Selasa, 30 April 2024 12:07 WIB

Memutus Rantai Infeksi di Kamar Operasi

Responsive image
780
Diva Ananda Pratama, S. Kep., Ners. - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Infeksi bisa muncul karena adanya rantai infeksi antara lain : (1) adanya agen penginfeksi dengan jumlah dan kemampuan yang cukup, (2) adanya transmisi, (3) adanya pintu masuk mikroorganisme, (4) adanya host/inang yang cocok. Rantai infeksi ini tentunya sangat rentan terjadi pada lingkungan operasi, terutama karena adanya insisi pembedahan yang menjadi pintu masuk agen penyebab infeksi. Oleh karena itu masalah utama yang sering muncul pada pasien yang menjalani operasi adalah Surgical Site Infection (SSI) atau infeksi area pembedahan. Semua aktivitas di kamar operasi (misal : scrubbing, gowning, gloving, drapping) fokus utamanya adalah memutus rantai infeksi.

Sumber infeksi secara umum dibagi menjadi 2 yaitu endogen dan eksogen. Sumber infeksi endogen adalah yang berhubungan langsung dengan banyaknya mikroorganisme yang ditemukan pada kulit, pada mukosa membran, dan di rongga organ dalam pasien. Faktanya, sebagian besar infeksi area pembedahan disebabkan oleh flora pasien itu sendiri. Namun, jika mikroorganisme tersebut tetap berada di lingkungan normalnya, dan jika jumlahnya tidak berubah oleh faktor eksternal, mereka tidak akan menyebabkan infeksi. Sedangkan sumber infeksi eksogen berasal dari lingkungan dan orang lain. Sumber infeksi eksogen meliputi lamanya pembedahan, jenis prosedur, teknik bedah, dan perpanjangan masa tinggal di rumah sakit sebelum operasi. Kolonisasi pasien dengan mikroba terkait layanan kesehatan sangat mungkin terjadi ketika pasien memiliki pra operasi atau rawat inap pasca operasi yang lama.

Ada banyak faktor ekstrinsik (lingkungan) dan faktor intrinsik (terkait pasien) yang berkontribusi pada pengembangan infeksi area pembedahan. Asepsis mengacu pada tidak adanya organisme patogen. Teknik aseptik melibatkan praktik yang mencegah kontaminasi mikroorganisme, sehingga memutus rantai infeksi dengan meminimalkan keberadaan agen infeksi di ruang operasi. Perawat kamar operasi bertanggung jawab untuk menerapkan praktik aseptik dan memantau teknik aseptik seluruh tim pembedahan. Praktik aseptik meliputi pakaian, sanitasi lingkungan, scrubbing, gowning, gloving, pengaturan dan pemeliharaan lapangan steril, persiapan dan drapping pasien, dan perlindungan area steril sampai dengan prosedur pasien selesai. Setiap orang yang bekerja di lingkungan kamar operasi berbagi tanggung jawab untuk mengurangi jumlah mikroorganisme di dalam ruang operasi ke tingkat serendah mungkin. Sebagai koordinator kegiatan di ruang operasi, perawat kamar operasi memikul tanggung jawab untuk menyediakan setiap pasien dengan lingkungan aseptik dimana risiko infeksi area pembedahan dikurangi hingga potensi terendahnya. Perawat kamar operasi terus memantau semua aspek lingkungan ruang operasi untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip aseptik dan kepatuhan dengan praktik aseptik.

 

Referensi :

Goodman, T., & Spry, C. (2017). Essentials of perioperative nursing (6th ed). Jones & Bartlett Learning.

Haris Widodo, Nursalam, Erna Dwi Wahyuni. 2020. Analysis of Implementation of Perioperative Care Instrument Based on Standards of Nursing Diagnosis, Intervention and Outcomes in Indonesia. Jurnal Ners Universitas Airlangga https://doi.org/10.20473/jn.v15i1Sp.18911