Jumat, 28 Juni 2024 14:26 WIB

Makanan yang Aman Dikonsumsi Penderita Asam Urat

Responsive image
1837
Zahrina Tresna Wahidin, S.Gz - RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Gout atau asam urat merupakan penyakit tertua yang tercatat dalam sejarah medis. Gout merupakan penyakit inflamasi rematik yang ditandai oleh peningkatan kadar asam urat yang abnormal dan terkumpul di dalam darah (hiperurisemia) akibat gangguan metabolisme purin. Kondisi tersebut diikuti dengan adanya peradangan sendi (arthritis) yang terjadi akibat penumpukan kristal monosodium urate (MSU) di persendian, terutama di daerah sendi ibu jari, lutut dan jari.

Gout dikenal juga sebagai “King’s Disease”, karena dahulu gout banyak ditemukan pada penduduk kelas atas yang dapat mengakses banyak pilihan makanan, seperti daging merah dan minuman anggur (wine). Hal tersebut menyebabkan hingga saat ini, gout seringkali dihubungkan dengan tinggi asupan bahan makanan tertentu.

Gout paling banyak ditemukan pada laki-laki. Prevalensi gout tertinggi terdapat di Amerika Utara dan Eropa Barat dengan kisaran angka 1%-4% penduduk menderita Gout. Gout berkaitan dengan penyakit kardiovaskular dan gangguan fungsi ginjal. Umumnya gout ditemukan pada penderita Gagal Ginjal Kronis (GGK), hipertensi, Diabetes Mellitus type 2, dislipidemia, penyakit jantung (termasuk penyakit jantung koroner atau PJK, gagal jantung, serta atrial fibrilasi), dan stroke.

Beberapa faktor risiko terjadinya gout, antara lain:

  1. Usia: semakin bertambah usia, risiko terjadinya gout semakin tinggi
  2. Komorbid: penyakit penyerta seperti gangguan kardiovaskular, diabetes mellitus, hiperlipidemia, hiperurisemia, menopause, dan penurunan fungsi ginjal
  3. <!--[if !supportLists]-->Jenis kelamin: lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita, kemungkinan berkaitan dengan peran hormon estrogen

  4. Riwayat dalam keluarga

  5. Obesitas

  6. Penggunaan obat-obatan: seperti obat diuretik, cyclosporine, aspirin dosis rendah, serta niacin

  7. Kondisi stress metabolik setelah trauma atau operasi

  8. Osteoarthritis yang tidak terdeteksi sebelumnya

  9. Pola    makan   yang    tidak    seimbang:    konsumsi    alkohol,    minuman manis (menggunakan fruktosa), daging sapi, dan kerang secara berlebihan.

 

Medical Nutrition Therapy

Gejala klinis gout bertahap dimulai dari hiperurisemia tanpa gejala, dilanjutkan dengan pembentukan kristal MSU, intermittent gout, dan akhirnya menjadi gout kronik. Terapi obat-obatan penanganan gout ditujukan untuk mengontrol kadar asam urat dan memecah kristal MSU. Namun, ternyata perbaikan asupan gizi serta perubahan gaya hidup merupakan terapi yang dinilai efektif belakangan ini, karena progresivitas gout dipengaruhi secara signifikan dari kondisi obesitas akibat pola makan yang kurang tepat. Pola makan tinggi karbohidrat, tinggi protein, serta tinggi lemak merupakan faktor risiko terjadinya gout. Sebaliknya, diet tinggi vitamin, serat dan asam lemak tak jenuh dapat menurunkan risiko terjadinya gout.

Kelompok makanan sumber purin, seperti daging merah, jeroan, seafood, dan kacang-kacangan sejak lama diketahui sebagai golongan makanan dengan kandungan tinggi purin. Terapi gizi selama ini mengacu pada pemilihan bahan makanan dengan kandungan purin rendah. Namun ternyata, hal tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan kadar asam urat. Saat ini pemberian terapi gizi pada gout difokuskan pada pola makan seimbang, pembatasan asupan gula, serta dengan meningkatkan makanan sumber serat dan antioksidan, yaitu buah dan sayur. Studi terbaru menunjukkan diet tinggi sayur, buah dan kacang kedelai dapat menurunkan risiko gout melalui mekanisme antiinflamasi pada bahan makanan tersebut. Selain itu, DASH diet yang berfokus pada pembatasan asupan natrium dan peningkatan asupan serat juga terbukti dapat memperpanjang rasa kenyang, sehingga mencegah seseorang untuk mengkonsumsi asupan gula dalam jumlah banyak dan menurunkan risiko terjadinya gout. Produk susu sapi dan turunannya seperti keju, telur, sayuran, dan kopi (tanpa gula) juga merupakan bahan makanan yang bersifat protektif terhadap kondisi inflamasi pada gout.

Kesimpulan pemberian terapi gizi pada gout antara lain:

  • Anjurkan pola makan gizi seimbang
  • Pada pasien dengan status gizi lebih atau obesitas, penurunan berat badan dapat membantu menurunkan kejadian gout
  • Batasi konsumsi makanan tinggi gula sederhana seperti soft drink, jus buah kemasan, permen, kue manis (wafer, biskuit lapis kue kering), dan cake
  • <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Batasi konsumsi daging merah, daging kemasan (kornet, sosis) dan kerang sebanyak 1 porsi per minggu. Makanan sumber protein hewani dapat divariasi dengan telur, daging ayam dan ikan.

  • Konsumsi makanan sumber protein nabati (kacang-kacangan), sayur dan buah 2 porsi per hari.

  • <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Pengolahan makanan lebih banyak dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang (hindari pengolahan dengan cara digoreng).

  • <!--[if !supportLists]-->Konsumsi susu dan produk olahannya dengan kandungan rendah atau tanpa lemak

  • <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Tingkatkan asupan cairan untuk membantu tubuh mengeluarkan asam urat dan mencegah pembentukan kristal asam urat.

 

Referensi:

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Raymond, J., Morrow, K. Krause and Mahan's Food and the Nutrition Care Process. 16th Edition. Missouri: Elsevier. 2023.

Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi Dietisien Indonesia. Penuntun Diet dan Terapi Gizi Edisi 4. Editor: Suharyati, dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2019

Zhang Y, Chen S, Yuan M, Xu Y, Xu H. Gout and Diet: A Comprehensive Review of Mechanisms and Management. Nutrients. 2022 Aug 26;14(17):3525. doi: 10.3390/nu14173525. PMID: 36079783; PMCID: PMC9459802.

Elderly Health Service, Department of Health. Dietary Principles for Gout. 2023. Diakses dari www.elderly.gov.hk pada tanggal 5 Juni 2024