Kanalikuli terletak di bagian terlemah kelopak mata. Kanalikuli seringkali merupakan struktur pertama yang terkena dampak oleh trauma periorbita atau trauma wajah. Frekuensi keterlibatan struktur aparatus drainase lakrimal dari yang paling sering hingga yang paling jarang adalah kanalikuli (bawah, atas, dan bikanalicular), saluran nasolakrimalis, kantung lakrimal, dan terakhir puncta lakrimal. Cedera pada kanalikuli paling sering terjadi pada laki-laki usia muda,
namun secara umum juga dapat terjadi pada wanita dan berbagai kalangan usia. Cedera pada kanalikuli dapat disebabkan oleh laserasi langsung atau gerakan tiba-tiba kelopak mata ke arah lateral yang merobek medial canthal tendon dan kanalikulus terkait. Pemeriksaan yang cermat pada area ini sangatlah penting, termasuk pemeriksaan probing dan irigasi untuk diagnostik.1,2,3
Tatalaksana ruptur kanalikulus dapat dilakukan dengan berbagai pilihan metode pembedahan. Pendekatan yang mungkin dilakukan dapat berupa perbaikan laserasi tanpa penggunaan stent atau dengan penggunaan stent monokanalikular maupun bikanalikular. Prinsip-prinsip yang disepakati para ahli di antaranya adalah mengidentifikasi ujung medial kanalikulus yang robek dan menggunakan pembesaran yang tinggi dalam menjahit maupun intubasi kanalikuli untuk mencegah fibrosis yang dapat terjadi. Metode yang paling konvensional adalah melakukan intubasi bikanalikular yang juga melibatkan manipulasi kanalikuli yang tidak terlibat. Konsekuensi dari metode tersebut adalah kebutuhan untuk pengambilan silicone tube pascaoperasi.1,4,5
Anestesi dalam tatalaksana laserasi kanalikuli banyak dilakukan dengan anestesi umum karena seringkali melibatkan trauma yang memerlukan berbagai tindakan. Pilihan teknik anestesi sedasi dengan Monitored Anesthesia Care (MAC) dapat dilakukan pada kasus yang tidak rumit atau tidak disertai trauma berat pada bagian lain. Teknis anestesi sedasi juga dapat memberikan keuntungan sejak terjadinya pandemi COVID-19 pada awal tahun 2020 untuk menghindari timbulnya aerosol sehingga mencegah penyebaran virus COVID-19.1,3,4
Sistem drainase lakrimal meliputi puncta atas dan bawah, kanalikuli lakrimal, kantung lakrimal, dan duktus nasolakrimalis. Puncta lakrimal adalah lubang kecil (berdiameter sekitar 0,3 mm) di tepi kelopak mata. Punctum inferior berjarak sekitar 6,5 mm dari kantus medial, sedangkan punctum superior berjarak sekitar 6,0 mm dari kantus media. Punctum kelopak mata bawah terletak lebih dekat ke limbus kornea karena pertumbuhan sinus maksilaris yang menarik punctum kelopak mata bawah ke lateral. Puncta mengarah posterior ke tear lake di kantus bagian dalam. Ampula adalah sedikit pelebaran pada sudut kanalikulus di dekat punctum. Bukaan ini mengarah ke kanalikuli lakrimal, kantung lakrimal, dan akhirnya duktus nasolakrimalis, yang selanjutnya mengarah ke hidung. Pada 90% orang, kanalikuli bergabung membentuk kanalikulus komunis sebelum memasuki kantung lakrimal. Serabut otot tarsal orbicularis oculi mengelilingi sistem kanalikuli dan kantung lakrimal. Serabut otot ini mendorong air mata ke dalam sistem dan turun ke saluran dengan berkedip.1,2,3
Kanalikuli terletak di bagian terlemah kelopak mata. Kanalikuli seringkali merupakan struktur pertama yang terdampak oleh trauma kelopak mata karena tidak memiliki tarsal. Cedera pada kanalikuli dapat terjadi baik oleh laserasi langsung atau oleh avulsi ketika perpindahan lateral tiba-tiba kelopak mata merobek medial canthal tendon dan kanalikuli terkait. Berbagai literatur menyebutkan bahwa ruptur lebih banyak terjadi pada kanalikuli inferior daripada superior. Pemeriksaan yang cermat pada area ini sangatlah penting, termasuk pemeriksaan probing dan irigasi untuk diagnostik.1,6,7
Langkah pertama perbaikan kanalikuli adalah dengan menemukan ujung-ujung yang terputus dari sistem kanalikuli. Anestesi umum dan pembesaran dengan pencahayaan optimal memudahkan pencarian. Pemahaman menyeluruh tentang anatomi kantus medial memandu operator ke area yang tepat untuk memulai eksplorasi ujung medial kanalikulus yang terputus. Kanalikulus terletak di dekat tepi kelopak mata, tetapi untuk laserasi yang dekat dengan kantung lakrimal, kanalikulus berada jauh di dalam ekstremitas anterior tendon kantus medial.4,8,9
Irigasi menggunakan udara, fluorescein, atau bahan viskoelastik kuning melalui kanalikuli yang berdekatan dapat membantu. Penggunaan pewarna methylene-blue harus dihindari, karena cenderung menodai seluruh bidang operasi. Dalam kasus yang sulit, penggunaan pigtail probe berujung halus secara hati-hati dapat membantu mengidentifikasi ujung potongan medial. Probe dimasukkan melalui punctum yang berlawanan melewati kanalikuli komunis dan akhirnya melewati ujung medial. Gambaran khas yang dapat ditemukan adalah calamari sign. 5,6,10
