Selasa, 18 April 2023 14:59 WIB

Anestesi pada Pengguna Narkoba

Responsive image
1426
Dr. Ida Bagus Krisna Jaya Sutawan, Sp.An, M.Kes, K - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Permasalahan narkoba seakan tidak ada habisnya di Indonesia. Ada kecenderungan jumlah pemakai narkoba mengalami peningkatan setiap tahun. Pemakai narkoba tidak terbatas pada masyarakat perkotaan, tapi juga merambah masyarakat pedesaan. Pemakaian narkoba tidak hanya menyasar kelas sosial tertentu, tetapi sudah mencakup semua lapisan masyarakat. Saat ini, pemakaian narkoba juga sudah merata hampir di semua profesi, tanpa terkecuali.  Berdasarkan hasil survei BNN dan PMB-LIPI tahun 2019, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba tingkat nasional setahun terakhir berada pada angka 1,80?ri seluruh penduduk Indonesia berumur 15 sampai dengan 64 tahun. Angka setara dari angka prevalensi itu mencerminkan bahwa penyalahguna narkoba sebanyak 3.419.188 orang dari 186.616.874 orang penduduk Indonesia yang berumur 15 sampai 64 tahun.

Kategori utama penyalahgunaan obat termasuk alkohol, stimulan, opiat, kanabinoid, dan halusinogen. Intoksikasi akut dan penyalahgunaan kronis dari zat-zat ini menghadirkan tantangan untuk manajemen anestesi selama dan setelah operasi. Beberapa prosedur mungkin tertunda untuk ditangani akibat penggunaan zat-zat tersebut, apabila tindakan mendesak atau darurat, ahli bedah dan ahli anestesi harus dapat menangani perubahan fisiologis yang mungkin terjadi pada pasien-pasien ini.

Opioid memiliki kegunaan terapeutik dan dapat juga disalahgunakan. Penyalahgunaan opioid telah meningkat. Analgesia lokal, regional, dan epidural harus dipertimbangkan pada pasien toleran opioid. Pada pengguna opioid, anestesi dan analgesia mungkin sulit, terutama pada pengguna jangka panjang, yang dapat meningkatkan kepekaan terhadap rasa sakit yang disebabkan oleh hiperalgesia yang diinduksi opioid. Hiperalgesia adalah meningkatnya respon nyeri terhadap stimulus yang biasanya menyebabkan nyeri. Tolerasi terhadap opioid membuat sulit untuk menghitung dosis dari opioid terapeutik yang digunakan untuk operasi. Dosis opioid perlu ditambah/dilanjutkan untuk mencegah withdrawal syndrome. Withdrawal syndrome adalah serangkaian gejala fisik dan psikologis yang muncul ketika pecandu obat-obatan atau alkohol tidak lagi mendapatkan zat tersebut, seperti biasanya. Kondisi ini sering juga disebut dengan istilah sakau atau gejala putus obat. Apabila dosis opioid ditingkatkan juga akan meningkatkan efek samping yang diberikan.

Penggunaan narkoba adalah masalah yang serius pada populasi umum dan pada mereka yang membutuhkan anestesi untuk operasi. Anamnesis dan skrining dapat membantu membedakan pengguna akut atau kronis. Klinisi harus menyadari masalah yang mungkin dihadapi selama anestesi atau perawatan pasca operasi.

 

Referensi :

National Survey on Drug Use and Health (U.S.), United States, Substance Abuse and Mental Health Services Administration, Office of Applied Studies, Center for Behavioral Health Statistics and Quality (U.S.). Results from the 2012 National Survey on Drug Use and Health: summary of national findings. Rockville (MD): Substance Abuse and Mental Health Services Administration; 2013. p. 1 HHS publication no (SMA) 13-4795. Online resource.

Brown J, Kranzler HR, Del Boca FK. Self-reports by alcohol and drug abuse inpatients: factors affecting reliability and validity. Br J Addict 1992;87(7):1013–24.

Rockett IR, Putnam SL, Jia H, et al. Declared and undeclared substance use among emergency department patients: a population-based study. Addiction 2006;101(5):706–12.

Dunham CM, Chirichella TJ. Trauma activation patients: evidence for routine alcohol and illicit drug screening. PLoS One 2012;7(10):e47999. 5. Sirri L, Potena L, Masetti M, et al. Prevalence of substance-related disorders in heart transplantation candidates. Transplant Proc 2007;39(6):1970–2.

Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Tahun 2021