Penilaian perkembangan anak dapat dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap-tahap untuk melakukan penilaian perkembangan anak adalah sebagai berikut (Ferdinand,2014):
1. Anamnesis
Tahap pertama adalah melakukan anamnesis yang lengkap, karena kelainan perkembangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Dengan anamnesis yang teliti, maka salah satu penyebabnya dapat diketahui.
2. Skrining gangguan perkembangan anak
Pada tahap ini dianjurkan menggunakan instrumen-instrumen skrining untuk mengetahui kelainan perkembangan anak seperti dengan menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test).
3. Evaluasi lingkungan anak
Tumbuh kembang anak adalah hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan bio-fisiko-psikososial. Oleh karena itu untuk deteksi dini, kita juga harus melakukan evaluasi lingkungan anak tersebut. Misalnya dapat digunakan HSQ (Home Screening Questionnaire).
4. Evaluasi Penglihatan dan Pendengaran Anak
Tes penglihatan misalnya untuk anak umur kurang dari 3 tahun dengan test fiksasi, umur 2,5 tahun – 3 tahun dengan kartu gambar dari Allen dan di atas umur 3 tahun dengan huruf E. Juga diperiksa apakah ada strabismus dan selanjutnya periksa kornea dan retinanya. Sedangkan skrining pendengaran anak, melalui anamnesis atau menggunakan audiometer kalau ada alatnya. Disamping itu dilakukan juga pemeriksaan bentuk telinga hidung, mulut dan tenggorokan untuk mengetahui adanya kelainan bawaan.
4. Evaluasi Bicara dan Bahasa Anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan anak berbicara masih dalam batas-batas yang normal atau tidak. Karena kemampuan berbicara menggambarkan kemampuan SSP, endokrin, ada/tidak adanya kelainan bawaan pada hidung, mulut dan pendengaran, stimulasi yang diberikan, emosi anak dan sebagainya.
5. Pemeriksaan Fisik
Untuk melengkapi anamnesis diperlukan pemeriksaan fisik, agar diketahui apabila terdapat kelainan fisik yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Misalnya berbagai sindroma, penyakit jantung bawaan, tanda-tanda penyakit defisiensi dan lain lain.
6. Pemeriksaan Neurologi
Dimulai dengan anamnesis masalah neurology dan keadaan-keadaan yang diduga dapat mengakibatkan gangguan neurology, seperti trauma lahir, persalinan yang lama, asfiksia berat dan sebagainya. Kemudian dilakukan tes/pemeriksaan neurology yang teliti, maka dapat membantu dalam diagnosis suatu kelainan misalnya kalau ada lesi intracranial, palsi serebralis, neuropati perifer, penyakit-penyakit degeneratif dan sebagainya. Untuk mengetahui secara dini adanya palsi serebralis dianjurkan menggunakan pemeriksaan neurology.
8. Evaluasi Penyakit-penyakit Metabolik
Salah satu penyebab gangguan perkembangan pada anak adalah disebabkan oleh penyakit metabolik. Dari anamnesis dapat dicurigai adanya penyakit metabolik, apabila ada anggota keluarga lainnya yang terkena penyakit yang sama. Adanya tanda-tanda klinis seperti rambut yang pirang dicurigai adanya PKU (phenylketonuria), ataksia yang intermitten dicurigai adanya hiperamonemia. Disamping itu diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya yang sesuai dengan kecurigaan kita.
9. Integrasi dari hasil penemuan
Berdasarkan anamnesis dan semua pemeriksaan tersebut di atas, dibuat suatu kesimpulan diagnosis dari gangguan perkembangan. Kemudian ditetapkan penatalaksanaannya, konsultasi kemana dan prognosisnya. Ternyata berdasarkan berbagai penelitian (Blasco, 1991), angka terjadinya kelainan perkembangan yang sering ditemukan adalah retardasi mental 3%, 1 diantara 200 anak menderita palsi serebralis, kesulitan belajar dan sindrom yang menyangkut konsentrasi dan perhatian anak 5-7%.
Referensi:
Chamidah, Atien. (2016). Pentingnya stimulasi dini bagi tumbuh kembang otak anak. Yogyakarta : Ilmu Pendidikan Universitan Negeri Yogyakarta.
Ferdinand. (2014). Mengenali dan memahami tumbuh kembang anak. Yogyakarta : Kata Hati
Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Sumber gambar: https://www.shutterstock.com/image-vector/illustration-stages-growing-baby-woman-23585317
( DOC, PROMKES, RSMH)