Pemasangan stent pada kanalikulus yang cedera dilakukan untuk membantu mencegah striktur kanalikuli pascaoperasi. Dengan memasang stent pada traksi, ahli bedah menyatukan ujung kanalikuli yang terputus dan struktur jaringan lunak lainnya, menempatkannya kembali ke posisi anatomis normal. Anastomosis langsung dari kanalikuli di atas stent lakrimal dapat dicapai dengan penutupan jaringan perikanalicular, dan tendon canthal medial dan margin kelopak mata dapat direkonstruksi seperlunya.5,7,11
Stent bikanalikular telah banyak digunakan, namun stent monokanalikular juga tersedia sebagai pilihan. Salah satu jenis stent monokanalikular dipasang di distal ke probe pemandu logam yang diambil secara intranasal. Jenis lain dimasukkan ke dalam punctum dan disambungkan langsung ke kanalikuli yang terkoyak untuk menjembatani laserasi tetapi tidak meluas ke hidung. Hal ini memungkinkan prosedur dilakukan dengan anestesi lokal di rawat jalan atau unit gawat darurat.10,11,12
Stent atau silicone tube biasanya dibiarkan di tempat selama 3 bulan atau lebih, namun terdapat risiko munculnya cheese-wire, iritasi mata, infeksi, peradangan lokal, atau pembentukan granuloma piogenik mungkin memerlukan pengangkatan dini. Stent bikanalicular biasanya dipotong di canthus medial dan diambil dari hidung. Stent monocanalicular hanya diambil dari punctum. Stent dapat dipertimbangkan untuk dikeluarkan kurang dari 3 bulan, terutama jika diyakini proses penyembuhan luka telah tercapai dan pembentukan kanalikuli telah terjadi.13,14,15
Laserasi kanalikuli tunggal dapat diperbaiki dengan silicone tube pada anestesi sedasi dengan Monitored Anesthesia Care (MAC) secara aman, efektif dan dengan komplikasi minimal. Prinsip yang penting untuk diperhatikan adalah mengidentifikasi luka dengan cermat dan memilih tatalaksana yang efektif dan efisien. Pasien-pasien dengan laserasi kanalikuli yang ditatalaksana dengan tepat dapat mengalami proses pemulihan yang optimal dan menghindari munculnya komplikasi pascaoperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sundar G. Lacrimal Trauma and Its Management. Dalam: Ali MJ, editor. Principles and Practice of Lacrimal Surgery. Singapore: Springer; 2018. hlm. 379-405.
Korn BS, Burkat CN, Carter KD, Perry JD, Setabutr P, Steele EA, et al., editor. Abnormalities of the Lacrimal Secretory and Drainage Systems. Dalam: American Academy of Opthalmology. Oculofacial Plastic and Orbital Surgery. BCSC 2020-2021. San Fransisco: AAO 2020-2021. hlm. 311-12
Brar VS, Law SK, Lindsey JL, Mackey D, Schultze R, Silverstein E, et al. Orbit and Ocular Adnexa. Dalam: Fundamentals and Principles of Ophthalmology. BCSC 2020-2021. San Fransisco: AAO 2020-2021. hlm. 42-3.
Wen X, Li Y. Anesthesia procedure of emergency operation for patients with suspected or confirmed COVID-19. Surg Infect (Larchmt). 2020;21(3):299.
Gerard A, Gungab NL, Javate RM, Beronilla ACS. Secondary Repair of Upper Lid Laceration with Canalicular Laceration , Right A case report. 2021;1–6.
Wladis EJ, Aakalu VK, Tao JP, Sobel RK, Freitag SK, Foster JA, et al. Monocanalicular Stents in Eyelid Lacerations: A Report by the American Academy of Ophthalmology. Ophthalmology. 2019;126(9):1324–9.
Hawlina G, Vergot K. Management of traumatic lower-eyelid avulsion and complete loss of the lacrimal canaliculus: A case report. Case Rep Ophthalmol. 2019;10(2):172–9.
Alhammad F, Galindo-Ferreiro A, Khandekar R, Al-Sheikh O, Alzaher F, Schellini S. Management outcomes of canalicular laceration in children. Saudi J Ophthalmol. 2020;34(2):101.
Shah SM, Shah MA, Patel KB, Singh RU. Innovative cost-effective method to repair lacrimal cannaliculi laceration - finding proximal end and stent. GMS Ophthalmol cases. 2019;9:20.
Ali MJ, Paulsen F. Human Lacrimal Drainage System Reconstruction, Recanalization, and Regeneration. Curr Eye Res. 2020;45(3):241–52. 11. Guo T, Qin X, Wang H, Lu Y, Xu L, Ji J, et al. Eiology and prognosis of canalicular laceration repair using canalicular anastomosis combined with bicanalicular stent intubation. BMC Ophthalmol. 2020;20(1):1–8.
Lin CH, Wang CY, Shen YC, Wei LC. Clinical characteristics, intraoperative findings, and surgical outcomes of canalicular laceration repair with monocanalicular stent in Asia. J Ophthalmol. 2019;2019.
Men CJ, Ko AC, Ediriwickrema LS, Liu CY, Kikkawa DO, Korn BS. Canalicular laceration repair using a self-retaining, bicanalicular, hydrophilic nasolacrimal stent. Orbit (London). 2021;40(3):239–42.
Kim T, Yeo CH, Chung KJ, Lee JH, Kim YH. Repair of lower canalicular laceration using the mini-monoka stent: Primary and revisional repairs. J Craniofac Surg. 2018;29(4):949–52.
Karaca U, Genc H, Usta G. Canalicular laceration (cheese wiring) with a silicone tube after endoscopic dacryocystorhinostomy: when to remove the tube? GMSOphthalmol cases. 2019;9:4–7
Sumber Gambar : Dokumentasi RS Mata Cicendo