif dan dievaluasi oleh orang lain dalam cara negatif (bodoh, pecundang, tidak kompeten, dan sebagainya) di berbagai acara maupun situasi sosial.

Berdasarkan sebuah penelitian mengenai keterkaitan kecemasan sosial dan adiksi yang dilakukan oleh seorang peneliti, menyampaikan bahwa individu yang memiliki kecemasan sosial akan menggunakan media sosial secara berlebihan untuk mengatasi hambatan yang ada pada dirinya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya dampak negatif ketergantungan terhadap kehidupan sosial individu tersebut dalam hal fungsi interpersonalnya.

Beberapa penelitian menemukan bahwa kecemasan sosial secara signifikan berpengaruh terhadap timbulnya adiksi internet. Mahasiswa yang mengalami kecemasan sosial cenderung melakukan komunikasi secara daring dengan cara mempresentasikan dan mencitrakan dirinya sebaik mungkin agar mendapatkan kesan dan citra yang positif dari pihak lain, bahkan terkadang kesan yang ditampilkan tidak sesuai dengan diri aslinya. Kondisi ini membuat mahasiswa yang memiliki kecemasan sosial semakin mengalami ketergantungan dalam penggunaan internet. Individu dengan kecemasan sosial yang tinggi takut untuk dievaluasi secara negatif oleh orang lain, memberikan kesan yang buruk, atau bertindak dengan cara yang memalukan.

Dalam sebuah penelitian lainnya menyebutkan, bahwa individu yang mengalami depresi dan kecemasan sosial karena adiksi internet, diketahui berkaitan dengan kecenderungan alexithymia. Alexithymia sendiri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang meliputi penyusutan kemampuan berfantasi, ketidakmampuan membahasakan emosi yang dirasakan, dan penderitanya mengalami kesulitan atau ketidakmampuan dalam menggambarkan apa yang dirasakannya. Bagi individu penderita alexithymia akan memiliki gangguan dalam hubungan intrapersonal dan interpersonal, hal ini dikarenakan mereka tidak mampu mengidentifikasi, memahami dan menanggapi perasaan dirinya sendiri dan orang lain sehingga mereka dikenal dengan orang yang kurang empati.

Sebagai salah satu konsekuensinya, penggunaan internet seperti menjadi solusi bagi individu yang mengalami kecemasan sosial untuk mengurangi tekanan dan bisa mengembangkan relasi yang hangat meskipun dilakukan secara daring. Individu akan berusaha mengembangkan relasi sosial yang tidak bisa didapatkan di dalam interaksi dunia nyata. Kenyamanan dan kebutuhan berafiliasi kerap mendorong individu terlibat dalam percakapan daring yang intens. Dalam penelitian lainnya menjelaskan bahwa percakapan daring yang intens pada individu dengan kecemasan social akan mudah mendorong terjadinya adiksi internet. Internet memang menyediakan informasi juga kesempatan untuk dapat berinteraksi sosial bagi individu yang memiliki hambatan jarak. Beberapa studi mengungkapkan dampak positif dari adanya internet yaitu memperluas jaringan pertemanan, sebagai media penyebaran informasi, sarana untuk mengembangkan keterampilan, dan kesempatan untuk berinteraksi dengan kelompok yang terisolasi secara sosial seperti orang yang menderita kecemasan sosial.

Tentunya jika dilihat dari ulasan di atas, dampak adiksi internet sangatlah berpengaruh besar pada seseorang, selain berdampak negatif tentunya dampak positifnya juga perlu sebagai pertimbangan dalam penggunaan internet, sehingga diperlukan adanya pembatasan dalam penggunaannya.

 

Referensi :

APJII. 2015. Profil Pengguna Internet Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

Baltaci, O., & Hamarta, E. 2013. Analizing The Relationships Between Social Anxiety, Social Support and Problem Solving. Education and Science, 38(167), 226-240.

Carleton, R. N., Collimore, K. C., & Asmundson, G. J. 2010. It's Not Just The Judgements It's That I Don't Know: Intolerance of Uncertainty as a Predictor of Social Anxiety. Journal of Anxiety Disorders, 24(2), 189-195. https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2009.10.007.

Colombarolli, M. S., Zuanazzi, A. C., Miguel, F. K., & Giromini, L. G. 2019. Psychometric Properties of The Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) in Brazil. Transcultural Psychiatry, 56(5), 992-1010. Doi: 10.1177/1363461519847312.

Geyer, L. S., Hall, H., le Roux, M. P., & Crafford, G. 2017. Internet Use Among University Students : A Reason for Concern? Perspectives in Education, 35(1), 66-80. Doi: https://dx.doi.org/10.18820/2519593X/pie.v35i1.6.

Haryanto, A. T. 2019. Pengguna Internet Indonesia Didominasi Milenial. Diambil pada 23 Oktober 2020 dari https://inet.detik.com/telecommunication/d-4551389/pengguna-internet indonesia-didominasi-milenial.

Haviland, M. G., Hendryx, M. S., Shaw, D. G., & Hendry, J. P. 1994. Alexithymia in Women and Men Hospitalized for Psychoactive Substance Dependence. Compr Psychiatry, 35(2), 124-128.

Honnekeri, B. S., Goel, A., Umate, M., Shah, N., & de Sousa, A. 2017. Social Anxiety and Internet Socialization in Indian Undergraduate Students : An Exploration Study. Asian Journal of Psychiatry, 27, 115-120. https://dx.doi.org/10.1016/j.ajp.2017.02.021.

Malkina-Pykh, I. G. 2014. Integrated Modelling of Alexithymia : Psychological Predictors and Method of Respons Functions. Journal of Health Psychology, 19(7), 887-896. Doi: 10.1177/1359105313481078.

Roy, S. K. 2008. Determining Uses and Ratifications for Indian Internet Users. CS-BIGS, 2(2), 78-91.

Prayoga, I. L., & Akmal, A. R. 2014. Perbedaan Tingkat Kecemasan Sosial pada Remaja Laki-laki dan Remaja Perempuan Pengguna Media Sosial (Facebook dan Twitter). Jurnal Psikogenesis, 3(1), 39-49.

Sugiarto, B. A. 2016. Pengguna Internet di Indonesia di Dominasi Anak Muda. Diambil pada 23 Oktober 2020 dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161024161722-185-167570/pengguna-internet-diindonesia-didominasi-anak-muda.

Van Zalk, N. 2016. Social Anxiety Moderates the Links Between Excessive Chatting and Compulsive Internet Use. Cyberpsychology : Journal of Psychosocial Research on Cyberspace, 10(3), article 3. Doi: 10.5817/CP2016-3-3.

Widiana, H. S., Retnowati, S., & Hidayat, R. 2004. Kontrol Diri dan Kecenderungan Kecanduan Internet. Humanitas : Indonesian Psychologycal Journal, 1(1), 6-16.

Morin, C. R. W., & Rahardjo, W. 2021. Kecemasan Sosial, Kecenderungan Alexithymia, dan Adiksi Internet pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi, 14(1), 11-24 Doi: https://doi.org/10.35760/psi.2021.v14i1.3439.