Kamis, 02 Januari 2025 07:53 WIB

Kesehatan Mental pada Penderita HIV/AIDS

Responsive image
93
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Dampak dari penderita HIV/AIDS seringkali berhubungan erat dengan gangguan kesehatan mental, yang menjadi penyebab utama kematian akibat cacat. Kesehatan mental merujuk pada kondisi di mana seseorang bebas dari gangguan mental dan dapat berfungsi secara normal dalam kehidupannya. Individu yang sehat secara mental mampu mengelola stres dengan baik dan menjalani hidup dengan produktif, merasa hidupnya bermanfaat, memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, serta menyadari potensi diri. Kesehatan mental bukan hanya tentang tidak adanya gangguan mental, tetapi juga berkaitan dengan kesejahteraan secara menyeluruh. Setiap individu yang sehat mental mampu mengatasi tekanan hidup secara normal. Dengan demikian, definisi kesehatan mental ini mencakup aspek pribadi, fisik, sosial, dan ekonomi yang saling terkait untuk mencapai kesejahteraan secara holistik. HIV/AIDS dapat menyebabkan tekanan psikologis yang besar bagi penderita. Mereka sering mengalami depresi dan kecemasan saat beradaptasi dengan dampak dari diagnosis tersebut dan menghadapi tantangan hidup dengan penyakit kronis yang mematikan. Beberapa tantangan tersebut termasuk harapan hidup yang rendah, pengobatan yang kompleks, stigma sosial, serta kehilangan dukungan dari keluarga atau teman-teman. Infeksi HIV juga dapat meningkatkan risiko bunuh diri atau percobaan bunuh diri. Penderita HIV/AIDS sangat mudah mengalami masalah kesehatan mental akibat harus menyimpan rahasia besar dalam hidupnya. Mereka cenderung merahasiakan kondisi tersebut karena merasa tertekan dengan stigma negatif dan diskriminasi yang masih banyak berlaku terhadap orang dengan HIV/AIDS. Kondisi ini dapat berdampak buruk, karena apabila masalah tersebut terus dipendam, penderita akan semakin merasa terbebani. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) berhak untuk menjalani hidup yang baik dan layak, tanpa dikucilkan seperti orang pada umumnya.

1.    Kecemasan

Kecemasan yang dialami oleh remaja, terutama pada usia 17-30 tahun, biasanya disebabkan oleh tingginya tingkat kecemasan yang mereka rasakan. Kelompok ini cenderung merasa cemas karena kurangnya pengalaman dalam mengatasi rasa sakit atau stres yang mereka hadapi. Untuk mengurangi kecemasan pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), dukungan dari keluarga sangat penting, mengingat keluarga merupakan unit sosial terkecil. Keluarga dapat memberikan kasih sayang, rasa aman, dan perhatian kepada anggota yang menderita HIV/AIDS. Keharmonisan dalam peran setiap anggota keluarga untuk mencapai tujuan bersama juga dapat membantu mengurangi kecemasan yang dialami oleh ODHA.

2.    Coping Strategies

Munculnya masalah yang terus-menerus menekan individu dapat menyebabkan kebingungan dan stres. Individu yang fokus untuk mengatasi stres yang dialaminya dan mengembangkan strategi adaptasi yang tepat disebut sebagai strategi "coping". Secara umum, coping adalah cara yang digunakan untuk mengurangi atau menetralkan stres yang dialami oleh individu.

Solusi Terbaik untuk Mengatasi Masalah Penderita yang Mengalami Gangguan Kesehatan Mental Karena HIV/AIDS, yaitu :

1.    Menyediakan layanan kesehatan mental bagi penderita HIV/AIDS dan memberikan mereka pelatihan-pelatihan, agar penderita HIV/AIDS lebih mempunyai semangat untuk hidup.

2.    Penderita HIV/AIDS harus mendapat kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya, agar ia tidak merasa dikucilkan.

3.    Penderita HIV/AIDS perlu menerima dukungan emosional dan bantuan materi.

4.    Kita seharusnya tidak membedakan antara orang yang sehat dengan penderita HIV/AIDS, melainkan memperlakukan mereka dengan cara yang sama seperti kita memperlakukan orang pada umumnya.

5.    Kita perlu mengingatkan penderita HIV/AIDS untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, karena salah satu cara terbaik untuk meredakan kecemasan adalah dengan mendekatkan diri kepada-Nya.

 

Referensi :

CIMSA. 2019. Pernyataan Kebijakan HIV AIDS. Center for Indonesian Medical Students' Activities (CIMSA). Jakarta.

Latifa A. 2015. Peran Masyarakat Madani Dalam Mengurangi Stigma dan Diskriminasi Terhadap Penderita HIV & AIDS.

Itumaeng B. 2017. Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS dengan Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS di Kalangan Remaja 15-19 Tahun di Indonesia.