Sebagian besar masyarakat di Indonesia, tentunya mengenal dan setiap harinya mengenal apa itu nasi. Nasi termasuk salah satu dari sembilan bahan makanan pokok yang tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Nasi berasal dari beras yang dihasilkan dari tanaman padi, namun sebenarnya ada beberapa jenis nasi yang beredar di masyarakat. Namun, mayoritas kita semua sering merujuk nasi sebagai nasi putih yang berasal dari tanaman padi, dan mayoritas masyarakat Indonesia mengonsumsi nasi putih.
Nasi putih adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk kepada nasi yang dimasak tanpa tambahan bahan-bahan tertentu yang memberikan warna atau rasa pada nasi. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang nasi putih:
Nasi putih menjadi bagian penting dari pola makan di banyak budaya, dan keberadaannya sering kali menjadi dasar bagi variasi hidangan nasi yang lain.
Nasi adalah salah satu sumber karbohidrat yang utama dalam banyak pola makan di seluruh dunia. Karbohidrat adalah nutrisi esensial yang menyediakan energi bagi tubuh. Nasi mengandung karbohidrat kompleks, yang merupakan bentuk yang lebih kompleks dan memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna oleh tubuh. Karbohidrat kompleks memberikan energi yang stabil dan tahan lama, yang penting untuk menjaga keseimbangan energi harian.
Nasi terutama mengandung dua jenis karbohidrat utama:
Nasi juga rendah lemak dan protein, sehingga komposisinya secara mayoritas terdiri dari karbohidrat. Namun, perlu dicatat bahwa jenis nasi (putih, merah, cokelat) dan metode memasaknya dapat memengaruhi indeks glikemiknya, yang berkaitan dengan seberapa cepat nasi meningkatkan kadar gula darah setelah dikonsumsi.
Penting untuk diingat bahwa sumber karbohidrat sebaiknya dipilih dengan bijak, dan pola makan yang seimbang akan mencakup variasi makanan yang menyediakan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Jika mungkin, menggantikan nasi putih dengan nasi merah atau nasi cokelat bisa menjadi pilihan yang lebih sehat karena kandungan serat yang lebih tinggi dan indeks glikemik (kadar gula darah) yang lebih rendah. Kadar gula yang berlebih pada tubuh sangat berkaitan erat dengan berbagai resiko penyakit karena kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kondisi diabetes pada seseorang. Diabetes apabila tidak ditangani dengan baik dan tepat, maka akan menimbulkan komplikasi lainnya. Salah satunya komplikasi yang serius adalah meningkatnya resiko penyakit jantung.
Secara umum dikenal berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya penyakit jantung koroner yang disebut sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner. Menurut American Heart Associations, Faktor risiko penyakit jantung koroner dibagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah (Nonmodifiable risk factor), dan yang dapat diubah (Modifiable risk factor). Umur, jenis kelamin, dan keturunan merupakan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah yaitu merokok, dislipidemia, hipertensi, obesitas, dan diabetes. (4) Upaya pencegahan faktor risiko melalui deteksi dini dan upaya pengendaliannya sangat penting dilakukan. Identifikasi faktor risiko Penyakit jantung koroner sangat bermanfaat untuk perencanaan tindakan pencegahan.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan cara diet yang baik dan tepat. Konsumsi karbohidrat berlebih seperti nasi dapat meningkatkan kadar gula darah pada tubuh, yang nantinya dapat berujung pada meningkatnya resiko penyakit jantung. Tentunya, menghindari makanan seperti konsumsi nasi putih bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sangatlah sulit, karena kadar karbohidrat yang tinggi pada nasi putih membuat mudah kenyang dibanding sumber makanan lainnya.
Hal ini menjadi diskusi menarik untuk dapat memberikan arahan pencegahan agar menghasilkan solusi yang terbaik. Sebuah studi yang pernah dilakukan, menunjukkan bahwa konsumsi nasi tetap dapat mempertahankan kadar gula darah agar tidak tinggi dengan melalui proses memasak dan menyajikan yang khusus. Disebutkan bahwa, memasak nasi kemudian nasi yang sudah matang tersebut dibiarkan untuk dingin dan didinginkan dalam kulkas sekitar suhu 4? selama 24 jam, kemudian nasi yang dingin tersebut dilakukan penghangatan kembali. Setelah nasi kembali dihangatkan, kemudian kita dapat mengonsumsi nasi tersebut. Didapatkan dari hasil penelitian, terdapat penurunan indeks glikemik (kadar gula) yang terdapat pada nasi dengan cara perlakuan khusus tersebut.
Kadar gula yang rendah pada makanan pokok nasi yang telah dimasak dengan perlakukan khusus tersebut tentunya dapat menjadi solusi terbaik bagi masyarakat Indonesia agar tetap dapat hidup dengan sehat dengan cara yang aman, nyaman, dan mudak dilakukan. Membiasakan konsumsi makanan dengan nilai indeks glikemik yang rendah pada makanan (diet) keseharian kita, tentunya dapat menurunkan kejadian penyakit diabetes yang pada akhirnya dapat menurunkan resiko penyakit jantung.
Referensi:
Ghani, L., Susilawati, M. D., & Novriani, H. (2016). Faktor risiko dominan penyakit jantung koroner di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 44(3), 153-164.
Sonia S., Witjaksono F., Ridwan R. (2015). Effect of cooling of cooked white rice on resistant starch content and glycemic response. Asia Pac J Clin Nutr 2015;24(4):620-625.
Venn BJ, Green TJ. (2007). Glycemic index and glycemic load: measurement issues and their effect on diet-disease relationships. Eur J Clin Nutr. 2007;61(Suppl):S122-31. doi: 10.1038/sj.ejcn.1602942.
Sumber gambar: canva.com