Kamis, 04 Agustus 2022 09:19 WIB

Mengontrol Emosi dengan Relaksasi Napas Dalam

Responsive image
1941
Ns. Frediana Pegia Hartanti, S.Kep - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Manusia sebagai makhluk sosial sering kali saat berinteraksi dengan orang lain sering memnculkan emosi dalam setiap individu. Emosi berkembang sejak lahir, adanya rangsangan menimbulkan terjadinya emosi. Prinsip dasar emosi manusia terdiri dari rasa marah sedih dan takut. Rasa cemas, malu dan rasa bersalah  sebagai emosi dasar manusia. Pengalaman sehari-hari  yang dialami setiap individu sangat berbeda dalam menghadapi rangsang yang dapat mempertajam kepekaaan emosi.

Emosi negatif sangat berepengaruh pada perilaku saat ini dan di masa yang akan datang.  Marah merupakan  reaksi terhadap tekanan yang menyebabakan gagalnya suatu perbutana dari suatu usaha. Marah hal yang normal perasaan yang sehat, namun penting membedakan antara marah, agresi, dan perilaku kekerasan. Marah menjadi potensi perilaku, emosi yang dirasakan dalam diri sesorang (Duffy, 2012).

Relaksasi merupakan salah satu teknik yang bisa digunakan untuk mengatasi perasaan yang kurang menyenangkan. Napas dalam salah satu bentuk teknik relaksasi yang diberikan perawat dalam mebrikan asuhan keperawatan. Perawat mengajarkan bagaiman cara melakukan dengan cara, menarik napas melalui hidung dengan secara perlahan sampai otot diagfragma terangkat secara maksimal kemudian dan mengembuskan napas secara perlahan melalui hidung.

Teknik relaksasi napas dalam mampu meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan kadar oksigenasi dalam darah, serta memberikan perasaan tenang, dan mengurangi stress baik fisik maupun emosional (Smeltzer & Bare, 2013).

Penelitian yang pernah dilkaukan Kustanti dan Widodo (2008) tentang pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap perubahan status mental klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan p value = 0,000. Zeliati (2011) dengan penelitian yang sama menyatakan pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap tingkat emosi pada klien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondohutomo Semarang menyatakan ada pengaruh yang signifikan dengan nila p = 0,000. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Golemn (1997) dan Smeltzer & Bare (2002) bahwa teknik relaksasi dapat menjaga dan mengantur keseimbangan emosi, sehingga emosi marah tidak berlebihan dan tidak terjadi pada tingkat intensitas yang tinggi

 

Sumber foto :

https://www.freepik.com/free-vector/flat-people meditating_14139908.htm#query=relaxation&from_query=relaksasi&position=1&from_view=search

Referensi:

Duffy, J. (2012). Managing Anger and Aggression: Practical Guidance for Schools. South Eastern Education and Library Board: Psychology/ Behavior Support Section.

Kustanti, E., & Widodo, A. (2008). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan Status Mental Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1 No.3, September 2008 : 131-136

Sutinah, S., Safitri, R., & Saswati, N. (2019). Teknik Relaksasi Nafas Dalam Berpengaruh

Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah Klien Skizofrenia. Journal Of Healthcare

Technology And Medicine, 5(1), 45-55.

Sutanto, L. (2012). Organisasi-Self Berbasis Emosi. Makalah disajikan pada Mata Kuliah Psikoterapi Semester Genap Jurusan Psikologi FPPsi UM, Malang.

Zeliati. (2011). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Tingkat Emosi Klien Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daera Dr. Amino Gondohutomi Semarang. Skripsi.