Selasa, 14 Mei 2024 11:08 WIB

Apa itu Carpal Tunnel Syndrome (CTS)?

Responsive image
996
Promosi Kesehatan Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus dipergelangan tangan. Carpal Tunnel Syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang disertai nyeri pada daerah distribusi nervus medianus. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan saraf medianus dalam terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering, bersifat kronik, dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari, parestesia jari-jari yang mendapat innetvasi dari saraf medianus, kelemahan dan atrofi atot thenar. CTS yang terjadi berhubungan dengan penggunaan tangan karena hobi atau pekerjaan adalah sebagai akibat inflamasi / pembengkakan tenosinovial di dalam terowongan karpal. Penggunaan tangan yang berhubungan dengan hobi, contohnya adalah pekerjaan rumah tangga (menjahit, merajut, menusuk, memasak), kesenian, dan olahraga. CTS yang berhubungan dengan pekerjaan meliputi kegiatan yang membutuhkan kekuatan, penggunaan berulang atau lama pada tangan dan pergelangan tangan, terutama jika faktor risiko potensial tersebut muncul secara bersamaan misalnya penggunaan tangan yang kuat terutama jika ada pengulangan, penggunaan tangan dikombinasikan dengan beberapa unsur kekuatan terutama untuk waktu yang lama, konstan dalam mengcegkeram benda, memindahkan atau menggunakan tangan dan pergelangan tangan terhadap perlawanan atau dengan kekuatan, menggunakan tangan dan pergelangan tangan untuk geteran teratur yang kuat, tekanan biasa atau intermitten pada pergelangan tangan. Gerakan tangan, mengetuk, fleksi, dan ekstensi yang berulang-ulang, serta mengetik menyebabkan kompresi saraf median diterowongan karpal merupakan hasil dari ketidaksesuaian antara volume isi kanal dan ukuran relatif.

Gejala

Adapun beberapa gejala jika terkena Carpal Tunnel Syndrome (CTS) ialah awalnya terdapat rasa kesemutan pada tangan, mati rasa atau merasa seperti terkena aliran listrik pada jari. Biasanya gejala CTS sering muncul pada malam hari, dan biasanya apabila seseorang merasa CTS kambuh akan melakukan menggenggam tangannya atau menjabat tangannya sendiri, hal ini dilakukan untuk meringankan gejala. Beberapa gejala dapat terjadi pada seluruh tangan ataupun pada ibu jari dan dua ataupun tiga jari. Jika tidak segera ditangani, maka jari-jari menjadi semakin melemah, seperti penderita kesulitan menggenggam dan menjatuhkan barang yang sedang berada digenggamannya.

Diagnosis

Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala klinis seperti di atas dan perkuat dengan pemeriksaan yaitu :

1.    Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS adalah :

a.    Phalen’s test : penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyangkong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.

b.    Tourniquet test : pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan tourniquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS. Tes ini menyokong diagnosa.

c.    Tinel’s sign : tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

d.    Flick’s sign : penderita diminta mengibaskan tangan atau menggerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.

e.    Thenar wasting : pada inspeksi dan palpasi dapat ditentukan adanya atrofi otot-otot thenar.

f.     Menilai kekuatan dan keterampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan alat dinamometer.

g.    Wrist extension test : penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyongkong diagnose CTS.

h.    Pressure test : nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ini jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyongkong diagnosa.

i.      Lutby’s sign (bottle’s sign) : penderita diminta melingkarkan inbu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.

j.      Pemeriksaan scnsibilitas : bila penderita tidak dapat membedakan dua titik pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnose.

k.    Pemerksaan fungsi otonom : pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang teratas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa CTS.

2.    Pemeriksaaan Neurofisiologi (Elektrodiagnostik)

Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus CTS. Kecepatan hantar saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di penggelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.

3.    Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan sinar–X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra, USG, CT-scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.

4.    Pemeriksaan Laboratorium

Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usua muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitive, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.

Pencegahan

Untuk pencegahan, hal yang perlu dilakukan adalah penerapan prinsip-prinsip ilmu ergonomi pada pekerjaan, peralatan kerja, prosedur kerja dan lingkungan kerja sehingga dapat diperoleh penampilan pekerja yang optimal. Rotasi kerja pada jangka waktu tertentu dapat dilakukan, yaitu dengan merotasi pekerja pada tugas dengan risiko yang berbeda. Penyesuaian peralatan kerja dapat meminimalkan masalah yang terjadi contohnya penyesuaian peralatan yang ergonomik kepada pekerja. Beberapa tahun terakhir telah dikembangkan pekerjaan sedemikian rupa, sehingga pekerja tidak perlu bekerja dengan rangsangan berulang pada tangan dan pergelangan tangan. Untuk mengurangi efek beban tenaga pada pergelangan maka alat dan tugas seharusnya dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi gerakan menggenggam atau menjepit dengan kuat.  Alat dan mesin seharusnya dirancang untuk meminimalkan getaran. Pelindung alat seperti pemakaian shock absorbers, dapat mengurangi getaran yang ditimbulkan. Postur kerja yang baik sangat penting untuk mencegah CTS.  Latihan pada tangan dan pergelangan tangan yang sederhana selama 4-5 menit setiap jam dapat membantu mengurangi risiko berkembangnya atau mencegah CTS. Peregangan dan latihan isometrik dapat memperkuat otot pergelangan tangan dan tangan, leher serta bahu, sehingga memperbaiki aliran darah pada daerah tersebut. Latihan harus dimulai dengan periode pemanasan yang pendek disertai periode istirahat dan bila mungkin menghindari peregangan berlebihan pada otot tangan dan jari-jari.

 

Referensi :

Salawati, L., & Syahrul, S. 2014. Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 14(1), 29-37.

Bahrudin, M. 2011. Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Saintika Medika, 7(1).

Farhan, F. S. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Carpal Tunnel Syndrome pada Pengendara Ojek. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo, 4(2), 123-133.

Utamy, R. T., Kurniawan, B., & Wahyuni, I. 2020. Literature Review: Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Pekerja. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(5), 601-608.