Rabu, 06 Maret 2024 12:04 WIB

Mual dan Muntah pada Pasien Kemoterapi

Responsive image
1528
Laili Nursubhi, AMK - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obat yang dapat membunuh sel-sel kanker, sehingga obat kemoterapi juga bisa disebut obat anti kanker. Pemberian kemoterapi dapat menyebabkan efek samping yang paling sering dialami oleh pasien adalah  mual dan muntah. 

Mual yaitu perasaan tidak nyaman di belakang tenggorokan dan perut. Mual merupakan fenomena subyektif dan tidak dapat diamati sehingga sangat sulit untuk dinilai dan diobati secara akurat sedangkan muntah yaitu keluarnya isi perut melalui mulut, muntah dapat terjadi dengan atau tanpa mual. Kemoterapi yang menyebabkan mual dan muntah dikategorikan menjadi tiga jenis berdasarkan waktu terjadinya sehubungan dengan pemberian kemoterapi yaitu acute, delayed, dan anticipatoty. Acute adalah gejala mual dan muntah yang terjadi kurang dari 24 jam setelah pemberian kemoterapi. Delayed adalah saat timbulnya gejala mual dan muntah setelah 24 jam sampai 6 hari setelah pemberian kemoterapi dan biasanya mengikuti fase akut. Anticipatory adalah gejala mual dan muntah yang terjadi sebelum kemoterapi diberikan.  

Mual dan muntah yang kurang terkontrol bisa berakibat pada fisik dan psikososial anak usia sekolah termasuk anoreksia, gizi buruk, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit , serta kecemasan. Studi penelitian menunjukkan bahwa faktor kunci dalam mencegah atau mengurangi mual adalah mengobati gejalanya sebelum terjadi. Memulai persiapan beberapa hari sebelum kemoterapi memungkinkan pasien siap untuk kemoterapi dan mampu mengendalikan gejalanya. Ada kemungkinan obat antiemetic akan lebih efektif mengatasi mual bila diberikan satu atau dua hari sebelum kemoterapi.

Penanganan mual dan muntah pada pasien kemoterapi yaitu pemberian obat antimuntah. Ada 2 jenis obat anti muntah: obat yang diberikan rutin dan  yang diberikan kalau perlu. Selain itu untuk menghindari mual ada beberapa makanan yang sebaiknya dihindari antara lain: makanan berlemak, daging goreng, telur, kuah dengan banyak saus atau krim,bawang, donat, kue, makanan penutup yang manis, serta makanan pedas. Adapun apabila terjadi muntah maka penanganan yang dilakukan antara lain: menghentikan  makan atau minum selama 30-60menit, lalu mulailah makan atau minum lagi dengan urutan: air jernih, makanan kering seperti biskuit, crackers, makanan yang mengandung banyak protein, makanan olahan susu. Yang harus diperhatikan apabila mengalami mual dan muntah adalah tetap menjaga konsumsi cairan yang cukup. Namun apabila mengalami mual dan muntah yang hebat segera berkonsultasi dengan dokter atau kunjungi UGD rumah sakit terdekat.

 

Referensi:

Sardjito UPKRSRD. Buku Saku Pasien Pelayanan Kemoterapi. RSUP Dr Sardjito; 2018.

Ryan JL. Treatment of Chemotherapy-induced Nausea in Cancer Patients. Eur Oncol Haematol. 2010;06(02):14. doi:10.17925/eoh.2010.06.02.14

Hawkins R, Grunberg S. Chemotherapy-induced nausea and vomiting: Challenges and opportunities for improved patient outcomes. Clin J Oncol Nurs. 2009;13(1):54-64. doi:10.1188/09.CJON.54-64

Van Ryckeghem F, Van Belle S. Management of chemotherapy-induced nausea and vomiting. Acta Clin Belg. 2010;65(5):305-310. doi:10.1179/acb.2010.067

<!--[if supportFields]><![endif]-->