Selasa, 05 Maret 2024 10:21 WIB

Bagaimana Pengaruh Stress saat Ibu Hamil terhadap Perkembangan Mental Anak?

Responsive image
888
Rizky Fajar Bahtiar, Amd. Kep. - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa stres ibu selama kehamilan memberikan pengaruh kuat pada perkembangan dari yang belum lahir (Van den Bergh et al., 2017). Penelitian terkini menggarisbawahi pengaruh jangka panjang pada berbagai perkembangan domain pada keturunannya, seperti fungsi metabolisme, perkembangan kognitif dan emosional. Sampai saat ini, bagaimanapun, mekanisme melalui stres ibu prenatal mana yang dapat mempengaruhi janin tidak? belum sepenuhnya diklarifikasi. Adapun beberapa faktor yang dicurigai yaitu:  pengaruh lingkungan prenatal, yang dikenal sebagai pemrograman janin (Seckl, 2004), faktor genetik (Hannigan et al., 2018) serta faktor lingkungan postpartum (Graignic-Philippea et al., 2014; Mughal et al., 2018).

Sampai saat ini, stres ibu prenatal didefinisikan sangat luas, termasuk tekanan psikologis seperti kecemasan atau depresi gejala dan peristiwa kehidupan, misalnya, trauma, kehilangan, atau bencana alam. Gangguan kecemasan ibu pada periode perinatal adalah gangguan kejiwaan yang paling umum dengan tingkat prevalensi 11 hingga 17?n terkait erat dengan perubahan dalam sistem stres manusia (Bartlett et al., 2017). Hipotalamus-hipofisis-adrenokortikal sumbu (sumbu HPA) adalah salah satu sistem pengatur utama untuk mengatasi stres pada tingkat hormonal. Kortisol produk akhirnya secara intensif dibahas sebagai mekanisme yang mendasari perhitungan untuk hubungan antara stres/kecemasan ibu selama kehamilan dan perkembangan bayi dan anak.

Ada bukti yang berkembang bahwa bentuk stres atau kecemasan ibu yang lebih ringan selama kehamilan mempengaruhi janin yang menyebabkan kemungkinan konsekuensi jangka panjang bagi bayi dan perkembangan anak. Karena keterbatasan keterampilan pengaturan diri setelah lahir, bayi bergantung pada perilaku sensitif orang tua mereka untuk mengatur keadaan afektif. Ibu postpartum dengan gangguan kecemasan melaporkan tingkat stres emosional yang lebih tinggi selama kehamilan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menunjukkan lebih tinggi tingkat stres emosional perinatal pada wanita dengan postpartum gangguan kecemasan (Britton, 2008).

Secara keseluruhan, hasil empiris beberapa penelitian menghasilkan asumsi teoritis bahwa stres emosional selama kehamilan terkait dengan reaktivitas stres bayi dan ini pada gilirannya mempengaruhi interaksi ibu-anak hingga usia pra-sekolah. Mengenai stres ibu dan pengaruhnya terhadap perkembangan bayi dan anak, akan sangat penting untuk menguraikan efek waktu yang berbeda serta berbagai jenis stres, seperti stres psikologis, kecemasan, atau gejala depresi dan peristiwa kehidupan (trauma, kehilangan, atau bencana alam). Selanjutnya, masalah potensial harus ditangani, seperti pengalaman hidup awal, strategi mengatasi stres, dukungan sosial yang berada di sekitar ibu. Berkenaan dengan kemungkinan konsekuensi jangka panjang untuk perkembangan bayi dan anak, intervensi dini dan program pencegahan sangat penting. Studi terbaru menunjukkan arah bahwa intervensi dini yang berfokus pada timbal balik dapat meningkatkan kapasitas regulasi anak-anak (Feldman, 2015). Singkatnya, dasar kompetensi sosio-emosional dan terutama mempengaruhi dan kapasitas regulasi stres diletakkan di awal kehidupan. Mereka terutama dipelajari dalam konteks interaksi orang tua-bayi/anak dengan kemungkinan efek jangka panjang mengenai regulasi stres untuk hubungan masa depan dan kesehatan mental selama masa hidup.

 

Referensi:

De Carli, P., Costantini, I., Sessa, P., Visentin, S., Pearson, R. M., and Simonelli, A. (2019). The expectant social mind: a systematic review of face processing during pregnancy and the effect of depression and anxiety. Neurosci. Biobehav. Rev. 102, 153–171. doi: 10.1016/j.neubiorev.2019.04.013

Feldman, R. (1998). Coding Interactive Behavior (CIB): Version 4. Ramat-Gan: Bar-Ilan University.

Graignic-Philippea, R., Dayana, J., Chokronb, S., Jacquetb, A.-Y., and Tordjmanab, S. (2014). Effects of prenatal stress on fetal and child development: a critical literature review. Neurosci. Biobehav. Rev. 43, 137–162. doi: 10.1016/j.neubiorev.2014.03.022

Hannigan, L. J., Eilertsen, E. M., Gjerde, L. C., Reichborn-Kjennerud, T., Eley, T. C., Rijsdijk, F. V., et al. (2018). Maternal prenatal depressive symptoms and risk for early-life psychopathology in offspring: genetic analyses in the norwegian mother and child birth cohort study. Lancet Psychiatry 5, 808–815. doi: 10.1016/S2215-0366(18)30225-6

Mughal, M. K., Giallo, R., Arnold, P., Benzies, K., Kehler, H., Bright, K., et al. (2018). Trajectories of maternal stress and anxiety from pregnancy to three years and child development at 3 years of age: findings from the All Our Families (AOF) pregnancy cohort. J. Affect. Disord. 234, 318–326. doi: 10.1016/j.jad.2018.02.095

Seckl, J. R. (2004). Prenatal glucocorticoids and long-term programming. Eur. J. Endocrinol. 151(Suppl. 3), U49–U62.

Van den Bergh, B., van den Heuvel, M. I., Lahti, M., Braeken, M., de Rooij, S. R., Entringer, S., et al. (2017). Prenatal developmental origins of behavior and mental health: the influence of maternal stress in pregnancy. Neurosci. Biobehav. Rev. doi: 10.1016/j.neubiorev.2017.07.003

Sumber Foto:

https://www.freepik.com/free-photo/pregnant-mother_1461970.htm#fromView=search&page=1&position=5&uuid=05ebcd12-99ec-4c5f-a0cf-6ea415bd50b4