Meskipun obat diare menawarkan manfaat dalam mengatasi gangguan pencernaan yang mengganggu aktivitas sehari-hari, penggunaannya perlu memperhatikan berbagai efek samping yang mungkin timbul. Pemahaman tentang risiko ini penting untuk penggunaan obat yang tepat dan aman.
Efek Samping Obat Antidiare :
1. Loperamide, yang umum digunakan untuk mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa, dapat menimbulkan beberapa efek samping yang perlu diwaspadai. Efek samping yang sering dilaporkan meliputi konstipasi (sembelit), mual, nyeri perut, dan mulut kering. Pada beberapa kasus, penggunaan loperamide juga dapat menyebabkan pusing, kantuk, dan bahkan reaksi alergi seperti ruam kulit.
Penggunaan loperamide dalam dosis tinggi atau dalam jangka waktu melebihi 48 jam tanpa adanya perbaikan gejala dapat meningkatkan risiko komplikasi. Dalam kasus yang jarang, obat ini dapat menyebabkan ileus paralitik (kelumpuhan usus) dan toxic megacolon, terutama pada pasien dengan infeksi bakteri tertentu.
2. Attapulgite, Kaolin, dan Pektin yang biasa digunakan untuk meningkatkan konsistensi tinja juga memiliki efek samping tersendiri. Obat-obatan ini dapat menyebabkan konstipasi, kembung, dan mengurangi penyerapan nutrisi dan obat lain jika digunakan dalam jangka panjang. Beberapa pasien juga melaporkan adanya rasa tidak nyaman di perut dan perubahan warna tinja.
Pada lansia, penggunaan obat antidiare perlu lebih berhati-hati karena risiko dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit yang lebih tinggi. Selain itu, interaksi dengan obat-obatan lain yang umum dikonsumsi lansia dapat meningkatkan efek samping atau mengurangi efektivitas kedua obat.
Ibu hamil dan menyusui juga perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat antidiare, karena beberapa jenis obat dapat melewati plasenta atau masuk ke dalam ASI.
Pencegahan dan Penanganan Efek Samping :
Untuk meminimalkan efek samping, obat diare sebaiknya digunakan sesuai dosis yang dianjurkan dan tidak melebihi durasi yang direkomendasikan (umumnya tidak lebih dari 48 jam). Penting juga untuk tetap memperhatikan asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
Jika muncul gejala seperti demam tinggi, nyeri perut yang parah, atau tinja berdarah saat mengkonsumsi obat diare, segera hentikan penggunaan dan konsultasikan dengan tenaga medis. Gejala-gejala ini dapat mengindikasikan kondisi yang lebih serius yang memerlukan penanganan berbeda.
Penggunaan obat diare pada anak-anak, terutama loperamide, perlu mendapat perhatian khusus karena risiko efek samping yang lebih serius. Sesuai dengan pedoman penanganan diare pada anak, fokus utama tetap pada rehidrasi dan pemberian suplemen zinc, bukan pada penghentian diare dengan obat antidiare.
Dengan memahami dan mewaspadai efek samping obat diare, penggunaannya dapat lebih tepat, efektif, dan aman dalam mengatasi kondisi yang mengganggu namun umum terjadi ini.
Referensi:
Akhondi, H., Goldin, J., & Simonsen, K. A. (2025). Bacterial Diarrhea. StatPearls. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551643/
Dehydration. (2022). NHS choices. Available at: https://www.nhs.uk/conditions/dehydration/.
Diarrhea. (2023). National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/diarrhea.
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. L. (2023). Pharmacotherapy: A pathophysiologic approach. McGraw Hill Medical.
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia, & Perhimpunan Kedokteran Tropis dan Penyakit Infeksi Indonesia. (2024). Konsensus Nasional Penatalaksanaan Diare Pada Pasien Dewasa di Indonesia Tahun 2024. Jakarta: PIPInterna.
Sumber gambar :
Freepik (Ill woman with pills and water on yellow background) https://www.freepik.com/free-photo/ill-woman-with-pills-water-yellow-background_40451723.htm#fromView=search&page=1&position=16&uuid=e8897f76-df98-4e74-a940-ac1a9e9b6f05&query=efek+samping+obat