Kamis, 27 Juni 2024 16:19 WIB

Konsumsi Garam Berlebihan pada Lansia

Responsive image
398
Promosi Kesehatan, Tim Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Hipertensi adalah penyakit tidak menular yang merupakan penyebab utama kematian prematur di seluruh dunia. Saat ini, diperkirakan bahwa sekitar 22?ri populasi global menderita hipertensi. Dari mereka yang terkena, kurang dari seperlima yang secara aktif mengendalikan tekanan darah mereka. Afrika memiliki tingkat prevalensi hipertensi tertinggi di dunia, mencapai 27%. Sementara itu, Asia Tenggara menempati posisi ketiga dengan prevalensi sekitar 25?ri populasi total. Salah satu alasan tingginya tingkat kejadian hipertensi adalah karena orang-orang mengonsumsi terlalu banyak garam. Di Indonesia, rata-rata setiap orang mengonsumsi 6,3 gram garam per hari. Penggunaan garam diperkirakan lebih rendah dari yang sebenarnya berdasarkan data ini, karena tidak memperhitungkan garam tambahan yang diberikan pada makanan jajanan seperti bakso, soto, mie goreng, dan makanan lainnya, serta garam yang digunakan dalam makanan produksi industri. Selain itu, konsumsi makanan jajanan dan produk industri yang mengandung garam cenderung meningkat dalam satu dekade terakhir. Cara orang mengonsumsi garam bervariasi di setiap wilayah di Indonesia, dengan kecenderungan umum lebih tinggi di daerah-daerah di luar Pulau Jawa. Contohnya, suku Batak sering kali menghadapi risiko hipertensi karena mereka cenderung menggunakan banyak garam dalam makanan sehari-hari mereka. Hampir semua makanan yang mereka konsumsi mengandung kadar garam yang tinggi. Konsumsi garam atau tingginya kandungan natrium dalam makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat dapat menyebabkan hipertensi. Natrium yang diserap oleh pembuluh darah dari garam yang dikonsumsi secara berlebihan menyebabkan retensi air, yang pada gilirannya meningkatkan volume darah. Ini menyebabkan kenaikan tekanan darah karena volume darah yang meningkat. Asupan natrium yang berlebihan juga dapat mengakibatkan peningkatan hormon natriouretik, yang tidak langsung meningkatkan tekanan darah. Makanan yang tinggi kandungan garamnya dapat mendorong orang untuk mengonsumsi lebih banyak makanan. Seiring berjalannya waktu, risiko ini dapat menumpuk dan berkontribusi pada munculnya penyakit tidak menular.

Hipertensi pada Lansia

Kejadian hipertensi secara signifikan lebih tinggi pada kelompok usia 60-64 tahun, khususnya pada lansia perempuan. Perempuan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hipertensi setelah usia 45 tahun karena mereka memasuki masa menopause. Penurunan produksi estrogen saat menopause dapat mengakibatkan penurunan elastisitas pembuluh darah, yang berpengaruh pada kesehatan kardiovaskular. Kejadian tekanan darah tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kurangnya aktivitas fisik, stres, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, konsumsi makanan berlemak hewani yang tinggi, kurangnya serat dalam makanan, dan tingginya asupan natrium. Dalam hasil studi, diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi termasuk riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium tinggi. Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah seseorang naik di atas nilai normal 140 mmHg, baik secara perlahan maupun tiba-tiba. Kondisi ini umumnya ditemui pada orang dewasa, namun lebih sering terjadi pada lansia karena pembuluh darah arteri mereka mengalami penurunan elastisitas atau menjadi kaku. Akibatnya, pembuluh darah tidak responsif secara optimal, menyebabkan peningkatan tekanan darah. Jika tekanan darah tinggi terus-menerus tidak terkontrol, bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, ginjal, jantung, sirkulasi, bahkan mengancam jiwa. Faktor risiko utama hipertensi meliputi kelebihan lemak, kebiasaan merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik. Tekanan darah adalah faktor krusial dalam peredaran darah di tubuh manusia. Perubahan naik atau turunnya tekanan darah dapat berdampak pada keseimbangan fisiologis tubuh. 

Peningkatan asupan natrium dapat menyebabkan tekanan darah tinggi melalui dua mekanisme utama. Pertama, natrium, sebagai kation dominan dalam cairan ekstraseluler, memainkan peran krusial dalam menjaga volume plasma dan ekstraseluler, serta keseimbangan asam basa dan neuromuskular. Asupan tinggi natrium meningkatkan konsentrasi natrium dalam cairan ekstraseluler. Untuk menyeimbangkan ini, tubuh akan menarik cairan ekstraseluler, yang meningkatkan volume darah dan berkontribusi pada peningkatan tekanan darah.

 

 

Referensi :

Yasril AI, Rahmadani W. 2019. Hubungan Pola Makan Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Sikolos Kota Padang Panjang Tahun 2019.

Mantuges SH, Widiany FL, Astuti AT. Pola Konsumsi Makanan Tinggi Natrium, Status Gizi, dan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Mantok, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Purwono J, Sari R, Ratnasari A, Budianto A. Pola Konsumsi Garam dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia.

Rayanti RE, Triandhini RLNKR, Sentia DH. Hubungan Konsumsi Garam dan Tekanan Darah pada Wanita di Desa Batur Jawa Tengah.