Senin, 18 November 2024 09:40 WIB

Mengenal Kardiomiopati

Responsive image
70
Erna Widiastuti Suharta, S.Kep.Ns - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kardiomiopati adalah penyakit yang terjadi karena adanya kelainan pada otot jantung atau yang disebut dengan lemah jantung. Kardiomiopati dapat membentuk otot jantung yang tebal, kaku atau dapat membentuk jaringan parut ketika organ jantung memburuk, kinerja organ vital akan melemah hal ini berakibat jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan optimal jika tidak segera ditanggani Kardiomiopati dapat menyebabkan komplikasi seperti gangguan irama jantung. Kondisi ini seringkali berakhir dengan menjadi gagal jantung. Di Indonesia, jenis Kardiomiopati yang paling banyak dijumpai adalah Kardiomiopati Dilatasi.

Penyebab

1.   Kardiomiopati  Dilatasi

Adalah jenis Kardiomiopati yang paling sering terjadi. Pada kondisi ini, gangguan pada otot jantung timbul karena ventrikel kiri jantung membesar dan melebar, sehingga menjadi tidak kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh, kardiomiopati jenis ini dapat diturunkan secara genetik maupun didapat dari kondisi medis lain yang dapat menyebabkan Dilated Cardiomyopathy adalah infeksi, penyakit Autoimun, kehamilan, racun yang berlebihan (seperti kecanduan alcohol, kokain, amfetamin, dan ekstasi), kekurangan nutrisi, kelainan fungsi kelenjar tiroid, dan gangguan elektrolit.

2.   Kardiomiopati Hypertrophic

Kardiomiopati jenis ini umumnya diakibatkan oleh factor genetic yang diturunkan dalam keluarga, dan dapat terjadi pada segala usia. Gangguan muncul akibat menebalnya otot jantung secara abnormal, terutama pada ventrikel kiri jantung atau ruang yang bertugas untuk memompa darah keseluruh tubuh. Penebalan otot jantung ini membuat kegiatan memompa darah menjadi sulit.

3.   Kardiomiopati Restrictive

Kardiomiopati ini timbul akibat dari ketidakelastisan dan kakunya otot jantung, sehingga membuat jantung tidak dapat mengembang dengan baik. Akibatnya, aliran darah kedalam jantung terhambat. Kondisi ini terbilang jarang terjadi dan penyebabnya tidak diketahui secara pasti, namun pada berberapa kasus memiliki kaitanya dengan penyakit amilodosis, sarkoidosis dan hemokromatosis atau penumpukan zat besi pada otot jantung, Kardiomiopati jenis ini dapat terjadi pada orang lanjut usia, meski dapat juga terjadi pada segala usia.

4.   Kardiomiopati Arrhythmogenic Right Ventrikular

Tipe yang satu ini terbilang cukup jarang terjadi. Pada beberapa kasus disebabkan faktor genetik, akibat adanya mutasi pada satu gen atau lebih. Namun umumnya, gangguan ini timbul akibat adanya kelainan pada protein yang merekatkan sel otot jantung dan dapat menyebabkan kematian sel. Sel-sel yang mati itu kemudian digantikan oleh lemak dan jaringan parut, sehingga dinding ruang jantung menjadi tipis dan meregang. Akibatnya irama jantung menjadi tidak beraturan dan menganggu proses pemompaan serta pengalihan darah ke seluruh tubuh.

Tanda

1.   Tungkai kaki membengkak (Edema tungkai).

2.   Perut kembung karena penumpukan cairan.

3.   Menjadi mudah lelah dan letih.

4.   Mengalami nyeri dada dada dan pusing.

5.   Denyut jantung yang tidak beraturan (Aritmia).

6.   Penglihatan berkunang-kunang.

7.   Jantung berdebar-debar secara terus menerus.

8.   Terjadi batuk saat tidur terlentang.

9.   Nafas pendek setelah melakukan aktifitas berat.

Faktor Risiko

1.      Memiliki keluarga dengan riwayat Kardiomiopati.

2.      Menderita berat badan berlebih atau Obesitas.

3.      Menderita Hipertensi kronis.

4.      Memiliki riwayat serangan jantung, penyakit Jantung Koroner atau infeksi jantung.

5.      Penderita penyakit Tiroid atau Diabetes.

6.      Mengalami kekurangan vitamin dan mineral.

7.      Memiliki riwayat Kemoterapi atau Radioterapi.

8.      Memiliki riwayat penyakit Hemokromosis, Amiloidosis, Sarkoidosis.

9.      Memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebih.

10.   Menyalahgunakan obat-obatan tertentu seperti Kokain.

Pemeriksaan

1.      Elektrokardiogram (EKG), untuk mendeteksi aktifitas kelistrikan jantung dan menilai ada tidaknya kelainan irama jantung.

2.      Ekokardiogram (USG jantung) untuk memeriksa struktur dan fungsi jantung, termasuk menilai kondisi katup jantung.

3.      Treadmill Stress, Test untuk memantau irama jantung pada saat tubuh mengalami tekanan akibat akitivitas fisik berat.

4.      Rontgen dada untuk melihat ada tidaknya pembesaran jantung (Kardiomegali).

Pencegahan

1.      Mengurangi berat badan jika mengalami Obesitas.

2.      Istirahat cukup

3.      Olahraga teratur

4.      Mengelola stres dengan baik.

5.      Menghentikan kebiasaan merokok.

6.      Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.

7.      Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang.

8.      Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter jika menderita penyakit yang bisa meningkatkan risiko terjadinya Kardiomiopati seperti Hipertensi, Diabetes atau Penyakit Tiroid.

 

Referensi :

Andrianto, and Indah Sukmawati. 2020 Kardiomiopati Hipertrofik. In : Penyakit Jantung Struktural. Departemen Penyakit Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unair Surabaya.

Cardim N, Pellerin D, Xavier VF. Hypertrophic Cardiomyopathy. In : Second Edition The EACVI Textbook of Echocardiography; United Kingdom : Oxford Univertsity Press; 2017.