Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan endometrium baik kelenjar maupun stromanya di luar kavum uteri atau di dalam miometrium. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut dengan adenomiosis. Sel-sel endometrium yang melapisi kavum uteri sangat dipengaruhi hormon wanita. Dalam keadaan normal, sel-sel endometrium kavum uteri akan menebal selama siklus menstruasi berlangsung agar nantinya siap menerima hasil pembuahan sel telur oleh sperma. Bila sel telur tidak mengalami pembuahan, maka sel-sel endometrium yang menebal akan meluruh dan keluar sebagai darah menstruasi. Lokasi endometriosis sering ditemukan pada peritoneum pelvis tapi dapat ditemukan juga di tempat lain seperti ovarium dan ligamentum uterosakral. Endometriosis sering ditemukan pada wanita usia reproduksi. Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namun walaupun jarang pernah dilaporkan endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause. Prevalensi endometriosis pada populasi umum wanita usia reproduksi bervariasi antara 3-10%. Pada kelompok wanita infertil angka kejadian sekitar 9-50%, sedangkan pada kelompok wanita yang menjalani prosedur evaluasi operatif untuk dismenorea angka kejadian endometriosis mencapai 60%. Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit ini sering mengalami keterlambatan diagnosis sehingga menyebabkan gangguan pada kualitas hidup penderita secara signifikan.
Gejala
Endometriosis dapat di temukan di berbagai tempat dan hal ini mempengaruhi gejala yang ditimbulkan. Gejala endometriosis bervariasi dan tidak bisa diprediksi. Nyeri haid (dismenorea), nyeri pinggang kronis, nyeri pada saat berhubungan (dispareunea), dan infertilitas merupakan gejala yang umum terjadi. Pada dasarnya, nyeri pada endometriosis muncul sebagai akibat materi peradangan yang dihasilkan oleh endometriosis yang aktif. Sel endometrium yang berpindah tadi akan terkelupas dan terlokalisasi di suatu tempat, selanjutnya merangsang respon inflamasi dengan melepaskan materi sitokin sehingga muncul perasaan nyeri. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri, pendarahan, serta keluhan pada saat buang air besar dan kecil. Hebatnya nyeri tergantung pada lokasi endometriosis, dapat berupa nyeri pada saat menstruasi, serta nyeri selama dan sesudah hubungan intim. Pendarahan bisa banyak dan lama pada saat menstruasi, berupa spotting sebelum menstruasi, menstruasi yang tidak teratur, dan darah menstruasi berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi. Keluhan buang air besar dan kecil bisa berupa nyeri pada saat buang air besar, adanya darah pada feses, diare, konstipasi dan kolik, serta nyeri sebelum, pada saat,dan sesudah buang air kecil.
Diagnosis
Endometriosis pada ovarium akan menyebabkan terjadinya kista endometriosis. Bila ukuran kista endometriosis tersebut sudah >5cm, sering menimbulkan gejala penekanan. Pada pemeriksaan dalam kadang didapatkan benjolan-bejolan di kavum Douglasi, dan daerah ligamentum sakrouterina yang sangat nyeri pada penekanan. Uterus biasanya sulit digerakkan. Jika terdapat kista, di parametrium dapat teraba adanya massa kistik yang terasa nyeri bila disentuh. Bila terdapat kecurigaan endometriosis pelvis, dapat dilakukan laparoskopi atau juga dengan USG untuk menemukan massa kistik di daerah parametrium yang pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis berwarna kebiruan dan biasanya berkapsul. Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan mengikuti jalur algoritma. Pemeriksaan laparoskopi sangat diperlukan untuk diagnosis pasti endometriosis agar dapat menyingkirkan diagnosis banding antara radang pelvis dan keganasan di daerah pelvis. USG transvaginal yang telah di kenal akurasinya, hanya sedikit embantu dalam menemukan massa kistik di daerah parametrium dengan gambaran sonolusen (hipoekhoik) dengan ekho dasar kuat tanpa gambaran yang spesifik untuk endometriosis.
Pengobatan
Berdasar prinsip umpan balik negatif, pengobatan endometriosis awalnya masih menggunakan estrogen. Dewasa ini, estrogen tidak terlalu disukai lagi dan mulai ditinggalkan. Dari berbagai jenis hormon yang telah dipakai untuk pengobatan endometriosis dalam dua dasawarsa terakhir ini, ternyata danazol termasuk golongan hormon sintetik pria turunan androgen dengan substitusi gugus alkil pada atom C-17 ol. Mengingat endometriosis dapat menyebabkan infertilitas, pengobatan endometriosis pada pasien dengan infertilitas harus mendapatkan perhatian. Pilihan pengobatan endometriosis pada kasus infertilitas belum seragam dan bergantung pada beberapa faktor, yaitu usia, luasnya endometriosis, luas dan lokasi perlekatan pelvik, dan faktor-faktor infertilitas secara bersamaan. Dengan adanya perkembangan pesat berbagai tehnik pengobatan, termasuk elektrokauter, laser, dan laparoskopi operatif, maka semua susunan endometriosis yang tampak pada saat laparoskopi awal kini telah mampu diablasi. Skema pengobatan endometriosis di susun berdasarkan gejala yang paling utama dikeluhkan oleh pasien. Nyeri dan infertilitas merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan oleh pasien endometriosis.
Referensi :
Suparman, E. 2012. Penatalaksanaan Endometriosis. Jurnal Biomedik : JBM, 4(2).
Tifani, N. U., Hendry, D., & Ilhamdi, Y. R. 2020. Karakteristik Endometriosis di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 2017-2019. Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia, 1(3), 289-295.
Wu, I. B., Tendean, H. M., & Mewengkang, M. E. 2017. Gambaran Karakteristik Penderita Endometriosis di RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado. e-CliniC, 5(2).
Wahyuni, A. 2008. Endometriosis dan Infertilitas. Mutiara Medika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 8(1 (s)), 62-71.
Maharani, C. R., Yeni, C. M., & Sinaga, J. L. 2021. Pemilihan Terapi Konservatif dan Operatif pada Endometriosis. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 21(1), 64-73.