Jumat, 10 Januari 2025 14:56 WIB

Demensia Keluyuran (Wandering) ?

Responsive image
117
Endah Atmawati, S.Kep.,Ns - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Keluyuran (wandering) adalah masalah umum yang banyak terjadi terkait dengan demensia. Sebanyak 60% penderita demensia menunjukkan perilaku keluyuran (Jayasekara, 2009). Keluyuran didefinisikan sebagai kumpulan abnormalitas perilaku yang ditunjukan dengan perilaku meracau, berjalan tanpa tujuan, berjalan dengan tujuan yang tidak pantas atau tidak jelas, berjalan dengan tujuan tetapi frekuensi yang tidak pantas, berjalan malam hari, dan upaya untuk meninggalkan rumah (Jayasekara, 2009). Keluyuran juga sering digunakan untuk menggambarkan situasi di mana seseorang menjadi hilang dari komunitas (Rowe, 2008).

Terdapat tiga faktor terkait dengan perilaku keluyuran, yaitu stres dan pola koping, peran pekerjaan sebelumnya dan kecenderungan mengarah pada afiliasi yang lebih besar, seperti mencari tempat-tempat yang dikenal dan orang-orang yang bisa memberikan keamanan. Selain itu, keluyuran tampaknya meningkat ketika lingkungan tidak dikenal (Hong & Song, 2009). Pasien memiliki risiko kematian yang tinggi setelah mereka tidak ditemukan ketika mereka hilang (Rowe, 2008). Konsekuensi dari keluyuran bervariasi dari mulai cedera ringan, biaya pencarian dan penyelamatan yang tinggi dan kematian. Jika tidak ditemukan dalam 24 jam, konsekuesi untuk tersesat dan mendapatkan cedera serius akan menjadi lebih besar (Alzheimer Association., 2016)

Beberapa hal yang dapat dilakukan  antara lain:

1. Penggunaan Cermin

Cermin yang ditempatkan di depan pintu keluar sangat efektif untuk mengurangi pasien kabur yang menderita gangguan kognitif parah.

2. Kamuflase dan Ubah Pola Lantai

Kamuflase dilakukan dengan cara:

  •  menutupi kenop pintu atau kunci dengan panel kain
  •  pita hitam untuk mengubah pintu keluar
  •  gunakan Sistem Tagging elektronik
  •  menggunakan sistem penandaan elektronik untuk mendeteksi insiden pelarian

3. Intervensi Non-Farmakologis Lain yang Efektif

a) Meningkatkan Intervensi Interaksi Staf-Resident

Okawa et al. (1991), Goldsmith et al. (1995) dan Allen-Burge et al. (1999) menemukan bahwa meningkatkan interaksi sosial klien dengan staf perawat sangat efektif dalam mengurangi perilaku berkeliaran.

b) Intervensi Lingkungan

Menurut Yao dan Algase (2008), intervensi lingkungan untuk klien yang keluyuran antara lain melalui intervensi desain arsitektur dan terapi milieu. Intervensi lingkungan dalam perawatan jangka panjang sangat dianjurkan. Lingkungan dengan rendahnya stressor atau rangsangan, lingkungan yang didesain seperti rumah telah menunjukkan manfaat terapeutik (Yao & Algase, 2008). Penelitian Hong dan Song's (2009) menemukan bahwa perasaan yang akrab dengan lingkungan adalah faktor penting yang mempengaruhi orang dengan demensia terkait perilaku keluyurannya. Mereka merekomendasikan untuk menyediakan familiar feeling dalam praktik klinis sehari-hari melalui pembentukan fisik sebagai lingkungan psikososial yang dapat bermanfaat untuk mengurangi perilaku berkeliaran (Hong & Song, 2009).

c) Intervensi Perilaku

Menurut Kohn dan Surti (2008, p.337), intervensi perilaku dapat diimplementasikan sebagai berikut:

  • Alat bantu dengar, kacamata, dan gigi palsu yang tidak pas perlu diganti
  • Lingkungan sepi, nyaman, dan seperti rumah dengan barang-barang yang sudah dikenal disediakan
  • Kegiatan dan struktur harian yang teratur diperlukan; pola tidur dan pola makan pasien

Hal yang disarankan untuk pengasuh sebaiknya:

