Jumat, 05 Agustus 2022 13:11 WIB

Mengenal Otomikosis, Infeksi Jamur pada Telinga

Responsive image
44600
dr Ida Ayu Alit Widiantari, Sp.T.H.T.K.L - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga. Meskipun jamur bukan pathogen utama, mereka biasanya bersamaan dengan infeksi bakteri kronis pada liang telinga atau telinga tengah. Otomikosis sekunder cenderung sering kambuh jika infeksi primer yang mendasarinya tidak terkontrol dengan baik. Semua jenis jamur akan tumbuh denga baik jika suasana lembab, hangat dan gelap. Meski bukan kondisi yang serius, otomikosis memerlukan penangan yang tepat untuk menghidari terjadinya komplikasi seperti hilangnya pendengaran atau tuli.

Ada berbagai jenis jamur yang menyebabkan otomikosis tetapi jenis yang paling umum adalah Candida dan Aspergillus. Faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita otomikosis antara lain tinggal di lingkungan tropis atau hangat, kemasukan air di telinga ketika berenang atau menyelam, memiliki daya tahan tubuh yang lemah missal karena menderita HIV/AIDS atau sedang menjalani kemoterapi, mengkonsumsi obat-obatan dalam waktu jangka panjang seperti antibiotik dan kortikosteroid, menderita gangguan kesehatan yang berkaitan dengan telinga seperti eksim atopik serta mengalami cedera pada telinga misalnya akibat pemasangan alat bantu dengar atau penggunaan cotton bud (Barati B, Okhovvat SAR, Goljanian A, Omrani MR. 2011).

Gejala yang timbul pada telinga akibat otomikosis bervariasi antara lain gatal, nyeri, kulit mudah terkelupas, kemerahan, bengkak, mendenging dan keluarnya cairan putih, kuning, abu-abu, coklat atau hijau. Selanjutnya akan dilakukan otoskopi untuk melihat kondisi lubang telinga sampai gendang telinga. Penanganannya, dokter akan membersihkan kotoran di telinga terlebih dahulu dengan membilas telinga menggunakancairan khususatau diisap. Pasien dianjurkan tidak membersihkan telinga sendiri dengan cotton bud. Setelah liang telinga bersih maka akan diberikan obat antijamur yang disesuaikan dengan tingkat keparahan infeksi. Obat antijamur dapat berupa obat tetes telinga seperti clotrimazole untuk mengatasi infeksi atau mencegah infeksi berulang, obat salep atau krim seperti ketoconazole, untuk mengatasi infeksi di bagian luar telinga, obat oral seperti itraconazole untuk mengatasi infeksi yang tidak bisa diatasi dengan obat tetes atau salep, terutama yang disebabkanoleh jamur Aspergillus. Penting untuk diingat pemeriksaan harus rutin dan hindari berenang selama masa pengobatan (Vennewald I, Nat R, Klemm E. 2010).

Komplikasi otomikosis antara lain dapat mengakibatkan kerusakan gendang telinga, kehilangan pendengaran, mastoiditis dan radang otak (ensefalitis). Otomikosis sulit dicegah. Meski demikian, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya otomikosis, yaitu: hindari menggaruk telinga, baik pada bagian luar maupun dalam,  keringkan telinga setelah mandi atau berenang,  hindari menggunakan cotton bud atau alat pembersih telinga untuk membersihkan lubang telinga secara mandiri,  jalani pembersihan telinga secara rutin ke dokter, hindari menyumpal atau menaruh kapas di telinga, dan gunakan penutup telinga atau penutup kepala ketika berenang, agar air tidak dapat masuk ke telinga (Anwar K, Gohar MS. 2014).

 

 

 

 

REFERENSI

Barati B, Okhovvat SAR, Goljanian A, Omrani MR. 2011. Otomycosis in Central Iran: a clinical and mycological study.Iranian Red Crescent Med J. 13(12):873-76.

Vennewald I, Nat R, Klemm E. 2010. Otomycosis: diagnosis and treatment. Clin Dermatol.; 28(2):202–11.

Anwar K, Gohar MS. 2014. Otomycosis:clinicalfeatures, predisposing factors and treatment implications. Pak J Med Sci. 30(3):564-7.