Selasa, 26 Maret 2024 10:52 WIB

Kenali Bahaya TB Paru, dan Cara Penanggulangannya

Responsive image
2301
Promosi Kesehatan Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi bakteri TB dapat menyerang bagian tubuh mana saja seperti ginjal, tulang belakang, dan otak. TB merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian dan pembunuh utama penderita HIV di seluruh dunia. Sampai saat ini penyakit tuberkulosis paru masih menjadi masalah kesehatan yang utama, baik di dunia maupun di Indonesia. TB banyak menyerang usia produktif dan meningkatkan angka kematian pada masyarakat terutama di negara berkembang. Mikobakterium ini ditransmisikan melalui droplet di udara, sehingga seorang penderita tuberkulosis paru merupakan sumber penyebab penularan tuberkulosis paru pada populasi di sekitarnya. Upaya penanggulangan penyakit TB sudah dilakukan melalui berbagai program kesehatan di tingkat Puskesmas, berupa pengembangan strategi penanggulangan TB yang dikenal dengan strategi DOTS (directly observed treatment, short course = pengawasan langsung menelan obat jangka pendek), yang telah terbukti dapat menekan penularan, juga mencegah perkembanggannya MDR (multi drugs resistance = kekebalan ganda terhadap obat) TB, tetapi hasilnya masih dirasakan belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu diharapkan adanya perhatian dari pihak pihak terkait dalam upaya meningkatkan keterlibatan peran pelayanan penanganan TB paru selanjutnya.

Faktor yang Mempengaruhi TB Paru

1.  Umur berperan dalam kejadian penyakit TB. Risiko untuk mendapatkan TB dapat dikatakan seperti halnya kurva normal tebalik, yakni tinggi ketika awalnya, menurun karena di atas 2 tahun hingga dewasa memiliki daya tangkal terhadap TB dengan baik. Puncaknya tentu dewasa muda dan menurun kembali ketika seseorang atau kelompok menjelang usia tua.

2. Tingkat pendapatan mempengaruhi angka kejadian TB, kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi di antaranya TB paru.

3.   Kondisi rumah menjadi salah satu faktor risiko penularan TB paru. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman. Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi perkembangbiakan kuman.

4.   Membuka jendela setiap pagi dan merokok berpengaruh terhadap kejadian TB paru. Kegiatan membuka jendela setiap pagi merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit TB paru. Dengan membuka jendela setiap pagi, maka dimungkinkan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah atau ruangan. Sedangkan kebiasaan merokok memperburuk gejala TB. Demikian juga dengan perokok pasif yang menghisap rokok, akan lebih mudah terinfeksi TB paru.

5.   Riwayat kontak dengan penderita TB paru menyebabkan penularan TB paru dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya, sedangkan besar risiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita TB paru.

Gejala Penyakit Tuberkulosis

Tuberkulosis Paru / TB Paru adalah penyakit radang parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis. TB Paru mencakup 80?ri keseluruhan kejadian penyakit TB sedangkan 20% selebihnya merupakan TB Ekstra Paru. 

1.   Gejala utama

Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga minggu / lebih.

2.   Gejala tambahan yang sering dijumpai

a.   Dahak bercampur darah/batuk darah.

b.   Demam selama tiga minggu atau lebih 

c.   Sesak nafas dan nyeri dada.

d.   Penurunan nafsu makan.

e.   Berat badan turun.

f.    Rasa kurang enak badan

g.   Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan apa-apa.

TB Ekstra Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain paru. Penyakit ini biasanya terjadi karena kuman menyebar dari bagian paru ke bagian organ tubuh lain melalui aliran darah. 

Upaya Penanggulangan TB Paru

Jaringan Operasional Pemberantasan Tuberkulosis yang dikembangkan terdiri dari :

1. Pembentukan organisasi formal tingkat kecamatan, yaitu adanya “Jaringan Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru” yang dikembangkan oleh Pemerintah Kecamatan melalui pengukuhan dengan Surat Keputusan Camat.

2.  Promosi kesehatan Tuberkulosis, berupa kegiatan deteksi, dan perujukan suspek Tuberkulosis Paru oleh Kader TB Tingkat Rukun Tetangga ke Dokter Praktek Swasta Kelurahan dan P2TB Puskesmas dengan formulir rujukan khusus.

3.   Perekrutan Dokter Praktik Swasta kelurahan mahir menejemen kasus Tuberkulosis strategi DOTS regimen Fixed Dose, sistem pencatatan, pelaporan sebagai Unit Pelayanan kesehatan Tuberkulosis Paru di setiap kelurahan.

4.  Diagnosis TB dengan pemeriksaan mikroskopis sputum dengan sensitifitas 78?n spesifitas 97% memakai metoda sentrifugasi Natrium Hipoklorit ditingkat P2TB kecamatan. Laboratorium P2TB ditingkatkan sebagai Pusat Rujukan Mikroskopis terbatas khusus untuk kecamatan.

5.  Pengobatan dengan memakai Obat Anti Tuberkulosis Fixed Dose yang diawasi oleh dua orang Pengawas Menelan Obat yang terdiri dari keluarga terdekat dan Kader TB Tingkat Rukun Tetangga (two direct oberserver).

6.  Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Fixed Dose yang jaminan ketersediaannya oleh Jaringan Penanggulangan Tuberkulosis kecamatan, P2TB Puskesmas dan Dinkes.

7.  Pencatatan dan pelaporan oleh Dokter Praktek Swasta memakai formulir TB 01 dan TB 06 yang difasilitasi oleh Jaringan Penanggulangan Tuberkulosis Kecamatan yang selanjutnya dilaporkan ke P2TB Puskesmas.

8.   Perekerutan kader TB baru oleh jaringan dari penderita yang telah sembuh.

 

Referensi :

Wikurendra, E. A. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan.

Aini, N., & Hatta, H. R. 2017. Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Tuberkulosis.

Sunarmi, S., & Kurniawaty, K. 2022. Hubungan Karakteristik Pasien TB Paru dengan Kejadian Tuberkulosis. Jurnal Aisyiyah Medika.

Nurjana, M. A. 2015. Faktor Risiko Terjadinya Tuberculosis Paru Usia Produktif (15-49 tahun) di Indonesia. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.