  • waktu istirahat yang memadai
  • memiliki pengetahuan tentang aspek praktis perawatan demensia
  • memiliki keterampilan memberi perawatan dan komunikasi
  • menghindari manajemen perilaku konfrontasional
  • menguasai teknik dukungan ADL dan aktivitas untuk perawatan demensia
  • profesional yang berpengalaman dan sumber daya komunitas
  • meyarankan keluarga dan pasien dirujuk ke Asosiasi Alzheimer setempat

Dalam penelitian Edvardsson et al. (2008), terdapat 40 residential care unit penderita demensia yang ikut berpartisipasi dalam studi intervensi. Para peneliti menggunakan skala penilaian regangan kerja laporan diri untuk mengukur persepsi staf tentang lingkungan kerja mereka dan Skala Penilaian Demensia Multidimensi untuk mengukur terjadinya gejala perilaku pada klien dengan demensia (Edvardsson et al., 2008).

d) Intervensi yang Dimediasi Kebijakan

Intervensi yang dimediasi kebijakan mencakup prosedur yang ditentukan secara organisasi seperti skrining penerimaan khusus klien yang keluyuran, perencanaan perawatan, laporan kejadian, dan kebijakan respons pelarian (Moore et al., 2009).

Setelah meninjau berbagai literatur, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa strategi manajemen yang sistematis untuk mengelola pasien keluyuran dengan demensia. Implementasi tampaknya efektif dengan dukungan dan kerja sama berbagai departemen, seperti dukungan kebijakan, dukungan keuangan, dukungan staf, dan kerja sama keluarga pasien.

 

Referensi :

Alzheimer Association. 2016. Alzheimer’s Disease Facts and Figures, 2016. Available at http://www.alz.org/facts/

Alzheimer’s Disease International. World Alzheimer Report 2016: Improving healthcare for people living with dementia. Diakses dari: https://www.alz.co.uk/research/WorldAlzheimerReport2016.pdf.

Chang YJ, Chu YY, Chen CN, Wang T. 2008. Mobile computing for indoor way finding based on Bluetooth sensors for individuals with cognitive impairments. In: 3rd International Symposium on Wireless Pervasive Computing Santorini. IEEE. (623–7)

Edvardsson, D., Sandman, P. O., Nay, R., Karlsson, S., & Umeå universitet, Institutionen för
omvårdnad, & Medicinska fakulteten (2008). Associations between the working
characteristics of nursing staff and the prevalence of behavioral symptoms in people
with dementia in residential care. International Psychogeriatrics, 20(4), 764 –776.
http://dx.doi.org/10.1017/S1041610208006716.

Gu, L. 2015. Nursing Interventions in Managing Wandering Behavior in Patients with Dementia: A Literature Review. Archives of Psychiatric Nursing 29; 454–457

Hong, G. S., & Song, J. 2009. Relationship between familiar environment and wandering behaviour among korean elders with dementia. Journal of Clinical Nursing, 18(9), 1365. http://dx.doi.org/10.1111/j.1365-2702.2008.02566.x.

Jayasekara, R. 2009. Dementia: Wandering. Evidence Summaries. Joanna Briggs Institute.

Kohn, R., & Surti, G. M. (2008). Management of behavioral problems in dementia.
Medicine and Health, Rhode Island, 91(11), 335.

Mayer, R., & Darby, S. J. (1991). Does a mirror deter wandering in demented older people?
International Journal of Geriatric Psychiatry, 6(8), 607 –609. http://dx.doi.org/10.1002/
gps.930060810.

Padilla, D. V., González, M. T. D., Agis, I. F., Strizzi, J., & Rodríguez, R. A. (2013). The effectiveness of control strategies for dementia-driven wandering, preventing escape
attempts: A case report. International Psychogeriatrics / IPA, 25(3), 500 –505. http://
dx.doi.org/10.1017/S1041610212001810.

Roberts, C. (1999). The management of wandering in older people with dementia. Journal
of Clinical Nursing
, 8(3), 322 –323. http://dx.doi.org/10.1046/j.1365-2702.1999.
0225a.x

Rowe, M. 2008. Wandering in hospitalized older adults: Identifying risk is the first stepin this approach to preventing wandering in patients with dementia. The American Journal of Nursing, 108(10), 62.