Smartwatch merupakan sebuah gadget populer di kalangan masyarakat saat ini. Selain sebagai aksesori, smartwatch juga menawarkan berbagai fitur kesehatan yang memiliki beragam manfaat. Salah satu fitur yang menarik perhatian adalah kemampuan smartwatch untuk mendeteksi atrial fibrilasi (AFib), suatu kondisi yang dapat menyebabkan detak jantung yang tidak teratur. Namun, seberapa akurat dan efektifkah smartwatch dalam mendeteksi AFib? Apakah gadget ini mampu menggantikan peran alat diagnostik medis yang lebih canggih?
<!--[if gte vml 1]>
Apa itu Atrial Fibrilasi (AFib)?
Sebelum membahas lebih lanjut tentang kemampuan smartwatch dalam mendeteksi AFib, penting untuk memahami apa itu AFib. AFib adalah kondisi di mana detak jantung tidak teratur dan tidak terkoordinasi. Ketika seseorang mengalami AFib, serambi jantung berdetak tidak teratur dan tidak sinkron dengan bilik jantung. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti detak jantung yang cepat atau tidak teratur, pusing, sesak napas, dan kelelahan. AFib juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan komplikasi serius lainnya.
Kemampuan Smartwatch dalam Mendeteksi AFib
Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan di Canadian Journal of Cardiology, smartwatch dapat mendeteksi banyak kasus AFib dengan akurasi yang cukup tinggi. Namun, para peneliti juga menekankan bahwa ada keterbatasan dalam penggunaan smartwatch dan mereka tidak seakurat alat diagnostik medis yang digunakan di fasilitas medis.
Studi tersebut melibatkan 734 peserta yang dirawat di rumah sakit. Peserta menjalani pemeriksaan elektrokardiogram (ECG) 12-lead diikuti dengan perekaman ECG selama 30 detik menggunakan Apple Watch. Aplikasi di smartwatch kemudian mengklasifikasikan rekaman ECG sebagai tidak ada tanda-tanda AFib, AFib, atau pembacaan yang tidak pasti. Rekaman smartphone kemudian dilihat oleh seorang ahli elektrofisiologi yang mengklasifikasikannya sebagai AFib, tidak ada AFib, atau diagnosis yang tidak jelas.
Dalam studi ini, smartwatch secara tepat mengidentifikasi 78% orang dengan kejadian AFib dan 81?ri mereka yang tidak mengalami AFib. Dalam perbandingan ini, ahli elektrofisiologi mengidentifikasi 97% orang dengan AFib dan 89?ri mereka yang tidak mengalaminya. Meskipun smartwatch dapat memberikan hasil yang akurat dalam banyak kasus, ada beberapa alasan mengapa pembacaan mereka tidak selalu tepat.
Keterbatasan Smartwatch dalam Mendeteksi AFib
Menurut para peneliti, smartwatch cenderung memberikan hasil negatif palsu pada orang dengan kontraksi atrium dan ventrikel prematur, disfungsi simpul sinus, dan blok atrioventrikular tingkat kedua atau ketiga. Kondisi-kondisi ini dapat menyebabkan detak jantung yang tidak teratur dan mempengaruhi akurasi pembacaan smartwatch.
Selain itu, smartwatch juga dapat memberikan hasil positif palsu pada orang dengan kontraksi ventrikel prematur yang prematur dan gagal mengidentifikasi takikardia atrium dan flutter atrium. Oleh karena itu, smartwatch tidak dapat menggantikan metode klinis lainnya seperti elektrokardiogram 12-lead yang dianggap sebagai standar emas dalam diagnosis AFib.
Peran Smartwatch sebagai Alat Penyaring
Meskipun ada keterbatasan dalam kemampuan smartwatch dalam mendeteksi AFib, para ahli sepakat bahwa smartwatch dapat digunakan sebagai alat penyaring. Smartwatch dapat membantu mengidentifikasi kasus-kasus AFib yang mungkin tidak terdeteksi oleh pengguna secara mandiri. Namun, hasil pembacaan smartwatch tidak boleh dianggap sebagai diagnosis medis yang pasti. Setiap ketidaknormalan yang terdeteksi oleh smartwatch harus diikuti dengan kunjungan ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Selain itu, pengguna smartwatch juga harus memahami bahwa interpretasi hasil pembacaan smartwatch dapat membingungkan dan menyebabkan kecemasan yang tidak perlu. Penting bagi mereka yang menggunakan smartwatch untuk memantau AFib untuk selalu berkomunikasi dengan dokter mereka dan secara teratur membagikan hasil pembacaan smartwatch kepada dokter.
Smartwatch dapat memberikan kontribusi yang berharga dalam mendeteksi kasus AFib, tetapi mereka tidak dapat menggantikan peran alat diagnostik medis yang lebih canggih. Smartwatch dapat digunakan sebagai alat penyaring untuk mengidentifikasi kasus-kasus AFib yang mungkin terlewatkan secara mandiri oleh pengguna. Namun, hasil pembacaan smartwatch harus selalu dikonfirmasi dan dievaluasi oleh dokter untuk diagnosis yang lebih akurat.
Pengguna smartwatch juga harus memahami keterbatasan dan kemungkinan hasil pembacaan yang tidak akurat. Smartwatch tidak dapat menggantikan peran dokter dalam mendiagnosis dan mengelola kondisi jantung. Oleh karena itu, penting untuk tetap berkomunikasi dengan dokter dan mengikuti saran medis yang tepat.
Dalam perkembangan teknologi yang terus berlanjut, kemungkinan smartwatch akan semakin akurat dalam mendeteksi AFib di masa depan. Peningkatan algoritma dan pembelajaran mesin diharapkan dapat meningkatkan kemampuan smartwatch dalam mengidentifikasi dan membedakan kondisi jantung. Namun, sampai saat itu terjadi, smartwatch harus digunakan sebagai alat bantu dan bukan pengganti untuk perawatan medis yang tepat.
Referensi:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9995551/
https://afibinstitute.com.au/atrial-fibrillation-a-guide-to-wearable-ecg-smart-watches/
Sumber gambar: canva.com