Kamis, 17 Oktober 2024 15:40 WIB

Perawatan Kulit Kering pada Lansia

Responsive image
398
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Proses penuaan adalah sesuatu yang pasti dialami oleh setiap orang, namun penuaan yang baik adalah penuaan yang dilakukan dengan sukses dan bahagia, yang dikenal sebagai Successfully Aging Elderly (SAE). SAE merujuk pada proses penuaan yang berlangsung tanpa atau dengan sedikit penyakit, di mana fungsi kognitif tetap baik dan individu dapat menjalani hidup aktif dalam lingkungan sosial. Berbagai faktor seperti genetik, gaya hidup, lingkungan, interaksi sosial, ketersediaan layanan kesehatan, serta kombinasi dari faktor-faktor ini sangat berpengaruh terhadap proses penuaan. Peningkatan populasi lansia membawa tantangan baru bagi masyarakat, seperti meningkatnya angka penyakit kronis, termasuk masalah kulit, yang sering dialami oleh kelompok usia ini. Oleh karena itu, penting untuk memahami perawatan kulit dasar sebagai langkah pencegahan agar dapat mengurangi keluhan kulit yang sering muncul dan meningkatkan kualitas hidup para lansia. Proses penuaan kulit adalah hasil interaksi antara faktor internal dan eksternal. Secara klinis, penuaan kulit dibedakan menjadi 2 (dua) kategori : penuaan intrinsik dan penuaan ekstrinsik. Kedua proses ini memiliki perbedaan dalam mekanisme biologis, biokimia, dan molekular. Penurunan mobilitas, efek samping obat, dan meningkatnya jumlah penyakit kronis menjadi faktor risiko bagi individu lanjut usia yang mengalami masalah kulit. Kondisi yang dikenal sebagai ulit kering atau xerosis kutis adalah keadaan di mana kandungan air di stratum korneum kulit berkurang hingga di bawah 10%. Kulit kering adalah masalah umum yang sering kali diabaikan. Umumnya, kondisi ini lebih sering terjadi pada orang tua atau individu dengan kecenderungan atopik. Dengan meningkatnya jumlah populasi lansia, diperkirakan pada tahun 2050, 22?ri populasi dunia akan berusia lanjut. Namun, hingga saat ini, data epidemiologi mengenai kulit kering pada lansia masih terbatas. Kulit kering yang tidak mendapatkan perawatan yang tepat dapat menyebabkan infeksi, mengganggu tidur karena rasa gatal, dan bahkan berujung pada depresi. Oleh karena itu, perawatan yang baik untuk xerosis diharapkan dapat mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pada lansia.

Patogenesis Kulit Kering

1.      Faktor utama yang menyebabkan kulit kering adalah fungsi pelindung stratum korneum dan kemampuannya dalam mempertahankan kelembapan. Pada kulit yang kering, terdapat masalah pada lapisan lipid di stratum korneum. Pelindung kulit stratum korneum terdiri dari lapisan lipid yang dikenal sebagai lipid bilayer.

2.      Gangguan pada lapisan pelindung kulit menyebabkan kehilangan air yang dikenal sebagai transepidermal water loss (TEWL), yang mengakibatkan penurunan kadar air di stratum korneum dan terjadinya deskuamasi keratinosit yang abnormal. Perubahan pH di area kulit juga memicu deskuamasi keratinosit dengan mengaktifkan protease ekstraseluler.

3.      Faktor eksternal seperti radiasi sinar ultraviolet (UV), aseton, klorin, detergen, serta berendam dalam air dalam waktu lama dapat mengganggu lipid bilayer. Sebum memiliki peran krusial dalam menjaga lapisan oklusif untuk mempertahankan kelembaban kulit. Sebum dihasilkan oleh kelenjar sebasea dan terdiri dari komponen seperti lilin ester, sterol ester, kolesterol, di- dan trigliserida, skualen, serta antioksidan vitamin E.

4.      Produksi sebum dipengaruhi oleh pola makan, tingkat stres, hormon yang diproduksi, aktivitas fisik, dan faktor genetik. Kemampuan untuk memperbaiki lapisan epidermis mulai menurun setelah usia 55 tahun. Mutasi pada gen FLG diduga berkontribusi pada terjadinya kulit kering.

Mengatasi Faktor Risiko Terjadinya Kulit Kering

Kulit kering pada lansia bisa disebabkan oleh berbagai faktor eksternal, seperti gagal ginjal kronis, penyakit hati, aterosklerosis pada tungkai bawah, penyakit autoimun, hepatitis C, kekurangan nutrisi (terutama seng dan asam lemak esensial), gangguan tiroid, masalah neurologis yang mengurangi produksi keringat, penggunaan obat antiandrogen, diuretik, infeksi HIV, dan kanker. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi holistik dari berbagai disiplin ilmu untuk menangani masalah ini, mengelola penggunaan obat, dan memastikan asupan gizi yang memadai.

 

Referensi :

Strodal E, Bosnes I, Bosnes O, Rosnuld EB, Almkvisi O. 2012.Successfully Aging Elderly (SAE ): a Short Overview of Some Important Aspects of Successful Aging.

Jafferany M, Hunch TV, Silverman MA, Zaidi Z. 2012. Geriatric Dermatoses : a Clinical Review of Skin Diases in an Aging Population.

Yusharyahya SN, Legiawati L, Sularsito A, Dwi N, Departemen S, Kulit IK, et al. Profil Pasien Pruritus di poliklinik Kulit dan Kelamin Divisi Dermatologi Geriatri RSCM Jakarta Tahun 2008-2013. Media DermatoVenereologica Indonesiana.

James WD, Elston D, Treat J, Rosenbach M, Neuhaus I. 2020. Andrews’ Diseases of the Skin Clinical Dermatology. Edisi ke-13. Philadelphia : Elsevier.