Kolesteatoma adalah massa kistik epitel skuamosa berisi keratin yang proliferatif dan bisa menyebabkan destruksi tulang. Kolesteatoma eksterna adalah kolesteatoma yang terdapat di kanalis akustikus eksternus. Invasi pada umumnya terjadi pada bagian inferior (sekitar 80%) dan posterior(40%) liang telinga. Hal ini disebabkan daerah inferiorliang telinga merupakan daerah dengan migrasi epitel tertinggi namun miskin akan pembuluh darah. Insidennya jarang, 1,2-3,7/1000 pasien otologi dan tersering terjadi pada usia 53 tahun ( rentang usia 33 tahun- 82 tahun). Enam puluh kali lebih sedikit dibandingkan kasus kolesteatoma pada telinga tengah (Volgger V, Lindeskog G, Krause E, Schrötzlmair F. 2018).
Patofisiologinya terdapat 2 teori. Pertama teori trauma minor pada kulit liang telinga, misalnya akibat menggunakan cotton bud, kuku atau serumen yang keras yang akan menimbulkan inflamasi dan ulserasi sehingga menyebabkan terjadinya periosteitis dan nekrosis pada tulang liang telinga. Selanjutnya akan terjadi invasi dan proliferasi epitel skuamosa yang proses akhirnya adalah terbentuknya kolesteatoma di daerah tersebut. Teori lainnya adalah akibat proses penuaan epitel kulit liang telinga akan mengakibatkan aliran darah di tempat tersebut berkurang, jaringan kulit mengalami hipoksia sehingga proses normal migrasi epitel menurun. Terjadi penumpukan sel epitel yang akan menyeabkan terbentuknya kolesteatoma.
Penderita biasanya datang dengan keluhan telinga berair, gatal, nyeri tumpul, rasa penuh , mendenging dan pendengaran menurun. Gejala klinis nya antara lain otalgia, tinnitus, penurunan pendengaran. Otalgia terjadi karena invasi lokal epitel skuamosa ke struktur tulang. Pada audioletri didapatkan hasil normal hingga tuli konduksi derajat sedang. Berat ringannya penyakit ditentukan oleh stadium berdasarkan computer tomografi. Stadium I tampak hiperpasia dan hiperemi epitel liang telinga, peningkatan kecepatan apoptosis, stadium II tampak inflamasi lokal dan periosteitis akumulasi debris keratin, tanpa desruksi tulang, stadium III sudah tampak destruksi tulang, serta stadium IV tampak destruksi spontan pada struktur sekiitarnya (Jennings B, Prinsley P, Philpott C, Willis G, Bhutta M. 2017).
Penatalaksanaan kolesteatoma eksterna tergantung stadiumnya, secara konservatif atau operatif. Terapi konservatif berupa membersihkan debris keratin secara berkala, terapi lokal dengan salisilat atau antibiotic dan kortison selama 1 minggu, dapat diulang setiap 3 bulan. Indikasi bila kolesteatoma dan erosi masih terbatas pada liang telinga. Sedangkan terapi operatif dipilih pada kasus dengan perluasan ke telinga tengah atau mastoid atau bila ada komplikasi, serta bila terapi konservatif gagal. Tindakan operatif dapat berupa kuretase, kanaloplasti, atau mastoidektomi (Basa K, Levi J, Field E, O'Reilly R. 2017).
REFERENSI
Volgger V, Lindeskog G, Krause E, Schrötzlmair F. 2018. Identification of risk factors for residual cholesteatoma in children and adults: a retrospective study on 110 cases of revision surgery. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology.;84(6):727-735
Jennings B, Prinsley P, Philpott C, Willis G, Bhutta M. 2017. The genetics of cholesteatoma. A systematic review using narrative synthesis. Clinical Otolaryngology.;43(1):55-67.
Basa K, Levi J, Field E, O'Reilly R. 2017. A pearl in the ear: Intracranial complications of pediatric cholesteatomas. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology.;92:171-175.