Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi dan mempengaruhi banyak organ. Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka panjang dapat memberikan risiko terjadinya komplikasi pada pembuluh dasar besar (makroangiopati) maupun pembuluh darah kecil (mikroangiopati) dan mempengaruhi fungsi organ-organ penting. Komplikasi diabetes ini mengakibatkan pasien diabetes dalam jangka panjang mengalami gangguan berbagai organ seperti penyakit jantung koroner, stroke, penyakit arteri perifer, gangguan penglihatan, gangguan ginjal, ataupun kesemutan.
Sejak awal terdiagnosis, penatalaksaan diabetes meliputi edukasi dan perubahan gaya hidup, dan memerlukan monitor jangka panjang. Dokter yang menangani diabetes jumlahnya terbatas, dan memberi konsekuensi tenaga dan waktu yang dapat didedikasikan untuk memberikan edukasi juga terbatas. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan bantuan dari tenaga edukator diabetes untuk memberikan edukasi, khususnya yang terkait dengan edukasi tentang gaya hidup sehat yaitu nutrisi sehat dan pola aktivitas yang baik dan teratur.
Komplikasi kronik diabetes pada berbagai organ ini masing-masing membutuhkan penanganan tersendiri, pada kondisi yang lanjut dibutuhkan juga dokter ahli sesuai dengan komplikasi yang dihadapi. Misalnya, seorang pasien diabetes dengan komplikasi penyakit jantung membutuhkan penanganan dari dokter spesialis jantung, pasien diabetes dengan gangguan ginjal dengan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis membutuhkan penanganan dari tim hemodialisis, pasien dengan gangguan penglihatan membutuhkan dokter spesialis mata, dan seterusnya. Tidak tertutup kemungkinan, seorang pasien diabetes mengalami beberapa permasalahan dan membutuhkan lebih dari satu orang spesialis.
Disamping masalah yang berkaitan langsung dengan diabetes dan komplikasinya, seorang pasien diabaetes juga menghadapi masalah diluar dari masalah kesehatannya. Berbagai hal yang dapat mengikuti dan bersama diabetes meliputi berbagai hal terkait dengan lingkungan yang kompleks, masalah sosial, kebiasaan, dan faktor emosional, yang secara keseluruhan termasuk dalam faktor psikososial. Masalah psikososial ini membutuhkan dukungan dari dokter pemberi pelayanan diabetes serta edukator, dan keluarga serta lingkungan dari sekitar pasien.
Penatalaksanaan diabetes dalam jangka panjang membutuhkan pemantauan dalam jangka panjang juga. Saat ini, pola pelayanan kesehatan yang tersedia lebih bersifat pasif, di mana pelayanan akan diberikan pada pasien ketika mereka datang ke tempat pelayanan kesehatan. Hal ini berisiko sebagian pasien yang sebenarnya membutuhkan pelayanan kesehatan tidak terlayani. Khusus untuk pasien diabetes, deteksi dini membutuhkan sistem penapisan yang baik yang dapat menjangkau pasien pada waktu yang tepat, serta dibutuhkan sistem pemantauan yang baik agar pasien yang sudah terdiagnosis mendapat terapi yang tepat dan terpantau dengan baik. Pemantauan yang baik ini dapat membantu mencegah komplikasi dan mencegah kecacatan akibat komplikasi kronik serta meningkatkan kualitas hidup.
Penatalaksanaan diabetes idealnya memerlukan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan komprehensif, melibatkan kerjasama tim antar disiplin yang terkait, mulai dari pelayanan yang primer di Puskesmas dan klinik-klinik pratama, sampai pada pelayanan di rumah sakit rujukan, serta dengan system pemantauan yang terintegrasi. Upaya ini membutuhkan dedikasi tenaga, waktu dan biaya dari pemerintah dan swasta untuk mencapai pelayanan diabetes yang baik. Harga yang dikeluarkan ini tentu akan terbayarkan dalam jangka panjang dengan tercapainya kualitas hidup yang baik dari pasien diabetes.
Referensi:
Young-Hyman D, de Groot M, Hill-Briggs F, Gonzalez JS, Hood K, Peyrot M. Psychosocial Care for People With Diabetes: A Position Statement of the American Diabetes Association [published correction appears in Diabetes Care. 2017 Feb;40(2):287] [published correction appears in Diabetes Care. 2017 May;40(5):726]. Diabetes Care. 2016;39(12):2126-2140. doi:10.2337/dc16-2053.
Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2021. Pengurus Pusat Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PP Perkeni), 2021.